Konsep jiwa Ibnu Miskawaih dan implikasinya dalam pendidikan akhlak
Main Author: | Fadhli, Fadhli |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://digilib.sadra.ac.id/66/1/Fulltext.pdf http://digilib.sadra.ac.id/66/ http://sadra.ac.id |
Daftar Isi:
- Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk membentuk sumber daya manusia yang terampil dan kompeten. Melalui pendidikan manusia membangun peradaban yang bermartabat, bermanfaat dan beradab. Dari sinilah pendidikan menemukan tujuannya sendiri sebagai alat untuk mencapai kebahagian. Di dalam Islam, pendidikan menempati posisi istimewa, terbukti dengan banyaknya tokoh-tokoh islam, filosof, ulama dan cendekiawan muslim yang konsen terhadap isu pendidikan. Salah satu tokoh tersebut adalah Ibnu Miskawaih. Sebagai seorang pemikir islam, Miskawaih menyandarkan konsep pendidikannya kepada perbaikan karakter (akhlak), sehingga apa yang dilahirkan dari tingkah lakunya selaras dengan ajaran islam dan sesuai dengan tuntutan zaman. Menurut Ibnu Miskawaih, pendidikan akhlak dapat diterapkan sedini mungkin, dengan metode dan strategi tertentu. Miskawaih mengatakan penerapan pendidikan akhlak dapat dimulai dari penerapan syariat islam kepada anak didik. Sebab, menurutnya anak-anak memiliki jiwa bahimiyah yang lebih mementingkan kesenangan. Memberikan contoh yang baik adalah metode yang cocok untuk melatih tingkah laku anak-anak. Sehingga diharapkan kedepannya anak-anak akan tetap pada garis yang benar hingga dewasa kelak. Beranjak dewasa, jiwa manusia berkembang seiring berjalannya waktu. Manusia akan semakin memiliki ego yang besar untuk menguasai sesuatu, sehingga jiwa sabuiyah (kesatria) dominan dalam jiwa ini. Marah, melawan dan ingin mempertahankan hidup sangat besar mempengaruhi manusia. Untuk melatih dan mendidik jiwa ini guru (pendidik) mesti memahami kondisi setiap peserta didik. Metode bimbingan, nasehat dan pembiasaan sangat baik untuk mengarahkan jiwa sabuiyah menuju kesempurnaan akhlak. Dan terakhir, kata Ibnu Miskawaih manusia memiliki sisi berfikir (natiqah) jiwa inilah yan menjadi penengah dari jiwa bahimiyah dan sabuiyah, hingga akhirnya mengarahkan manusia menuju kebahagian dunia dan akhirat. Adapun metode yang patut diterapkan bagi manusia yang sudah beranjak dan dominan memiliki karakter ini adalah dengan dialog dan diskusi. Hingga puncaknya, Ibnu Miskawaih berpendapat bahwa tujuan dari pendidikan akhlak itu adalah meluruskan tauhid dan bertindak ikhlas tanpa pamrih. Itulah kualitas akhlak yang sebenarnya dan selaras dengan misi kenabian.