Mahiyah dan Maqulat
Main Author: | Fauzi, Ammar |
---|---|
Format: | Video NonPeerReviewed |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
STFI Sadra
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://digilib.sadra.ac.id/2/1/watch_v%3D1dSI6X10fCs http://digilib.sadra.ac.id/2/ |
Daftar Isi:
- Alasan bahwa kenapa kita perlu membahas mayhiyah (esensi) adalah karena kita telah meyakini bahwa realitas itu ada. Setelah kita memahami esensi dari realitas tersebut kita perlu memahami sifat-sifat yang menyertai realitas tersebut. Mahiyah (ke-apaan) adalah jawaban dari pertanyaan mahuwa(apa itu), itulah kenapa Mahiyah sering dipadankan dengan kata Quidity yang juga sering dipadankan sebagai bentuk pertanyaan dari "apakah-itu". Mahiyah tidaklah mengindividuasi sesuatu, melainkan ia dapat menjadi batasan (pembeda) sesuatu. Oleh karena itu implikasinya adalah maka mahiyah ini menjadi alasan segala sesuatu menjadi beragam. Dari mahiyah inilah para filosof memperkenalkan konsep tentang Jauhar (Subtansi) dan Aksiden (Ardh). Subtansi (Jauhar) tidak dapat dikenal kecuali melalui aksiden (ardh), berkebalikan dengan aksiden (ardh) yang jika ada maka ia ada bersama yang lain. Jauhar (Subtansi) ini tinjauan keberadaanya hanya dapat ditemukan melalui akal, tidak melalui indra. Indra hanya mampu mencerak aksiden. Namun justru dari aksiden (aradh) inilah manusia mengenal subtansi (jauhar). Inilah mungkin yang dimaksud oleh Kant bahwa Nomena tidak dapat di jangkau. Barangkali ada hubungannya dengan Jauhar (subtansi) yang dipahami oleh para filosof. Dari hal inilah kita membuktikan bahwa yang paling jelas bagi diri kita hanya dapat dipahami oleh akal dan bukan oleh indra.