Kosmologi Ibnu Sînâ
Main Author: | Jamal, Muhammad Sofyan Nurul |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://digilib.sadra.ac.id/13/19/Abstrak%20%26%20Daftar%20Isi.pdf http://digilib.sadra.ac.id/13/1/Bab%201.pdf http://digilib.sadra.ac.id/13/9/Bab%202.pdf http://digilib.sadra.ac.id/13/2/Bibliografi.pdf http://digilib.sadra.ac.id/13/ |
Daftar Isi:
- Kosmologi adalah ilmu yang mempelajari alam semesta, cosmos, dalam berbagai dimensinya. Istilah cosmos sudah digunakan sejak awal perkembangan pemikiran metafisika Yunani yang berarti “harmony” atau “order”. Teori penciptaan adalah salah satu isu dalam kosmologi, Isu tentang teori penciptaan mempunyai sejarah panjang dalam pemikiran manusia, dan masih menarik untuk dibicarakan, para teolog dan para filsuf pada dasarnya bukan merupakan asli dari konsep Islam, melainkan banyak diilhami oleh pemikir-pemikir masa sebelumnya terutama dari filsuf Yunani klasik yang mempunyai ide tentang proses penciptaan alam. Itu sebabnya, pada beberapa generasi berikutnya, ide-ide tersebut mendapatkan banyak tanggapan pro dan kontra. Setidaknya terdapat dua teori besar yang muncul dari pro kontra tersebut, yakni Creatio ex nihilo dan Ex Nihilo Nihil Fit. Creatio ex nihilo merupakan suatu cara pemikiran untuk menjelaskan kisah terciptanya alam semesta diciptakan oleh Tuhan dari sebuah ketiadaan. Ketiadaan atau kekosongan dimengerti sebagai suatu keadaan yang tidak teratur dan tidak berbentuk. Tuhan sungguh menciptakan alam semesta dari tidak ada menjadi ada. Dalam kerangka teori ini, Tuhan ditempatkan sebagai pencipta utama dunia ini. Ia abadi karena berada di luar waktu dan yang menciptakan segala sesuatu yang di dunia ini dalam waktu, yang juga merupakan hasil ciptaan dari Allah. Secara lebih khusus, gagasan penciptaan creatio ex nihilo menggunakan istilah rationes seminales atau benih-benih pikiran sebagai benih dari sesuatu yang berkembang dalam rangkaian waktu yang tidak kelihatan, penuh potensi, dan penyebab segala sesuatu yang telah dibuat untuk menjadi, namun tidak harus dibuat. Selanjutnya yaitu Ex Nihilo Nihil Fit, dari kalangan filsuf islam, Ibnu Sînâ dengan teori Emanasi yang banyak dipengaruhi dari Neo-Platonisme, berpendapat bahwa Tuhan memancar akal pertama, sekalipun tuhan terdahalu sebagai dzat, namun Tuhan dan akal pertama adalah sama-sama azali, selanjutnya Ibnu Sînâ berpendapat, berbeda dengan Al-Farabi, bahwa akal pertama memiliki dua sifat: sifat wajib wujudnya, sebagai pancaran dari Allah dan sifat mungkin wujujudnya, jika ditinjau dari hakikat dirinya. Dengan demikian ia mempunyai tiga obyek pemikiran: Tuhan, diri-Nya sebagai wajib wujud, dan diri-Nya sebagai mungkin wujud. Dari pemikiran tentang Tuhan timbul akal-akal, dari pemikiran tentang diri-Nya sebagai wajib wujud timbul jiwa-jiwa, dan dari pemikiran tentang diri-Nya sebagai mungkin wujud timbul langit-langit. Berangkat dari semua pertimbangan-pertimbangan tersebut, kami merasa perlu untuk kembali wacana filsafat tentang persoalan alam dan penciptaannya secara metafisik. Dan langkah awal ke arah sana dimulai dengan membuka khazanah klasik yang masih menyisakan sekelumit catatan tentang bagaimana teori penciptaan dalam filsafat Islam, yakni menurut Ibnu Sînâ dalam kitabnya al- Isyārat wa al-Tanbihāt, Juz III.