Daftar Isi:
  • Perhitungan kos produksi yang akurat merupakan salah satu faktor yang dapat membantu suatu perusahaan untuk mencapai keberhasilan. Karena menjadi faktor pendukung bagi kegiatan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan terutama keputusan mengenai penetapan harga jual produk. Perhitungan kos produksi dengan metode tradisional baik plantwide maupun departemental akan memberikan perhitungan kos produksi yang terdistorsi yakni tidak mampu merefleksikan tingkat penyerapan overhead yang sebenarnya dibebankan ke produk di mana terdapat kos overhead yang lebih dibebankan (overcost) atau kurang dibebankan (undercost). Namun, masalah terdistorsinya informasi kos produksi yang dihasilkan oleh metode tradisional tersebut dapat diatasi dengan menerapkan metode activity-based costing (ABC). Penelitian-penelitian terdahulu menyatakan bahwa metode ABC mampu memberikan perhitungan kos produksi yang lebih akurat daripada metode tradisional. Penelitian ini bermaksud untuk menguji kembali apakah metode ABC memang memberikan perhitungan kos produksi yang lebih akurat daripada metode tradisional, khususnya metode tradisional departemental. Kelebihan penelitian ini yakni dilakukan dengan suatu analisis perbandingan yang dinyatakan baik dalam satuan rupiah maupun rasio atas selisih perhitungan kos produksi per unit dari kedua metode tersebut. Penelitian dilakukan dalam suatu studi kasus pada PT Sinjaraga Santika Sport untuk pesanan pelanggan yang diterima selama Bulan Februari 2013. Data penelitian dikumpulkan melalui wawancara dan selanjutnya dikonfirmasi dengan cara observasi pada catatan dan praktik langsung di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk produk bola sepak jenis Diamond Handstitch terdapat selisih perhitungan kos produksi per unit dari kedua metode tersebut yaitu Rp. 20.895,56 dan perbandingannya adalah 0,0907 yang diakibatkan adanya kos overhead yang kurang dibebankan (undercost) sedangkan untuk produk bola sepak jenis PVC Machine Stitchball terdapat selisih perhitungan kos produksi per unit dari kedua metode tersebut yaitu Rp. 8.358,22 dan perbandingannya 0,0923 yang diakibatkan adanya kos overhead yang lebih dibebankan (overcost).