Daftar Isi:
  • Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara adversity quotient dan stres kerja pada sales PT. ”X” Bandung. Adversity quotient adalah pola yang dimiliki individu dalam mengolah dan menanggapi semua bentuk dan intensitas dari kesulitan, dari tragedi yang besar sampai gangguan kecil, yang selanjutnya menentukan tindakan individu tersebut terhadap kesulitan yang dihadapi. (Paul G. Stoltz, Adversity Quotient @ Work, 2003:28). Stres kerja adalah suatu kondisi dinamik yang dialami seorang individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala, atau tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkan dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting. Stephen P.Robbins (2002). Rancangan penelitian menggunakan metode korelasional. Sampel berjumlah 45 orang sales yang bekerja minimal satu tahun. Alat ukur yang digunakan adversity quotient dari Paul G. Stoltz, PhD sebanyak 60 item, uji validitas menggunakan teknik Rank-Spearman berkisar antara (0,377 – 0,814) diperoleh 60 item valid, serta reliabilitas sebesar 0,965. Sedangkan alat ukur stres kerja disusun berdasarkan gejala-gejala stres dari Stephen P. Robbins (2002) sebanyak 50 item, validitas berkisar antara (0,229 – 0,788) diperoleh 47 item valid, serta reliabilitas sebesar 0,965. Sedangkan data penunjang disusun berdasarkan perbedaan individual dan pengelolaan stres dari Stephen P. Robbins (2002). Berdasarkan hasil pengolahan data dengan analisis korelasi Rank-Spearman diperoleh koefisien korelasi (rs = - 0,58) pada taraf signifikansi 0,05, dengan hasil tersebut maka Ho ditolak. Kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat hubungan negatif antara adversity quotient dan stres kerja pada sales PT. ”X” Bandung. Artinya semakin tinggi adversity quotient maka semakin rendah stres kerja, begitu juga sebaliknya, semakin rendah adversity quotient maka semakin tinggi stres kerja. Peneliti mengajukan saran agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara stres kerja dan pengelolaan stres, sehingga dapat diketahui lebih jelas faktor apa saja yang dapat meminimalisasi stres kerja.