Daftar Isi:
  • Untuk meraih gelar Sarjana, saya menulis skripsi ini berdasarkan suatu penelitian mengenai tokoh bernama Dorian Gray di dalam novel The Picture of Dorian Gray karya Oscar Wilde dan novel Dorian: An Imitation karya Will Self. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dorian Gray dalam kedua novel tersebut tidak hanya merupakan tokoh semata. Lebih daripada itu, penggunaan tokoh tersebut ternyata bertujuan untuk menyampaikan suatu makna simbolis. Kedua penulis novel dengan cara mereka masing-masing memperlihatkan bahwa tokoh Dorian Gray memainkan peranan yang sangat penting dalam merepresentasikan keterpurukan sosial dan kebobrokan moral yang terjadi di kemaharajaan Britania Raya di akhir abad ke-19 dan 20. Pembahasan menyeluruh dalam skripsi ini juga memberikan suatu pemahaman bahwa kedua penulis novel mengemban tujuan khusus dalam menyampaikan pesan tentang kondisi keterpurukan ini. Hubungan intertekstual serta persamaan dan perbedaan antara kedua novel pun semakin memperdalam makna simbolis yang terkandung dalam tokoh Dorian. Makna simbolis yang terkandung dalam tokoh Dorian dimungkinkan oleh adanya ciri dalam karakteristik dirinya. Ciri yang bersifat simbolis tersebut dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu homoseksual, narsistik, dan tetap muda. Melalui pendekatan historis, ketiga ciri Dorian tersebut dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa bersejarah yang terjadi di Britania Raya di akhir abad ke-19 dan 20. Hubungan simbolis antara nama Dorian dan ketiga cirinya dengan peristiwa-peristiwa bersejarah tersebut terbukti sangat signifikan sebagai simbol keterpurukan sosial dan kebobrokan moral dalam kemaharajaan Britania Raya. Setelah melakukan analisis yang mendalam terhadap novel The Picture of Dorian Gray dan Dorian: An Imitation, saya berpendapat bahwa kedua penulis novel tersebut masing-masing memendam suatu perasaan prihatin akan keadaan Britania Raya, terutama negara Inggris, yang semakin terpuruk oleh hal-hal yang sarat dengan keterpurukan sosial dan kebobrokan moral yang dilakukan oleh pemerintah dan juga penduduk Britania Raya. Keadaan yang menimpa Britania Raya tersebut seakan-akan membenarkan pepatah yang berbunyi “nations rise and fall”. Menilik keadaan penuh ketidakpastian Britania Raya ini, baik Wilde maupun Self memanfaatkan teori simbolisme dalam mengemukakan perasaan mereka.