Daftar Isi:
  • Dalam skripsi ini, saya menganalisis kesalahpahaman yang terjadi dalam suatu percakapan. Kesalahpahaman tersebut diakibatkan oleh adanya perbedaan interpretasi dari Speech Act label di antara pembicara dan pendengar. Saya memilih ini sebagai topik bahasan dalam skripsi saya untuk menunjukkan bahwa bahkan dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi, kesalahpahaman seringkali terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, saya juga ingin menunjukkan bahwa kesalahpahaman dapat juga menimbulkan hal-hal yang lucu atau efek humor dalam suatu cerita. Speech Act label merupakan label suatu ucapan yang diutarakan oleh pembicara atau pendengar dalam sebuah percakapan; misalnya, suatu ucapan dapat dinamakan ‘pernyataan’, ‘pertanyaan’, ‘perintah’ dan lain-lain. Sebagai sumber analisis, saya menggunakan serial komik ‘Tintin’ dan ‘Asterix’. Kesalahpahaman yang terjadi dalam serial komik ini menimbulkan berbagai efek emosional kepada pendengar yang terlibat dalam percakapan. Pendengar dapat merasa senang, tersanjung, malu, bahkan terhina atas apa yang pembicara sampaikan melalui ucapannya. Di dalam suatu percakapan, terdapat dua macam notion of face. Notion of face merupakan keadaan dan maksud seseorang dalam menyampaikan suatu ucapan, baik itu positif maupun negatif. Maksud yang positif disebut face saving act dan. maksud yang negatif disebut face threatening act. Proses-proses analisis dalam skripsi saya meliputi bidang linguistik, khususnya Pragmatics yang menggunakan teori Speech Act dan Taxonomy. Teori ini dikembangkan oleh John Searle. Taxonomy merupakan pengelompokan label dari suatu ucapan yang meliputi Directives, Expressives, Representatives dan Commissives. Di samping itu, saya juga menerapkan teori Erving Goffman dari bidang Sosiolinguistik. Teori tersebut adalah teori notion of face, yang terbagi menjadi face saving act dan face threatening act sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.