Daftar Isi:
  • PT X adalah perusahaan yang memproduksi unit motor. Persediaan di jalur distribusi PT X memiliki nilai yang besar. Hal tersebut menjadi masalah karena jika PT X memiliki banyak penyimpanan, biaya yang harus dikeluarkan juga semakin besar, karena perusahaan harus melakukan antisipasi terhadap resiko selama penyimpanan. Padahal penyimpanan tidak menambah nilai dari suatu barang yang disimpan. Di sisi lain, permintaan tidak dapat diketahui dengan pasti. Salah satu penyebab adanya persediaan adalah karena perusahaan tersebut memiliki level-level pendistribusian. Keadaan tersebut mengakibatkan terjadinya bullwhip effect sehingga penyimpanan produk tetap diperlukan. Bullwhip effect adalah suatu keadaan yang terjadi dalam rantai suplai dimana permintaan dari customer mengalami perubahan yang mengakibatkan serangkaian efek yang akan mengacaukan rantai suplai. PT X saat ini telah memusatkan informasi sehingga pabrik mengetahui penjualan di main delaer dan dealer. Namun keoptimalan pemusatan informasi tersebut tetap perlu diketahui. Dengan pemusatan informasi yang optimal diharapkan dapat meminimasi nilai bullwhip effect. Langkah pertama dilakukan pengumpulan data di PT X berupa data penjualan historis dan kebijakan pemesanan. Data tersebut menjadi input pada simulasi menggunakan Promodel. Outputnya adalah jumlah persediaan, backorder dan nilai bullwhip effect. Simulasi dilakukan dengan menggunakan alternatif-alternatif menggunakan rumus di perusahaan pada saat ini dan rumus periodic review policy sehingga dapat diputuskan alternatif mana yang menghasilkan total biaya yang paling minimum. Setelah dilakukan pengolahan data dan analisis, total biaya yang paling minimum dapat dicapai oleh perusahaan dengan menggunakan metode di perusahaan pada saat ini namun dengan lead time 20 hari, periode pemesanan 5 hari, dan buffer stock selama 3 hari. PT X dapat memperoleh penghematan sebesar Rp 27,507,451,135.80 atau 8.71% dan bullwhip effect dapat diminimasi sebesar 95.17%.