Studi Deskriptif Mengenai Blockage PT. 'X' Bandung (Suatu Studi Deskriptif pada Supervisor di PT 'X' Bandung)
Daftar Isi:
- Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai blockage organizational pada perusahaan menurut opini supervisor pada bagian produksi di PT. ‘X’ Bandung. Rancangan penelitian bersifat deskriptif dengan jenis metode survey, yaitu untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada serta mencari keterangan faktual mengenai permasalahan kepegawaian pada perusahaan di PT. ‘X’ Bandung. Populasi pada penelitian ini adalah supervisor PT. ‘X’ di Bagian Produksi, yang terdiri atas unit kerja pencelupan, cutting, jahit danfinishing. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan jumlah populasinya dengan ukuran sebesar 27 responden. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan ‘Blockage Questionare’ dari Mike Woodcock dan Dave Francis (1979). Berdasarkan pengolahan data, diperoleh skor tertinggi area blockage organizational dari mulai yang tertinggi hingga yang terendah, yaitu area Inadequate Control (11.10 %), area Poor Teamwork (10.00 %), area Poor Training (9.89 %), area Low Motivation (9.54 %), area Low Creativity (9.19 %), area Personal Stagnation (8.13 %), area Inappropriate Management Philisophy(7.84 %), area Lack of Succession Planning and Management Development (7.56%), area Confused Organizational Structured (7.14 %), area Unfair Rewards (6.93 %), area Inadequate Recruitment and Selection (6.57 %) dan area Unclear Aims (6.08 %). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat tiga area blockage organizational utama pada PT. ‘X’ yang merupakan permasalahan kepegawaian dalam organisasi, yaitu area Inadequate Control, area Poor Teamwork dan area Poor Training. Adapun area yang paling dominan dalam unit kerja pencelupan adalah Poor Trainning (10.55 %), unit kerja cutting adalah Inadequate Control(11.41%), unit kerja jahit adalah Inadequate Control (11.52 %) dan unit kerja finishing adalah Inadequate Control (11.08 %). Saran yang dapat diberikan pada pihak manajemen adalah dengan memberikan perhatian dalam melakukan perbaikan tiga hal yang harus diutamakan yaitu dengan peningkatan Inadequate Control, Poor Teamwork, dan Poor Training. Selain itu, dalam mengatasi permasalahan Poor Trainning perlu diperhatikan berkaitan dengan produktivitas yang dapat ditingkatkan bila tersedia karyawan yang memiliki keterampilan yang tepat, peningkatan kualitas kerja karyawan bagian produksi yang dapat ditingkatkan apabila karyawan lebih terampil, dan masing-masing bagian dalam bekerja yang memiliki sikap berlainan terhadap pelatihan agar diupayakan untuk tetap mengikuti pelatihan yang diadakan dengan cara penggunaan alat bantu pelatihan yang lebih komunikatif dan dengan penggunaan metode pelatihan yang lebih bervariasi.