Daftar Isi:
  • Diare sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sering dijumpai pada masyarakat Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi. Banyak masyarakat di pedesaan dan pemukiman belum terjangkau pelayanan kesehatan yang memadai, sehingga sulit untuk mengatasi diare. Tanaman obat yang digunakan dalam pengobatan diare antara lain jambu biji, rimpang kunyit, daun salam, daun serai dan daun katuk. Ekstrak etanol daun katuk (EEDK) dapat mengurangi frekuensi dan konsistensi diare karena memiliki kandungan seperti tanin, flavonoid, saponin, alkaloid, terpenoid yang memiliki efek antidiare, antiinflamasi, dan antimikroba.Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui efek antidiare EEDK pada mencit Swiss Webster jantan. Penelitian menggunakan desain penelitian eksperimental laboratorik, menggunakan metode proteksi terhadap diare oleh oleum ricini. Hewan coba mencit 25 ekor yang dibagi acak menjadi 5 kelompok perlakuan. Kelompok I, II, III, IV, dan V berturut-turut diberi EEDK 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB, 800 mg/kgBB, Carboxy Metyl Cellulose 1% sebagai kontrol dan Loperamid 0,52 mg/kgBB sebagai pembanding. Data yang diukur adalah frekuensi defekasi dan konsistensi feses dihitung setiap 30 menit selama 4 jam, dilanjutkan dengan interval 1 jam selama 2 jam. Frekuensi defekasi dan konsistensi feses menggunakan analisis dengan Uji Kruskal-wallis H kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney U. Hasil frekuensi defekasi kelompok II, dan III menunjukkan perbedaan yang bermakna (p < 0,05) terhadap kontrol. Kontrol dengan pembanding memiliki perbedaan yang sangat bermakna (p < 0,01). Konsistensi feses semua kelompok tidak menunjukkan pebedaan bermakna terhadap kontrol (p > 0,05). Simpulan Penelitian adalah EEDK berefek antidiare dengan menurunkan frekuensi defekasi pada dosis 400mg/kgBB dan dosis 800mg/kgBB, tetapi tidak memperbaiki konsistensi pada semua dosis.