Uji Kualitatif Boraks Dalam Tahu Olahan Di Pasar “X” Kota Bandung
Daftar Isi:
- Peran bahan tambahan pangan mulai meningkat seiring dengan berkembangnya teknologi dalam pembuatan bahan tambahan pangan. Salah satu bahan tambahan pangan yang dilarang adalah boraks, karena boraks berbahaya bagi kesehatan manusia. Tahu merupakan makanan yang sering dikonsumsi oleh orang Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, konsumsi tahu meningkat dari tahun 2014 sebanyak 1,36 ons seminggu, 2015 sebanyak 1,44 ons, 2016 sebanyak 1,51 ons, dan pada 2017 sebanyak 1,57 ons. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) diperkirakan bahwa konsumsi tahu tahun 2017 hingga 2019 meningkat rata-rata sebesar 0,98%. Boraks sering ditambahkan pada tahu sebagai bahan tambahan pangan karena hasilnya lebih tahan lama dan tampilan yang lebih bagus. Apabila boraks dikonsumsi akan menyebabkan gejala yang tidak diinginkan berupa kelainan pada sistem pencernaan dan kelainan pada kulit. Menurut survei BPOM pada tahun 2016 dan 2017 masih terdapat pangan mengandung boraks di berbagai kota besar termasuk kota Bandung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya boraks yang digunakan sebagai bahan tambahan pangan pada tahu yang dijual di pasar tradisional X di Bandung. Sampel diambil dengan metode whole sampling. Hasil yang didapatkan dari 11 sampel yang diambil di pasar tradisional X kota Bandung menunjukkan hasil negatif dari pemeriksaan. Dapat disimpulkan bahwa tahu yang dijual di pasar tradisional X tidak mengandung boraks.