Daftar Isi:
  • Nyamuk Culex sp. menjadi vektor beberapa penyakit seperti Filariasis, Japanese Encephalitis dan West Nile Virus. Penyebaran penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Culex sp. dapat diatasi dengan memutus rantai siklus hidup nyamuk Culex sp. Larva dapat dikontrol dengan penggunaan larvisida baik secara biologi maupun kimiawi. Salah satu contoh larvisida biologi adalah Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) dan yang kimiawi adalah temefos. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui batasan waktu maksimal sebagai larvisida pada Bti dan temefos terhadap larva nyamuk Culex sp. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan rancangan acak lengkap yang menggunakan hewan coba 1.040 larva nyamuk Culex sp. instar III. Penelitian dilakukan terhadap Bti dengan dosis 0,02 ml/L, larva dimasukkan kedalam larutan pada hari ke-1, 2, 3 hingga hari ke-8. Pada temefos dengan dosis 1 mg/L, larva dimasukkan kedalam larutan pada hari ke-1, 7, 14, 21, dan 28. Persentase jumlah larva yang mati dihitung setelah pemaparan selama 24 jam. Analisis data menggunakan uji ANAVA satu arah pada taraf kepercayaan 95% kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dengan  = 0,05. Analisis data menunjukkan bahwa terdapat penurunan efektivitas Bti mulai hari kedua dan selanjutnya terus menurun serta temefos masih memiliki efektivitas maksimal yaitu 100% hingga hari ke-28. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa terdapat temefos memiliki durasi efektivitas maksimal yang lebih lama dibandingkan Bti.