Daftar Isi:
  • Ketika dihadapkan pada kesulitan-kesulitan yang dialami saat menjadi ibu tunggal, terdapat perbedaan sikap diantara satu ibu tunggal dengan ibu tunggal lainnya, khususnya saat menghadapi kesulitan yang menekan psikologis mereka dan disaat mereka jatuh, terpuruk, bertahan sampai kemudian mereka berjuang untuk bangkit kembali. Penelitian ini menggunakan Teori Resiliensi (Bernard, 2014) dan Teori Dukungan Sosial (Sarafino, 2011) untuk mengetahui hubungan antara resiliensi dan dukungan sosial pada ibu tunggal di Bandung. Terdapat 95 ibu tunggal yang berpartisipasi di dalam penelitian ini yang mana dipilih dengan menggunakan teknik snowball sampling. Setiap partisipan melengkapi kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori Resiliensi (Bernard, 2014) sebanyak 72 item, dan teori Dukungan Sosial (Sarafino, 2011) sebanyak 48 item. Skor resiliensi dikorelasikan dengan skor dukungan sosial dengan menggunakan uji korelasi Spearman di dalam program SPSS v. 24. Berdasarkan pengolahan data secara statistik, terdapat hubungan antara resiliensi dan dukungan sosial, dengan hasil signifikansi sebesar 0.000 (H0 ditolak). Kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat hubungan antara resiliensi dan dukungan sosial, dengan kecenderungan keterkaitan pada responden berusia 41-50 tahun, sudah menjadi ibu tunggal selama lebih dari 10 tahun, memiliki dua anak, dan dekat dengan anaknya. Peneliti mengajukan saran agar dilakukan penelitian korelasional mengenai resiliensi dan attachment ibu tunggal dan anaknya. Bagi peneliti selanjutnya juga dapat menggali faktor-faktor protektif resiliensi sehingga didapatkan hasil mendalam mengenai tingkatan resiliensi pada ibu tunggal. Selain itu, bagi pihak konselor pernikahan dapat menjadi informasi ketika melakukan sesi konseling bahwa diperlukan dukungan sosial, terutama dalam bentuk dukungan sosial emosional, informasional, dan pertemanan bagi ibu tunggal.