Studi Deskriptif Mengenai Derajat Subjective Well-Being pada Istri TNI-AD di Kota Bogor yang Sedang Ditinggalkan Dalam Penugasan ke Wilayah Perbatasan NKRI
Daftar Isi:
- Penelitian ini berjudul “Studi Deskriptif Mengenai Derajat Subjective Well-Being Pada Istri TNI-AD di Kota Bogor Yang Sedang Ditinggalkan Dalam Penugasan Ke Wilayah Perbatasan NKRI.” Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui derajat subjective well-being pada istri TNI-AD di kota Bogor yang sedang ditinggalkan dalam penugasan ke wilayah perbatasan NKRI. Penelitian ini menggunakan Teori Subjective Well-Being (Ed. Diener, 1984). Metode yang digunakan dalam penelitian deskriptif ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan seluruh individu didalam populasi dan diperoleh 60 istri TNI-AD yang sedang ditinggalkan dalam penugasan ke wilayah perbatasan NKRI. Alat ukur yang digunakan adalah Satisfaction With Life Scale (SWLS) dan Scale of Positive and Negatif Experience (SPANE) yang keduanya disusun oleh Ed.Diener, dimana memiliki validitas konstrak dan reliabilitasnya telah teruji. Alat ukur SWLS memiliki reliabilitas sebesar 0,87; sedangkan alat ukur SPANE-P memiliki reliabilitas sebesar 0,84; SPANE-N sebesar 0,80; dan SPANE-B sebesar 0,88. Kesimpulan yang diperoleh yaitu sebagian besar istri TNI-AD di kota Bogor yang sedang ditinggalkan dalam penugasan ke wilayah perbatasan NKRI memiliki subjective well-being dengan derajat rendah. Penelitian ini bermanfaat sebagai sumberinformasi mengenai derajat subjective well-being pada istri TNI-AD di Kota Bogor yang sedang ditinggalkan dalam penugasan di wilayah perbatasan NKRI dan aspek-aspek yang menyertainya, yaituaspek kognitif berupakepuasan hidup secara menyeluruh (Life satisfaction), dan aspek afektif berupa afek positif, dan afek negatif. Adapun faktor usia, pendidikan, dan kesehatan turut mempengaruhi derajat tinggi atau rendahnya SWB pada istri TNI-AD di Kota Bogor yang sedang ditinggalkan oleh suami dalam penugasan ke wilayah perbatasan NKRI. Sedangkan faktor penghasilan, agama, dan aktivitas tidak terlalu signifikan berpengaruh terhadap derajat tinggi atau rendahnya SWB pada istri TNI-AD di Kota Bogor yang sedang ditinggalkan oleh suami dalam penugasan ke wilayah perbatasan NKRI. Peneliti menyarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai korelasi antara faktor-faktor yang mempengaruhi SWB dengan SWB, seperti faktor genetik, kepribadian, kontak sosial, tujuan hidup, agama, jenis kelamin, status pernikahan, pekerjaan, aktivitas, maupun penghasilan; melakukan observasi dan wawancara untuk melengkapi dan memperkaya hasil penelitian; melakukan penelitian pada pada sampel maupun populasi dengan ukuran yang lebih besar agar hasil penelitian yang didapatkan lebih jelas dan pasti. Peneliti juga menyarankan agar organisasi PERSIT, psikolog yang bertugas di Batalyon 315, dan Pembina PERSIT mempertimbangkan untuk mengadakan berbagai kegiatan seperti sharing, motivasi, yoga bersama untuk menenangkan pikiran, sosialisasi mengenai manfaat konseling, konseling, penyuluhan mengenai happiness, talkshow mengenai happiness dan kesejahteraan, dll.