Daftar Isi:
  • Salah satu masalah kesehatan di Indonesia adalah cacing perut yang dapat ditularkan melalui tanah. Penyakit cacingan tersebar luas di pedesaan maupun perkotaan. Di Indonesia pemanfaatan tanaman obat seperti biji kapuk sebagai obat cacing telah lama dilakukan oleh Suku Dayak Tanjung di Kalimatan Timur. Tujuan penelitian untuk menilai efek antelmintik infusa biji kapuk (IBK) terhadap cacing Ascaris suum secara in vitro. Desain penelitian ini eksperimental laboratorik sungguhan. Efek antelmintik diuji secara in vitro menggunakan 720 ekor cacing betina Ascaris suum dibagi 6 kelompok perlakuan dengan masing-masing 30 ekor cacing. Data yang diukur adalah jumlah cacing paralisis / mati setelah diinkubasi 12 jam pada suhu 37oC. Data dianalisis menggunakan ANAVA satu arah dengan α = 0,05, apabila ada perbedaan dilanjutkan dengan uji Tukey HSD (p = 0,05). Hasil penelitian rerata persentase jumlah cacing paralisis / mati IBK 5% (2,92), IBK 7,5% (3,43), IBK 10% (3,73), berbeda sangat bermakna bila dibandingkan dengan kontrol NaCl 0,9% (0,00) dena p=0,00 dan IBK 2,5% (2,32) berbedan bermakna dengan p=0,03 namun seluruh perlakuan juga berbeda sangat bermakna bila dibandingkan dengan kontrol Pirantel pamoat 0,25% (4,62) dengan p=0,00. Simpulan penelitian infusa biji kapuk berefek antelmintik terhadap cacing Ascaris suum secara in vitro.