Daftar Isi:
  • Pengendalian nyamuk sebagai vektor suatu penyakit dapat dilakukan secara kimiawi, antara lain menggunakan temefos yang telah menimbulkan resistensi. Sebagai alternatif, digunakan larvisida nabati salah satunya kulit jengkol yang mempunyai keuntungan daya urai cepat sehingga tidak ada residu yang tertinggal dan penggunaannya aman. Berdasarkan penelitian pada tahun 2007, kulit jengkol memiliki efek sebagai larvisida terhadap larva Aedes aegypti. Pemanfaatan kulit jengkol sebagai larvisida dapat mengurangi limbah organik. Tujuan penelitian untuk mengetahui efek larvisid infusa kulit jengkol (IKJ) terhadap Culex sp. Larva yang digunakan sebanyak 720 ekor yang dibagi dalam enam kelompok perlakuan dengan empat kali pengulangan. Desain penelitian eksperimental sungguhan dengan rancangan acak lengkap (RAL) bersifat komparatif. Data yang diukur adalah jumlah larva mati setelah pengamatan 24 jam. Analisis data persentase jumlah larva mati menggunakan ANAVA satu arah dan dilanjutkan uji Tukey HSD dengan α= 0,05. Hasil penelitian menunjukkan rerata larva mati kelompok I (IKJ 10%), II (IKJ 20%), III (IKJ 40%), IV (IKJ 80%) setelah 24 jam berturut-turut sebesar 1.98%, 3.56%, 3.77%, dan 4.41% berbeda sangat bermakna (p<0.01) dengan kelompok V (akuades) sebesar 0.00%. LD50 larvisida infusa kulit jengkol 24 jam berkisar pada dosis 45.95%. Kesimpulan : Infusa kulit jengkol memiliki efek larvisid terhadap Culex sp.