Analisis Prevalensi dan Faktor Risiko Terjadinya Obstructive Sleep Apnea Dengan Kuesioner Berlin Pada Sekelompok Karyawan Di Jakarta
Daftar Isi:
- Obstructive Sleep Apnea (OSA) adalah gangguan bernafas saat tidur dengan dengkuran yang keras serta berhentinya nafas dalam periode pendek. Tujuan studi ini untuk mengetahui prevalensi risiko terkena OSA dan faktor risikonya, serta mengetahui hubungan hasil kuesioner Berlin dengan snoring dan hasil Epworth Sleepiness Scale. Penelitian ini bersifat prospektif observasional, metode survei, bersifat deskriptif dan analitik dengan metode statistik Fisher Exact. Sejumlah karyawan usia >30 tahun mengisi kuesioner Berlin dan Epworth Sleepiness Scale. Dari hasil kuesioner Berlin, 6 dari 46 orang (13,04%) berisiko tinggi tinggi terkena OSA, 1 wanita, 5 laki-laki; 33,33% (2/6) usia 30-39 tahun; 66,67 % (4/6) usia 40-49 tahun; 0 % usia 50-59 tahun; 0% BMI ≤ 18,5; 83,33 % (5/6) BMI 18,5-24,9; 0% BMI 25-29,9; 16,67 % (1/6) BMI >30; 50% (3/6) kelompok lingkar leher <37 cm, 33,33% (2/6) kelompok lingkar leher 37-48 cm, 16,67% (1/6) kelompok lingkar leher >48 cm; 1 snoring (-), 5 snoring (+); dan 1 tidak mengantuk, 5 mengantuk menurut hasil Epworth Sleepiness Scale. Kesimpulannya, prevalensi risiko tinggi terkena OSA 13,04% dari total subjek penelitian, rasio pria : wanita adalah 5:1. Kelompok usia 40-49 tahun, kelompok BMI 18,5-24,9 dan kelompok ukuran lingkar leher <37 cm lebih berisiko tinggi terkena OSA daripada kelompok lainnya. Snoring sangat berhubungan dengan risiko tinggi OSA, dan hasil Epworth Sleepiness Scale tidak berhubungan dengan hasil kuesioner Berlin.