Daftar Isi:
  • Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui derajat self-compassion pada beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi. Self-compassion focus pada seberapa besar individu menampilkan self-kindness, common humanity, dan mindfulness (Neff, 2003). Metode yang digunakan adalah studi deskriptif dengan teknik survey pada seluruh beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi, yaitu sebanyak 35 orang dan seluruhnya berjenis kelamin perempuan. Alat ukur self-compassion dari Neff (2033), terdiri dari 26 item, dan telah divalidasi menggunakan rumus Pearson oleh Missiliana pada 726 responden dengan validitas berkisar antara 0,323-0,606. Alat ukur self-compassion juga telah dihitung reliabilitasnya menggunakan rumus Alpha Cronbach sebesar 0,858. Berdasarkan penelitian, sebanyak 68,57% beauty therapist memiliki derajat self-compassion rendah dan 31,43% beauty therapist memiliki derajat self-compassion tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi belum dapat memahami diri dan menyadari ketidaksempurnaan yang dimiliki atau kegagalan saat memberikan pelayanan kepada pasien sehingga mengeritik diri secara berlebihan (self-judgement). Beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi berpandangan sempit bahwa kegagalan yang terjadi hanya dialami oleh diri sendiri (isolation). Mereka juga masih focus pada kekurangannya yang menyebabkan terjadinya kegagalan, merasa diri lemah dan tidak berharga (overidentification). Saran peneliti adalah mencari responden berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan jumlah yang seimbang, melakukan group counseling bagi para beauty therapist guna meningkatkan derajat self-compassion yang mereka miliki.