Studi Deskriptif Mengenai Conflict Resolution Styles pada Pasangan Suami Istri yang Berusia 20-40 Tahun di Gereja "X" Bandung
Daftar Isi:
- Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai conflict resolution styles pada pasangan suami istri yang berusia 20-40 tahun di Gereja “X” Bandung. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 24 pasangan (48 orang). Alat ukur yang digunakan merupakan terjemahan dari Conflict Resolution Styles Inventory (CRSI) yang disusun oleh Kurdek (1994), terdiri atas 16 item. Berdasarkan hasil uji validitas dengan rumus Rank Spearman, semua item dinyatakan valid. Koefisien validitas item berkisar antara 0.490–0.880. Uji reliabilitas dilakukan dengan rumus Alpha Cronbach. Koefisien reliabilitas item berkisar antara 0.4381-0.8165. Item-item pada tipe positive problem solving dan conflict engagement memiliki reliabilitas yang tergolong tinggi, sedangkan item-item pada tipe withdrawal dan compliance tergolong sedang. Dari hasil penelitian, secara individual diketahui bahwa sebanyak 83.3% subjek menggunakan tipe positive problem solving, 8.3% menggunakan tipe withdrawal, 6.3% menggunakan tipe compliance, 2.1% menggunakan tipe campuran (withdrawal-compliance), dan tidak ada yang menggunakan tipe conflict engagement. Dalam konteks pasangan, 79.1% pasangan mempunyai kombinasi gaya penyelesaian konflik yang konstruktif, sedangkan 20.9% mempunyai kombinasi gaya penyelesaian konflik yang destruktif. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian kontribusi mengenai conflict resolution style dengan faktor yang memengaruhinya, yaitu faktor pengalaman hidup dan melakukan penelitian dengan mengaitkan conflict resolution styles dengan pemahaman terhadap konflik. Selain itu, suami/istri dengan conflict resolution style tipe positive problem solving disarankan untuk dapat mempertahankan tipe tersebut, sedangkan suami/istri dengan tipe withdrawal, compliance, maupun campuran dapat berlatih mengembangkan keterampilan untuk menyelesaikan konflik. Peneliti juga menyarankan agar pendeta dan pihak gereja dapat membuat program khusus mengenai cara penyelesaian konflik dalam pernikahan.