Daftar Isi:
  • Hepatitis kronis yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis C diperkirakan oleh WHO diidap oleh lebih dari 170 juta penduduk dunia. Sebanyak 80-85% pengidap infeksi HCV akan menderita hepatitis kronis. Transmisi HCV 60% didapat melalui penggunaan obat parenteral (suntikan). Berbagai pemeriksaan dapat dilakukan untuk menilai fungsi hati, mengetahui keberadaan antigen virus dan antibodi terhadap partikel virus. Bila infeksi menjadi kronis, kadar enzim hati seringkali digunakan untuk mengukur derajat keparahan penyakit. Enzim hati yang sering dijadikan tolok ukur adalah ALT (dulu SGPT) dan AST (dulu SGOT). Namun pada hepatitis kronis C seringkali gambaran enzimatik ini tidak sesuai dengan derajat keparahan penyakit karena enzim-enzim hati tidak spesifik walaupun sangat sensitif. Hal ini melunturkan anggapan bahwa kadar enzimatik mengindikasikan tingkat keparahan (progresifitas) penyakit hepatitis kronis C. Dengan adanya teknik biopsi hati dan sistem skoring HAI (Hepatic Activity Index), aktifitas inflamasi dapat dikategorikan dari yang paling ringan sampai berat. Pada kategori ringan, inflamasi terbatas pada traktus porta dengan lempeng batas utuh dan tidak ada fibrosis, inflamasi yang meluas kedalam parenkim hati disertai pembentukan jaringan ikat menandakan progresifitas penyakit. Akhirnya stadium akhir hepatitis ditandai dengan sirosis dimana arsitektur hati berubah dan digantikan oleh nodulus-nodulus regeneratif yang dibatasi jaringan parut. Derajat inflamasi berdasarkan sistem skoring ini dianggap lebih sesuai untuk mengindikasikan tingkat keparahan penyakit.