Daftar Isi:
  • Teh merupakan minuman populer yang antara lain mengandung senyawa catechin terutama EGCG yang berefek antimikroba. Mikroflora oral meliputi, Staphylococcus, Streptococcus, Corynebacterium, Candida, dan lainnya. Mikroflora oral sering menyebabkan penyakit rongga mulut terutama di banyak negara berkembang, penyakit ini menempati peringkat keempat untuk kategori biaya perawatan termahal. Untuk mengatasi masalah tersebut, seyogyanya diperlukan usaha untuk mencari, apakah antimikroba yang terkandung dalam teh hijau dapat berperan menjaga kesehatan rongga mulut. Terhadap Staphylococcus aureus, Streptococcus viridans, Corynebacterium diphtheriae, dan Candida albicans dibuat suspensinya hingga mencapai 25% transmitan, kemudian ditanam pada plat agar dengan metode spread plate. Pengujian aktivitas antimikroba dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram, masing-masing cakram direndam dalam infusa teh hijau merk “X” yang dipekatkan dengan konsentrasi 12,5%, 25%, 50%, dan 100%. Pengukuran zona inhibisi dilakukan setelah inkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37oC. Data dianalisa dengan membandingkannya dengan kontrol positif dan tabel sensitivitas antibiotik. Tampak adanya aktivitas antimikroba pada infusa teh hijau merk "X" dengan terbentuknya zona inhibisi. Diameter zona meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi teh, kecuali pada Candida albicans didapatkan hasil negatif pada semua konsentrasi dan Corynebacterium diphtheriae didapatkan hasil negatif pada konsentrasi 12,5% dan 25%. Zona inhibisi yang terbentuk lebih kecil dibandingkan dengan zona yang terbentuk pada kontrol positif. Dapat disimpulkan bahwa teh hijau memiliki aktivitas antimikroba yang berefek terhadap bakteri, tetapi tidak pada jamur. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap aktivitas antimikroba berbagai macam teh dan penggunaan mikroba uji yang berasal dari isolasi rongga mulut manusia sehingga dapat ditemukan jenis teh yang paling berkhasiat sebagai antimikroba khususnya dalam rongga mulut.