Studi Deskriptif Mengenai Educational Resiliency Siswa SMA Yang Memiliki 4 Atau Lebih Nilai Pelajaran Yang Kurang Dari KKM di SMA "X" Kota Bandung
Daftar Isi:
- Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai Educational Resiliency pada siswa yang memiliki 4 atau lebih nilai pelajaran yang kurang dari KKM di SMA “X” kota Bandung. Teori yang digunakan adalah teori resiliency dari Benard (2004). Responden penelitian ini berjumlah 40 siswa yaitu siswa yang menghayati sangat tertekan dalam keadaan memiliki 4 atau lebih nilai pelajaran yang kurang dari KKM. Metode yang digunakan dlam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survei. Alat ukur dalam penelitian ini di buat oleh peneliti berdasarkan teori Educational Resiliency dari Benard. Berdasarkan pengolahan data statistik, diperoleh validitas alat ukur yang bergerak antara 0,300 - 0.733. Reliabilitas menggunakan sebesar 0,899. Berdasarkan hasil penelitian ini, dari 40 siswa yang memiliki 4 atau lebih nilai yang kurang dari KKM diperoleh bahwa 52,5% siswa memiliki educational resiliency yang tinggi dan 47,5% siswa siswa yang memiliki educational resiliency yang rendah. Educational resiliency yang tinggi pada siswa yang memiliki 4 atau lebih nilai yang kurang dari KKM dilihat dari aspek social competence, problem solving, autonomy dan sense of purpose and bright future yang tinggi. Demikian juga educational resiliency yang rendah pada siswa ditunjukkan oleh aspek social competence, problem solving, autonomy dan sense of purpose and bright future yang rendah. Faktor yang menunjukkan keterkaitan dengan educational resiliency meliputi perhatian, harapan dan kesempatan yang diberikan oleh keluarga, sekolah dan komunitas. Selain itu, ada satu masalah yang sering muncul yang terkait dengan educational resiliency siswa yaitu dalam hal pemberian hukuman. Peneliti mengajukan beberapa saran kepada pihak sekolah maupun guru BK agar dapat melakukan konseling pada siswa yang memiliki educational resiliency yang rendah dan memberikan informasi kepada orang tua mengenai lingkungan keluarga yang kondusif bagi perkembangan educational resiliency siswa. Hal ini dapat memberikan arahan demi munculnya educational resiliency yang lebih baik lagi pada diri siswa melalui pemberian konseling agar siswa dapat memahami diri sendiri dan mengembangan educational resiliency dalam dirinya.