IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN TERPADU USIA LANJUT (POSBINDU USILA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SINGANDARU KOTA SERANG
Main Authors: | Yuliana, Anis, Jumiati, Ipah Ema, Stiawati, Titi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.untirta.ac.id/624/1/IMPLEMENTASI%20KEBIJAKAN%20POS%20PEMBINAAN%20TERPADU%20USIA%20LANJUT%20%28POSBINDU%20USILA%29%20DI%20WILAYAH%20KERJA%20PUSKES%20-%20Copy.pdf http://eprints.untirta.ac.id/624/ http://ane.fisip-untirta.ac.id/ |
Daftar Isi:
- Anis Yuliana. NIM 6661110290. SKRIPSI. Implementasi Kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) di Wilayah Kerja Puskesmas Singadaru Kota Serang. Pembimbing I: Ipah Ema Jumiati, M.Si dan Pembimbing II: Titi Stiawati M.Si. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Kata Kunci: Implementasi, Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai wujud nyata dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004. Kebijakan Posyandu Lansia yang dilaksanakan di Kota Serang diberi nama Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) yang terwujud dari program kesehatan usia lanjut di Puskesmas. Wilayah kerja Puskesmas Singandaru menjadi lokus penelitian karena memiliki persentase jumlah Lansia berusia 60 tahun ke atas terbesar di Kota Serang yaitu 18,49%. Masalah implementasi kebijakan Posbindu Usila di wilayah kerja Puskesmas Singandaru yaitu kurangnya tenaga kesehatan, kurangnya partisipasi Lansia, dan tidak adanya pengkuran Indeks Massa Tubuh (IMT) Lansia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui implementasi kebijakan Posbindu Usila di wilayah kerja Puskesmas Singandaru. Penelitian ini menggunakan teori model implementasi pendekatan bottom up Adam Smith. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dekriptif. Teknik Pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi. Analisa data menggunakan model Milles & Huberman. Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi kebijakan Posbindu Usila belum optimal karena kelurahan Kota baru belum memiliki Posbindu Usila, kader tidak mengetahui perhitungan dan kegunaan IMT, kekurangan jumlah kader dan tenaga kesehatan, kurangnya pengetahuan Lansia tentang kebijakan Posbindu Usila dan kondisi ekonomi Lansia yang kurang baik menyebabkan kurangnya partisipasi Lansia, dan tidak ada insentif untuk kader. Saran untuk meningkatkan optimalisasi yaitu perlu menambah jumlah Posbindu, kader dan dokter umum, adanya pelatihan IMT, sosialisasi tentang kebijakan Posbindu Usila, penurunan biaya pemeriksaan kesehatan dan pemberian insentif kader.