BENTUK KEKERASAN DALAM TAYANGAN SINETRON (ANALISIS ISI PADA TAYANGAN SINETRON BUKAN ISLAM KTP PERIODE 5-9 DESEMBER 2011)

Main Authors: Rusdi, Fadhlan Ashari, Widyaningtyas, Mia Dwiana, Burhanudin, Burhanudin
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2013
Subjects:
Online Access: http://eprints.untirta.ac.id/310/1/SKRIPSI%20KOM%20-%20Fadhlan%20Ashari%20Rusdi%20-%202013.pdf
http://eprints.untirta.ac.id/310/
http://kom.fisip-untirta.ac.id
Daftar Isi:
  • Fadhlan Ashari Rusdi. NIM. 061622. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Jurnalistik, Skripsi. Bentuk Kekerasan Dalam Tayangan Sinetron (Analisis Isi Pada Tayangan Sinetron Bukan Islam KTP Periode 5-9 Desember 2011) Kata kunci : Analisis Isi, Kekerasan, Sinetron Sejak pertengahan tahun 2006 terdapat fenomena yang menarik pada dunia pertelevisian di Indonesia dengan munculnya sinetron dengan tema religi dan mampu menggeser sinetron dengan tema lain yang sebelumnya menghiasi layar kaca dengan menjadikan kekerasan sebagai bumbu di dalamnya. Keadaan tersebut bertentangan dengan Pedoman Perilaku Penyiaran yang diberlakukan oleh Komisi Penyiaran Indonesia. Oleh sebab itu, peneliti meneliti sinetron dengan tema religi pada tahun 2011 dilihat dari jenis kekerasan. Sinetron tersebut adalah “Bukan Islam KTP”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa jumlah frekuensi kekerasan yang ditayangkan dalam sinetron Bukan Islam KTP. Penelitian ini menggunakan teori kekerasan dalam televisi yang digagas oleh McQuail yang menjelaskan mengenai tujuan utama siaran televisi memasukkan unsur kekerasan di dalamnya. Peneliti menggunakan metode analisis isi sehingga frekuensi setiap jenis kekerasan dapat dihitung dan di deskripsikan hasilnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam sinetron “Bukan Islam KTP” terdapat 54 kali adegan kekerasan. Hal ini menunjukkan unsur kekerasan tidak dapat dilepaskan dalam sinetron “Bukan Islam KTP”. Maka dari itu, peneliti memberikan saran agar sinetron religi yang diproduksi kedepannya lebih memperhatikan aspek moral dengan mengurangi jumlah adegan yang mengandung unsur kekerasan.