PERINGATAN DINI STATUS KUALITAS UDARA MELALUI KARAKTERISASI KANDUNGAN TIMBAL PADA PM2.5 DI BEBERAPA KOTA DI INDONESIA

Main Authors: Santoso, Muhayatun, Lestari, Diah Dwiana, Mukhtar, Rita, Hamonangan, Esrom
Format: Article info eJournal
Bahasa: eng
Terbitan: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3KLL) , 2015
Subjects:
Online Access: http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JKLH/article/view/814
http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JKLH/article/view/814/804
Daftar Isi:
  • Logam berat timbal (Pb) merupakan logam berbahaya dan berdampak signifikan pada tumbuh kembang anak, kecerdasan dan risiko kesehatan yang lebih besar. Pencemaran Pb pada udara akan sangat mempengaruhi kualitas udara dan menyebabkan paparan pada masyarakat yang berada pada lingkungan tersebut. Bahaya timbal telah teridentifikasi terjadi di beberapa lokasi di Indonesia, sehingga sangat dibutuhkan suatu penelitian yang dapat digunakan sebagai peringatan dini agar dampak lingkungan dan kerugian finansial yang lebih besar dapat dihindari. Karakterisasi Pb perlu dilakukan secara komprehensif agar didapatkan sebuah rekomendasi yang berbasis scientific research yang valid dan akurat. Batan Tenaga Nuklir Nasional BATAN bekerjasama dengan Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan (Pusarpedal) dan badan pengelolaan lingkungan hidup daerah, pada tahun 2012 melakukan kajian berupa pemantauan dan karakterisasi PM2,5 di 6 (enam) titik lokasi sampling di daerah Jakarta, Serpong, Bandung, Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya. Pengambilan sampel partikulat udara dilakukan seminggu sekali selama 24 jam menggunakan alat pencuplik Gent stacked filter unit. Analisis sampel dilakukan menggunakan teknik analisis nuklir yang advance dan sangat sesuai untuk karakterisasi PM2,5 dengan bobot sangat kecil ~ 200 g. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa konsentrasi Pb di daerah Surabaya memiliki kadar puluhan hingga ribuan kali dan secara signifikan berbeda jika dibandingkan dengan daerah lainnya. Hasil tersebut dapat digunakan sebagai kunci utama dalam melakukan identifikasi dan estimasi lokasi sumber pencemar agar kebijakan yang tepat dan terarah dapat dicapai.