Community Dependence on Forest Area of Rinjani Barat Protected FMU, NTB

Main Authors: Widyaningsih, Tri Sulistyati, Kuswantoro, Devy Priambodo, Suyarno, Suyarno
Other Authors: Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Agroforestry
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: eng
Terbitan: Balai Litbang Teknologi Agroforestry, Ciamis , 2019
Subjects:
Online Access: http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JAI/article/view/5544
http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JAI/article/view/5544/4906
Daftar Isi:
  • Communities around the Rinjani Barat Protected Forest Management Unit (PFMU) have used the forest to fulfil economic needs before the area was designated as an FMU in 2009. This study aims to obtain information about community dependence of Rinjani Barat PFMU forest area. The study was conducted from August to November 2015 by interviewing 130 respondents and FGD with 80 persons from villages around the PFMU area, namely Pusuk Lestari, Kekait, and Buwun Sejati in Lombok Barat Regency and Tegal Maja Village in Lombok Utara Regency, Nusa Tenggara Barat (NTB) Province. Community dependence on forests is measured by the parameters of land-based work, the frequency of community activities in the forest, the arable land area in the forest, the distance of residence to the forest, and the utilization of forest products. The data collected on each parameter were given 1-4 score and added up. The results showed that Kekait Village community has moderate dependence (score 8), Pusuk Lestari, Tegal Maja and Buwun Sejati Villages community have high dependence on Rinjani Barat PFMU forest area with scores of 11, 11, and 15, respectively. Some of majority people work land-based as farmers, do activities in the forest, have arable land in the forest of 0.4-0.9 ha, live around the forest area with a distance of 2-7 km, and use forest products to fulfil the needs of firewood, food, medicine, and animal feed. Community dependence on forests needs to be directed at protective measures so that forest resources remain sustainable and beneficial for many parties.
  • Keberadaan hutan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Rinjani Barat tidak terlepas dari masyarakat yang tinggal di sekitarnya jauh sebelum kawasan tersebut ditetapkan menjadi areal KPHL pada tahun 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang interaksi masyarakat dengan kawasan hutan KPHL Rinjani Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga November 2015 dengan mewawancarai 130 orang responden dari desa di sekitar kawasan KPHL Rinjani Barat, yaitu Desa Pusuk Lestari, Kecamatan Batu Layar; Desa Kekait Kecamatan Gunung Sari, dan Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada yang berada di Kabupaten Lombok Barat serta Desa Tegal Maja Kecamatan Tanjung yang berada di Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Data yang terkumpul selanjutnya ditabulasi, dianalisis dan disajikan secara deskriptif. Data disajikan dengan memisahkan pendapat kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi masyarakat di sekitar KPHL Rinjani Barat terhadap hutan dengan beraktivitas di hutan dan mengambil hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Frekuensi masyarakat beraktivitas di hutan berada pada kategori jarang (1-2x seminggu) pada masyarakat Desa Pusuk Lestari, Kekait, dan Tegal Maja serta kategori sering (hampir setiap hari) pada masyarakat Desa Buwun Sejati. Aktivitas utama masyarakat di hutan adalah mengelola lahan serta mengambil hasil hutan. Sebagian kecil masyarakat memanfaatkan tumbuhan yang ada di hutan untuk kayu bakar, bahan makanan, obat, serta pakan ternak. Beberapa satwa dari hutan juga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan makanan, dijual, serta obat. Adanya interaksi masyarakat terhadap hutan perlu diarahkan pada tindakan-tindakan perlindungan agar sumber daya hutan tetap lestari dan bermanfaat bagi banyak pihak.