Kearifan Lokal Masyarakat Pulau Tanakeke dalam Mengelola Ekosistem Mangrove
Main Authors: | Hermawan, Arman, Setiawan, Heru |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/buleboni/article/view/5138 http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/buleboni/article/view/5138/4620 |
Daftar Isi:
- Kawasan hutan mangrove di Pulau Tanakeke merupakan kawasan mangrove yang terluas di Provinsi Sulawesi Selatan dengan luasan 951,11 ha. Kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan mangrove dan pengalaman buruk akibat degradasi mangrove di masa lampau, membuat masyarakat termotivasi untuk mengelola mangrove dengan kearifan trandisional. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan kearifan lokal masyarakat Pulau Tanakeke dalam mengelola ekosistem mangrove. Pengambilan data dilakukan dengan metode observasi lapangan dan wawancara langsung dengan responden kunci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 899,56 ha hutan mangrove di Pulau Tanakeke dikelola secara individu dan telah dianggap sebagai aset ekonomi keluarga. Dari keseluruhan mangrove yang ada di Pulau Tanakeke, terdapat satu kawasan hutan mangrove yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi oleh masyarakat, yaitu “Bangko Tappampang”. Terbentuknya kawasan konservasi Bangko Tappampang ini berawal dari dibentuknya Forum Pemerintah Desa di Pulau Tanakeke. Forum Pemerintah Desa bersama masyarakat telah menyusun rencana pengelolaan kawasan Bangko Tappampang. Harapan masyarakat ke depan, kawasan Konservasi Mangrove Bangko Tappampang dapat dijadikan sebagai objek ekowisata dan kawasan pendidikan serta penelitian yang dapat menjadi alternatif sumber pendapatan masyarakat.