EFEKTIVITAS PELATIHAN KONTROL DIRI UNTUK MENURUNKAN INTENSITAS CRAVING PADA REMAJA PECANDU ROKOK
Main Author: | YUNUS, NURDIAN |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.unm.ac.id/2887/1/RINGKASAN%20FIX.docx http://eprints.unm.ac.id/2887/ |
Daftar Isi:
- RINGKASAN SKRIPSI EFEKTIVITAS PELATIHAN KONTROL DIRI UNTUK MENURUNKAN INTENSITAS CRAVING PADA REMAJA PECANDU ROKOK NURDIAN YUNUS 1271042034 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR MAKASSAR 2017 EFEKTIVITAS PELATIHAN KONTROL DIRI UNTUK MENURUNKAN INTENSITAS CRAVING PADA REMAJA PECANDU ROKOK Nurdian Yunus (nurdianyunus@gmail.com) Lukman (l_nadjamuddin@yahoo.com) Ahmad Ridfah (ahmad.ridfah@unm.ac.id) Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar Jl. A. P. Pettarani, Makassar, 90222 Abstrak Rokok memberikan konsekuensi buruk terhadap kesehatan, dampak lain dari merokok adalah menimbulkan craving. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pelatihan kontrol diri untuk menurunkan intensitas craving pada pecandu rokok. Partisipan penelitian ini terdiri dari 8 orang kelompok eksperimen dan 9 orang kelompok kontrol yang merupakan mahasiswa psikologi Fakultas Psikologi UNM. Penelitian ini menggunakan metode desain eksperimen pretest-posttest control group design.Instrumen penelitian yang digunakan adalah Tobacco Craving Questionnare (TCQ) yang di validasi oleh empat professional judgement dengan koefisien aiken’s V bergerak antara 0,688 sampai 0,750. Reliabilitas skala diukur dengan menghitung koefisien Cronbach’s alpha dengan nilai 0,885. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data Mann Whitney U-Test dengan R Studio 3.3.2 for windows.Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikasi intensitas craving sebesar 0,00 (p < 0,01) yang berarti pelatihan kontrol diri efektif untuk menurunksn intensitas craving pecandu rokok di Kota Makassar. Penelitian ini dapat menjadi alternative program pelatihan yang dapat diterapkan untuk menurunkan intensitas craving. Kata kunci: Craving, Kontrol diri Indonesia memiliki berbagai macam masalah sosial, salah satu masalah sosial yang dekat dengan lingkungan ialah masalah rokok. Merokok sendiri bukanlah hal yang dianggap tabu oleh masyarakat. Hal ini sangat memprihatinkan, sebagaimana diketahui bahwa hampir semua orang mengetahui bahaya merokok. Critchley dan Unal (2003) memaparkan bahwa hasil analisis data yang diperoleh dari beragam database elektronik tentang merokok,pada penelitian yang menggunakan cohorts, case-control, cross sectional studiesyang memiliki sampel >500 orang dengan beragam outcomes, misalnya kematian, kanker oral dan pharyngeal, serta beragam kanker lainnya, penyakit kardiovaskular, dental diseases(penyakit pada gigi), dan pregnancy outcomes(gangguan kehamilan) menunjukkan bahwa rokok memiliki korelasi yang moderatedengan semua outcome yang telah disebut. Rokok dan alkohol dilaporkan memiliki konsekuensi yang tinggi dan berkorelasi terhadap kesehatan yang buruk seperti penyebab kematian dini (Peto& Lopez, 2004). Husaini (2007) menjelaskan bahwa 90% kematian disebabkan oleh gangguan pernapasan, 25% kematian karena jantung koroner, dan 75% kematian akibat penyakit emphysema(pembengkakan paru-paru), semuanya dipicu oleh kebiasaan merokok. Rokok menimbulkan dampak yang buruk terhadap kesehatan, namun jumlah perokok di Indonesia bukannya menurun, justru dilaporkan setiap tahun semakin bertambah. Maharani (2015) menyebutkan bahwa jumlah perokok aktif di Indonesia mulai dari 10 tahun keatas sebanyak 58.750.592 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 56.860.457 perokok laki-laki dan 1.890.135 perokok perempuan.Survei The Tobacco Atlasdi tahun 2015, mendudukkan Indonesia sebagai peringkat satu dunia untuk jumlah perokok pria diatas usia 15 tahun. Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 66% pria di Indonesia telah merokok dan prevalensi perokok di Indonesia mulai dari tahun 2015 dan setiap tahunnya mengalami peningkatan, baik pria maupun wanita. Jumlah perokok di Indonesia diperkirakan lebih dari 90 juta orang (Wardana, 2016). Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tiga perokok aktif yang menunjukkan gejala-gejala kecanduan, diperoleh informasi bahwa responden menyatakan mengalami pengalaman kenikmatan dan merasakan bebannya hilang seketika pada saat mengonsumsi rokok. Ketika responden berada dalam kondisi tertekan, tidak dapat berpikir, dan mengalami suasana hati yang buruk, responden memilih untuk merokok guna mengendalikan dan menghilangkan kondisi yang dialami. Responden juga melaporkan bahwa untuk melakukan pekerjaan tertentu yang memerlukan konsentrasi tinggi, responden memilih untuk merokok. Responden menjelaskan bahwa merokok tidak dapat menahan diri untuk tidak merokok kurang dari 12 jam, selalu ada keinginan untuk mengonsumsi rokok setiap harinya. Penelitian Hawari (2003) menjelaskan bahwa kekambuhan pada individu yang telah menjadi pecandu narkoba, rokok, dan alkohol disebabkan oleh faktor teman 58,36%, craving 23,21%, dan faktor frustasi 18,43%. Perokok bisa saja berhenti untuk tidak mengonsumsi rokok tanpa rasa sakit, namun individu yang sudah ketergantungan mungkin akan menderita secara fisik jika konsumsi dihentikan. Efek yang kemudian muncul adalah keinginan kembali untuk mengonsumsi zat adiktif (craving) untuk mengurangi perasaan tersebut. Ardini & Hendriani, 2012menjelaskan bahwa individu dikatakan sebagai perokok berat apabila individu tersebut menghisap 15 batang rokok dalam sehari. Perokok ringan apabila individu menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari. Fly, dkk (Park & June, 2006) memaparkan bahwa terdapatempat proses individu menjadi perokok yang dapat diurutkan dari preparation, intial trial, experimentation, regular use, dan nicotine addiction. Penelitian yang dilakukan oleh Bernard, Mills, Swenson, dan Walsh (2005) menjelaskan bahwa tubuh yang masih mengandung pengaruh zat adiktif di dalam darahnya, dapat menimbulkan rasa kangen atau craving untuk mengonsumsi kembali. Clark (2007) mengartikan craving terhadap rokok sebagai sugesti yang masih ada untuk kembali mengonsumsi rokok. Dalam kondisi craving individu tidak mampu mengendalikan dan menahan dorongan-dorongan dalam diri individu untuk mengonsumsi rokok. Roderique-Devies (2008) menjelaskan dorongan (urge) dalam diri individu mencerminkan niat untuk mengonsumsi rokok dimotivasi dari craving. Penelitian yang dilakukan oleh Bashpoor,dkk (2014) menunjukkan bahwa craving berkorelasi negatif terhadap kontrol diri. Individu yang memiliki pengendalian diri yang tinggi mampu mengendalikan emosi, perilaku, dan pikiran. Apabila individu yang mengalami kecanduan memiliki kontrol diri yang tinggi maka individu tersebut akan lebih siap untuk menghindari tindakan yang menyebabkan craving. Muraven (2010) menyatakan bahwa melakukan tindakan kecil yang mampu membangkitkan kontrol diri (practicing small acts of self-control) dapat membuat individu meningkat performansinya untuk mengendalikan diri lebih baik. Karena merokok membutuhkan kontrol diri, maka perlusebuah treatmentawal yang mampu membangun kontrol diri, sehingga dapat membantu individu untuk berhenti merokok. Untuk membuktikan hal tersebut,Muraven memberikan intervensi kontrol diripada 122 perokok yang diberi latihan small acts of self-controlselama 2 minggu. Kelompok pertama diberi tugas untuk melatih kesadaran untuk mengendalikan diri (self control), dan kelompok kedua dimunculkan perasaan percaya dirinya tanpa melatih pengendalian diri (feelings of confidence without exercising self-control). Dengan mengukur perilaku merokok melalui telepon dan pengukuran biokimiawi setiap hari Muraven membuktikan bahwa, Individu yang melatih kontrol dirilebih lama menahan diri (berpuasa)untuk tidak merokok daripada individu yang tidak melatih kontrol diri. Analisis tambahan dari studi Muraven menunjukkan bahwa, merokok dapat dihentikan dengan membangun kekuatan pengendalian diri (self-control strength), dan bukan dengan mengubah perasaan mampu yang dialami individusetelah berhasil berhenti untuk merokok atau dengan besar kecilnya usaha yang ia keluarkan selama latihan, atau pikiran-pikiran yang muncul selama latihan mengendalikan diri dilakukan. Rokok merupakan hasil olahan dari tembakau yang berasal dari tanaman nicotiana tobacum, nicotiana rustica dan sintetis lainnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Sitepoe, 2000). Husaini (2007) mendefinisikan merokok sebagai suatu kegiatan membakar tembakau, kemudian menghisap asap yang dihasilkan.Dalam KBBI merokok diartikan sebagai kegiatan mengisap rokok. Smet (Ardini & Hendriani, 2012) memaparkan bahwa terdapat tiga tipe perokok yang dapat digolongkan berdasarkan intensitas rokok yang dikonsumsi, yaitu: a. Perokok berat mengonsumsi lebih dari 15 batang rokok dalam sehari b. Perokok sedang mengonsumsi 5-14 batang rokok dalam sehari. c. Perokok ringan mengonsumsi 1-4 batang rokok dalam sehari. McKim (Fitrianti, Subekti, & Aquarisnawaty, 2011) menjelaskan bahwa craving didefinisikan sebagai hasrat yang kuat untuk mengonsumsi zat psikoaktif. Swift (1999) menggambarkan craving sebagai suara-suara yang menggema didalam kepala seorang pecandu yang membuat pecandu tersebut mengonsumsi zat tertentu. Berlin, Singleton, dan Heishman (2012) memaparkan bahwa terdapat empat aspek craving rokok, yaitu: emotionality, purposefulness, dan kompulsivitas (compulsivity). METODE PENELITIAN Subjek dalam penelitian ini berjumlah 17 orang remaja laki-laki pecandu rokok di Fakultas Psikologi UNM Makassar. Penentuan subjek dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap penyaringan partisipan dan tahap penentuan partisipan. Rancangan eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-posttest control group design. Desain ini terdiri dari atas kelompok eksperimen (KE) dan kelompok kontrol (KK), dan keduanya sama-sama diberi pretest dan posttest berupa skala Tobacco Craving Questionare (TCQ) dengan isi yang sama. Setelah dilakukan pretest pada kelompok eksperimen (KE) akan diberikan perlakuan (X) berupa pelatihan kontrol diri, sedangkan kelompok control (KK) tidak diberikan perlakuan apapun. Pelatihan berlangsung selama satu hari dan terdiri dari empat sesi, yaitu materi konsep diri, control your self, latihan kontrol diri, dan sharing session. Pada sesi pertama, diberikan materi konsep diri berupa “who am i?”, dan konsep diri positif dan negatif. Pada sesi kedua yaitu control yourself diberikan materi berupa kontrol diri, tapping, menciptakan tombol (anchor), dan berlatih fokus. Pada sesi ketiga, partisipan diminta untuk melakukan latihan kontrol diri yang telah diberikan pada sesi kedua. Latihan kontrol tersebut akan dilakukan selama tujuh hari setelah pelatihan berlangsung. Pada sesi keempat, peserta dibagi kedalam dua kelompok, yang masing-masing akan menceritakan riwayat merokok. Sharing session dilakukan untuk mengungkap riwayat perokok dari partisipan. Kemudian selama tujuh hari partisapan yang berada dalam kelompok eksperimen akan diberikan tugas untuk berlatih kontrol diri. Partisipan akan diberikan sebuah diary untuk menuliskan kegiatan latihan kontrol diri yang dilakukan selama satu minggu. Setelah perlakuan diberikan kemudian kedua kelompok diberi posttest. Perbedaan yang signifikan antara hasil pretest dan posttest akan menunjukkan pengaruh dari hasil perlakuan. Skala yang digunakan berupa skala adaptasi dari Berlin, Singleton, dan Heishman (2012), yaitu Tobacco Craving Questionare (TCQ). TCQ digunakan untuk mengukur intensitas craving pada pecandu rokok sebelum dan setelah menjalani pelatihan kontrol diri.Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi dan validitas factorial dengan menghitung koefisien Aiken’s V yang bergerak dari 0,421 sampai dengan 0,697. Reliabilitas skala carving menunjukkan nilai koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0,885.Data penelitian dianalisis dengan menggunakan Wilcoxon Match Pairs Testmenggunakan R Studio dengan bantuan K-Stat. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dideskripsikan melalui skor rata-rata empirik, standar deviasi, skor minimum dan maksimum serta kategorisasi tingkat craving pada partisipan penelitian. KK KE Pre test Post test Pre test Post test Mean 65,56 66,33 65,38 45,25 SD 5,434 4,690 5,476 13,594 Min 61 61 60 25 Max 77 76 73 66 Hasil analisis deskriptif yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh gambaran secara umum terkait dengan craving yang sedang dialami oleh remaja pecandu rokok. Hasil analisis pada kelompok eksperimen diperoleh rerata 65,38 dari hasil skala craving sebelum pemberian pelatihan. Rerata craving menurun setelah diberikan pelatihan kontrol diri dengan rerata sebesar 42,25.Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Ghufron dan Risnawita (2010) menjelaskan bahwa kontrol diri merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu dalam keseharian. Galliot, dkk (2007) menjelaskan bahwa kontrol diri digunakan untuk mengendalikan pikiran seseorang, emosi, dan perilaku. Terkait penilaian peserta terhadap materi yang didapatkan setelah mengikuti pelatihan antara lain, pada materi konsep diri sebanyak 75% peserta memaparkan bahwa pada materi konsep diri peserta mampu memahami gambaran diri secara positif dan negatif, sehingga peserta semakin terdorong dalam memperbaiki dan menjadi pribadi yang lebih baik saat ini dan nanti. Pada materi kedua, yaitu control your self sebanyak 75% peserta menyatakan bahwa peserta mengetahui bagaimana pentingnya memiliki pengendalian diri dalam kehidupan sehari-hari. Pada materi ketiga sebanyak 90% peserta yang menyatakan bahwa materi ini sangat baik dan dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Thacker dan Blanchard (Mariyati, 2014) menjelaskan bahwa pelatihan merupakan sebuah bentuk intervensi psikologis yang dapat memberikan pembelajaran bagi peserta pelatihan dalam meningkatkan, kemampuan, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang lebih baik sesuai dengan tujuan yang sudah ditentukan dalam pelatihan. Hasil uji Mann Whitney U-TestZ = -3,477,p-Value = 0,008< 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa pelatihan kontrol diri efektif untuk menurunkan intensitas craving partisipan. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menghitung gain score pre-post menunjukkan terdapat perbedaan penurunan skor cravingyang signifikan antar kelompok. Pelatihan kontrol diri dinilai efektif untuk menurunkan intensitas craving pecandu rokok. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa rerata skor pada saat posttest lebih tinggi dibandingkan pada saat pretest, hasil pengujian denganMann Whitney U-test dengan menghitung gain score kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan nilai p-Value 0,0008227 (< 0,01) menunjukkan bahwa terdapat perbedaanintensitascraving pada kelompok eksperimen sebelum mengikuti pelatihan dan setelah mengikuti pelatihan. Hasil analisis ditemukan bahwa pelatihan kontrol diri dapat menurunkan intensitas cravingpada remajapecandu rokok. Dengan menggunakan Mann Whitney U-test dengan menghitung hasil kelompok kontrol dan kelompok eksperimen didapatkan hasil bahwa terdapat penurunan intensitas craving antara sebelum dan setelah mengikuti pelatihan kontrol diri. Hasil mean rank tiap kelompok, yakni kelompok eksperimen sebesar 5,31 dan kelompok kontrol sebesar 12,28. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil kelompok eksperimen lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selain itu peneliti juga mendapatkan hasil bahwa tidak terdapat penurunan intensitas craving pada kelompok kontrol pada saat pretest dan posttest. Serta penelitian juga menunjukkan bahwa pelatihan kontrol diri dinilai efektif untuk menurunkan intensitas craving. Dharmadhikari dan Sinha (2015) menjelaskan bahwa craving dapat ditangani melalui pelatihan. Murray (2002) menjelaskan bahwa memiliki kontrol diri yang tinggi akan mengarahkan individu kepada pengurangan perilaku bermasalah dan impulsif. Uji perbedaan skor sebelum dan setelah pelatihan dilakukan pada masing-masing kelompok eksperimen dan kontrol dengan Wilcoxon Match Pairs Test. K Z Mean rank p Ket E -2,520 45,20 0,017 Sig K -0,689 66,33 0,4911 Tidak sig Hasil uji Wilcoxon ditemukan hasil bahwa terdapat perbedaan intensitascraving remaja pada kelompok eksperimen sebelum mengikuti pelatihan dan setelah mengikuti pelatihan serta tidak ada perbedaan intensitascraving remaja perokok pada kelompok kontrol pada saat pretest dan posttest.Hasil pengujian dengan menggunakan uji Wilcoxon pada kelompok eksperimen dengan p= 01415 (p<0,05), dan kelompok kontrol dengan p= 0,5469 (p>0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan berupa pelatihan kontrol diri dan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pelatihan kontrol diri dinilai efektif untuk menurunkan intensitas craving pada remaja perokok. Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Baumeister, Bratslavsky, Muraven, dan Tice (1998) bahwa individu yang memiliki kontrol diri yang baik berarti memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mengendalikan pikiran, emosi, dan mencegah suatu impuls, daripada individu yang memiliki kontrol diri yang rendah. Hasil analisis tambahan, yaitu tes pengetahuan yang dilakukan sebelum dan setelah mengikuti pelatihan kontrol diri oleh kelompok eksperimen ditemukan hasil rerata skor pada saat pretest adalah 65 dan pada saat posttest adalah 84. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaanpengetahuan sebelum dan setelah mengikuti pelatihan kontrol diri. Hasil tersebut menunjukkan bahwa informasi yang diterima dalam pelatihan kontrol diri dinilai efektif untuk dapat menambahkan pengetahuan untuk menurunkan intensitascraving pada remaja pecandu rokok. Hal tersebut sejalan dengan kode etik psikologi Indonesia (2010) menjelaskan bahwa pelatihan merupakan kegiatan yang bertujuan membawa kearah yang lebih baik. Self-practice yang dilakukan oleh peserta pelatihan dengan menuliskan diary selama tujuh hari dan melatih kontrol diri untuk menahan godaan merokok dilakukan dengan baik. Hal tersebut diungkapkan oleh peserta dengan inisial AFR pada saat berkumpul bersama dengan teman, godaan merokok muncul sehingga AFR mengambil rokok dan hanya mencium aromanya saja. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemuakan oleh Janah (2014) bahwa individu yang mempunyai kontrol diri yang tinggi akan cenderung memonitoring perilaku dengan baik dan mengarahkan individu kearah konsekuensi yang positif.Hal yang serupa juga dialami oleh peserta dengan inisial OSP pada saat craving muncul OSP langsung mengerjakan aktivitas wajib, yaitu mengepalkan tangan.Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Ghufron dan Risnawita (2010) menjelaskan bahwa kontrol diri mampu mengarahkan individu untuk menyusun, mengatur, membimbing ke bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah positif. Kontrol diri merupakan salah satu potensi yang dimiliki individu yang dapat dikembangkan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kontrol diri yang baik akan mengarahkan individu kepada proses fisik, psikologis, yang dapat membentuk individu kearah yang lebih baik (Calhoun dan Acocella, 1990). Menulis diary membuat individu untuk menyalurkan emosi yang dimiliki. Hal tersebut sesuai dengan teori Niederhoffer dan Pennebaker (2006) yang menjelaskan bahwa menulis diary berfungsi untuk mengeluarkan emosi negatif yang disimpan dalam pikiran seseorang. Pada saat individu menulis akan mengeluarkan emosi yang selama ini dipendam dan mencoba untuk merekontruksi memori dalam suatu peristiwa spesifik tertentu, sehingga menimbulkan suatu kesadaran. Menulis dipercaya mempunyai kedudukan yang setara dengan psikoterapi sebab memiliki aspek pengungkapan masalah. Pada sesi ketiga materi peserta melakukan sharing session antara peserta pelatihan yang bertujuan untuk mengungkap riwayat merokok, dan agar peserta memiliki pandangan bahwa mereka bukanlah satu-satunya yang memiliki masalah dan peserta mampu mendapatkan solusi dari permasalahan yang dimiliki. Hasil yang didapatkan pada saat sharing session adalah peserta menjadikan rokok sebagai pelarian dari masalah yang dialami dan hal tersebut menjadi sebuah kebiasaan yang sulit untuk dihentikan. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Pennebaker dan Seagel (1999) bahwa pada saat individu tidak melepaskan beban masalahnya, maka stressor akan bertambah dan akan berdampak pada kesehatan. Dengan melakukan sharing session peserta pelatihan memiliki pandangan bahwa mereka bukanlah satu-satunya orang yang memiliki masalah dan peserta mampu mendapatkan solusi dari permasalahan yang dimiliki. Kontrol diri menjadi sebuah kapasitas untuk mengubah tanggapan diri terutama dalam mengarahkan individu sesuai dengan tujuan dan standar yang berlaku (Baumeister, Vohs, & Tice, 2007). Baumeister (2002) menjelaskan bahwa kontrol diri merupakan proses monitoring yang mengatur atau mengendalikan perilaku agar sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Kontrol diri juga dapat diartikan sebagai kapasitas untuk mengubah diri. Individu yang memiliki kontrol diri yang yang baik cenderung berperilaku berdasarkan keyakinan, nilai, dan manfaat jangka panjang yang akan diperoleh. Berdasarkan hal tersebut peneliti kemudian mengembangkan suatu metode pelatihan yang dinilai positif, yakni pelatihan kontrol diri untuk membantu, remaja khususnya remaja yang memiliki kecanduan terhadap rokok. Dalam penelitian ini, penulis memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian. Keterbatasan penulis dalam penelitian ini, yaitu keterbatasan pertama kurangnya keseragaman jumlah partisipan pada kelompok eksperimen dan kontrol. Pada saat pemberian posttest pada kelompok eksperimen terjadi mortality sehingga jumlah partisipan awal pada kelompok eksperimen sebanyak sembilan orang, kemudian berkurangmenjadi delapan orang. Keterbatasan kedua adalah kondisi ruangan yang tidak kondusif yang terkadang membuat perhatian pada saat pelatihan menjadi terganggu.Waktu pelatihan yang cukup padat, yang membuat peserta menjadi bosan. SIMPULAN DAN SARAN Hasil analisis dan pembahasan pada penelitian ini menunjukkan : 1. Ada perbedaan intensitascraving pada kelompok eksperimen sebelum mengikuti pelatihan kontroldiri (pretest) dan setalah mengikuti pelatihan kontrol (posttest). 2. Tidak ada perbedaan intensitascravingpada kelompok kontrol pada saat pretest dan pada saat posttest. 3. Ada perbedaan intensitascraving sebelum dan setelah mengikuti pelatihan kontroldiri. Hasil dari analisis di atas menyimpulkan bahwa pelatihan kontroldiri efektif untuk menurunkanintensitascravingpadaremajapecandurokok. Berdasarkan uraian kesimpulan diatas, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi subjek pelatihan, diharapkan seluruh materi yang didapatkan pada saat pelatihan kontroldiri dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari, sehingga keterampilan dalam mengontroldiri dapat berkembang. 2. Bagi peneliti selanjutnya: a. Mempertimbangkan kondisilingkungandanwaktu penelitian. Pelatihanperludilakukanlebihdarisehariberkaitandengankondisipeserta agar tidakbosan, dandiharapkankondisilingkunganpelatihan yang lebihtenangdankondusif, sehinggahasilpenelitian yang diperolehlebih optimal. b. Menambahkankonselingkelompokpadarangkaianpelatihan. c. Menambahkantipekepribadiansebagaisalahsatuvariabel control dalampenelitianeksperimen. DAFTAR PUSTAKA Ardini, R. F., &Hendriani, W.(2012). Proses berhenti merokok secara mandiri pada mantan pecandu rokok dalam usia dewasa awal. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 1(2). Basharpoor, S., Khosravinia, D., Atadokht, A., Daneshvar, S., Narimani, M., & Massah, O. (2014). The role of self-compassion, cognitive self-control, and illness perception in predicting craving in people with substance dependency. Practice in Clinical Psychology, 2(3), 183-192. Baumeister, R. F., Bratslavsky, E., Muraven, M., & Tice, D. M. (1998). Ego depletion: Is the active self a limited resource?. Journal of Personality and Social Psychology, 74(5), 1252. Berlin, I., Singleton, E. G., & Heishman, S. J. (2012). Validity of the 12-item French version of the Tobacco Craving Questionnaire in treatment-seeking smokers. Nicotine & Tobacco Research, 12(5), 500-507. Bernard, L. C., Mills, M., Swenson, L., & Walsh, R. P. (2005). An evolutionary theory of human motivation. Genetic, Social, and General Psychology Monographs, 131(2), 129-184. Clark, D. (2007). Theories of craving and urges (online) (http://www.drinkanddrugs.net, diakses pada 11 november 2016). Critchley, J. A., & Unal, B. (2003). Health effects associated with smokeless tobacco: A systematic review. Thorax, 58, 435-443. Dharmadhikari, A. S., & Sinha, V. K. (2015). Psychological Management of craving. J Addict Res Ther, 6(2). Fitrianti, N., Subekti, E. A., &Aquarisnawati, P. (2011). Pengaruh antara kematangan emosi dan self-eficacy terhadap craving pada mantan pengguna narkoba. INSAN, 13(02), 106-117. Gailliot, M. T., Baumeister, R. F., DeWall, C. N., Maner, J. K., Plant, E. A., Tice, D. M., ... & Schmeichel, B. J. (2007). Self-control relies on glucose as a limited energy source: Willpower is more than a metaphor. Journal of Personality and Social Psychology, 92(2), 325-336. Ghufron, M. N.,& Risnawita, R. (2011). Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Husaini, A. (2007). Tobat Merokok Rahasia & Cara Empatik Berhenti Merokok. Jakarta: Pustaka Iman. Maharani, D. (2015). Jumlah perokok Indonesia, 10 kali lipat penduduk singapura. (Online). Diakses tanggal 5 oktober 2016 pada http://health.kompas.com/. Mariyati, L. I. (2014). Pelatihan manajemen diri dengan pendekatan choice theory untuk menurunkan kecenderungan merokok pada remaja. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 2(1), 103-114. Muraven, M. (2010). Building self-control strength: Practicing self-control leads to improved self-control performance. Journal of Experimental Social Psychology, 46(2), 465-468. Murray, L. K. (2002). Self-control training in young children. Dissertation.Kalamazo: Western Michigan University. Park, S., & June, K. J. (2006). The importance of smoking definitions for the study of adolescent smoking behavior. Journal of Korean Academy of Nursing, 36(4), 612-620. Pennebaker, J. W., & Seagal, J. D. (1999). Forming a story: The health benefits of narrative. Journal of Clinical Psychology, 55(10), 1243-1254. Peto, R., & Lopez, A. D. (2004). The future worldwide health effects of current smoking patterns. In Boyle, P., Gray, N., Henningfield, J., Seffrin, J., Zatonski, W. Tobacco (pp.281-329T). Oxford: University Press. Rickwood, D., Crowley, M., Dyer, K., Magor-Blatch, L., Melrose, J., Mentha, H., & Ryder, D. (2005). Perspectives in Psychology. Melbourne: The Australian Psychological Society. Roderique-Davies, G. (2008). Cigarette craving: Exploring the enigma. Smoking Cessation: Theory, Interventions and Prevention. New York, NY: Nova Science. Swift, R. M. (1999). Medications and alcohol craving. Alcohol Research and Health, 23(3), 207-214. Wardana, A. K. (2016). Jumlah perokok di Indonesia terbanyak di dunia, kalahkan Rusia dan China. Diaksestanggal 5 oktober 2016 pada http://makassar.tribunnews.com/. THE EFFECTIVENESS OF SELF-CONTROL TRAINING TO REDUCE CRAVING INTENSITY FOR CIGARETTE ADDICTED ADOLESCENCE Nurdian Yunus (nurdianyunus@gmail.com) Lukman (l_nadjamuddin@yahoo.com) Ahmad Ridfah (ahmad.ridfah@unm.ac.id) Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar Jl. A. P. Pettarani, Makassar, 90222 Abstract Cigarettes gives bad consequences to health, another effect of smoking is causing craving. The purpose of this study was to determine the effectiveness of self-control training to reduce the intensity of craving on cigarette addicts. Participant of this study were consisted of 8 experimental groups and 9 control groups, who were psychology students inState University of Makassar. This research used pretest-posttest control group design method. The research instrument used for this study isTobacco Craving Questionnare (TCQ) validated by four professional judgments with aiken’s V coefficient moving between 0.688 to 0.750. Realibility of this scale was measured by calculating the Cronbach's alpha coefficient with a value 0.885. This research usedMann Whitney U-Test data analysis technique by using R Studio 3.3.2 for windows. The results showed the significance value of craving intensity of 0.00 (p <0.01), which means self-control training is effective to decrease craving intensity of cigarette addicts in Makassar. This research can be an alternative training program that can be applied to reduce the intensity of craving. Kata kunci: Craving, Self control Indonesia has a lot of social problems, one of them is cigarette problem. Smoking is not something taboo in our society. This is really apprehensive, as we know that almost every people know it’s danger. Critchley dan Unal (2003) explained that their data analysis result from some electronic database about smoking, on cohorts research, case-control, cross sectional studies with >500 samples and a lot of outcome, such as death, oral cancer, pharyngeal, and another cencer, cardiovascular problems, dental diseases, and pregnancy outcomes shown that smoking is moderately correlated with those outcome. Cigarette and alcohol reported to has high consequencies and correlated with bad health such as early dead cause (Peto& Lopez, 2004). Husaini (2007) explained that 90% death is caused by respiratory problems, 25% by coronery artery disease, and 75% by emphysema (lungs swelling), all of it triggered by smoking habit.Cigarette causing bad outcome for health, but amount of people who smoke cigarettes in Indonesia is not decreasing, instead its reported increasing every year. Maharani (2015) states that the amount of active smokers in Indonesia from the last ten years are 58.750.592. That amount it self is consisted of 56.860.457 men and 1.890.135 women.The Tobacco Atlas survey in 2015, placed Indonesia as number one in the world with 15 years old and above men smokers. Those survey shown that 66% mens in Indonesia was smoking and smokers prevalebce in Indonesia from 2015 and every years is increasing, whether it is men or woman.The amount of smokers in Indonesia is predicted to be around 90 millions (Wardana, 2016). According to interview with three active smokers that shown addiction symptoms, obtained informations that respondent experienced pleasured and feel like their burdens go away when they smoke. When respondent in depressed condition, unable to think clear, and experiencing bad moods, respondent chosed to smoke to control and ger rid of it. Respondents also reported that to do some works that need higher concentration they chosed to smoke. Respondents explained that they can not restrained their self not to smoking more than 12 hours, there will always be a desire to smoke everyday. Hawari research (2003) explained that relapse on drugs, cigarette, and alcohol junkies is caused by friends factor 58,36%, craving 23,21%, and frustrated 18,43%. Smokers can stop smoking without pain, but when they addicted to it they might feel physical pains when they stop smoking. Effects that later show up is desire to reconsumed addictive stuff (craving) to reduce that feeling. Ardini & Hendriani (2012) explained that a person can be called a heavy smoker if they smoke 15 cigarettes minimum per day. Light smokers if they smoke 1-4 cigarettes per day. Fly, dkk (Park & June, 2006)state that there are four processes that a person can be a smoker those are preparation, intial trial, experimentation, regular use, and nicotine addiction. Research by Bernard, Mills, Swenson, dan Walsh (2005) explained that human body that consisted with addictive substances in ther blood, can make them feel desire or craving to taste it again.Clark (2007) defined craving as their thinking about to smoke again. In craving condition a person can not control and restrained their self from urges from their self to smoke. Roderique-Devies (2008) explained impulses (urge) from a person’s self is reflected their intent to smoke motivated by craving. Bashpoor,dkk (2014) research shown that craving is negatively correlated with self control. A person with high self control can control theor emotion, behavior, and mind. If a person who is addicted to addictive substances have high self control they will be more prepared to restrain from any behavior that can caused craving.Muraven (2010) stated that doing small acts can awaken self control (practicing small acts of self-control) can made a person to enhance their performance to control their self better. Because smoking needs self control, then it needs a pre-treatment that can help a person to built self control, so that it can help them to stop smoking. To prove it, Muraven gave self control intervention to 122 smokers by giving small acts of self-controltrainingfor about 2 weeks. First group given task to exercise their awareness of self control, and second group was raised their confidences without train their self control (feelings of confidence without exercising self-control). By measuring their smokng behavior from phone and measure their biochemical everyday, Muraven proved that a person who train their self control is better at restrain their self (fasting) from smoking than they who didn’t train their self control. Additional analysis from Muraven study shown that, smoking can be stopped by building self control streghth, and not change a person’s confidences after stop smoking or with bigger nor smaller their effort at training, nor their thought in self control training. Cigarettes are a product that processed from tobacco of nicotina tobacum, nicotina rustica and another sistetic substance which their smoke contain nicotin and tar with or without additional ingredients(Sitepoe, 2000).Husaini (2007) defined smoking as an activity of burning tobacco, and suck it’s smoke. On KBBI (Indonesian Dictionary) smoking is defined by an activity where a person sucking a cigarette. Smet (Ardini & Hendriani, 2012) states that there are three tipes of smokers that can be classified by their smoking intensities, they are: d. Heavy smokers, consumed 15 cigarettes per day. e. Mild smokers, consumed 5-14 cigarettes per day. f. Light smokers, consumed 1-4 cigarettes per day. McKim (Fitrianti, Subekti, & Aquarisnawaty, 2011) explained that craving is defined as a strong desire to consume psychoactive substance. Swift (1999) explained craving as voices that ring in junkies’s head that made them consumes some sort of subtances. Berlin, Singleton, dan Heishman (2012) stated that there are four aspects of smoking cigarettes craving, those are: emotionality, purposefulness, and compulsivity. RESEARCH METHOD Subjects of this study are 17 male adolescences addict in Psychology faculties UNM Makassar. Subjects sampling were done by two stages, which are filtering stages and partisipants determination. Experimental design used of this study ispretest-posttest control group design.This design consisted of experimental group (KE) and control gropus (KK), both of them were given pretest and posttest usingTobacco Craving Questionare (TCQ). After pretest on KE they would given a treatment (X) which is self control training, on the other hand KK wasn’t given any kind of treatment. This training was held for one day and consist of four sessions, which are self concept material, control your self, self control training, and sharing session. In the first session, given the concept of self-concept "who am i?", and positive and negative self-concept. In the second session is control yourself given the material in the form of self-control, tapping, creating button (anchor), and practice focus. In the third session, participants were asked to perform self-control exercises that had been given in the second session. The control exercises will be conducted for seven days after the training. In the fourth session, participants are divided into two groups, each of which will tell a history of smoking. Sharing session is conducted to reveal the smoker's history of the participants. Then for seven days partisapan who are in the experimental group will be given the task to practice self-control. Participants will be given a diary to write a self-control exercise exercise conducted for one week. After treatment was given then both groups were given posttest. A significant difference between the pretest and posttest results will show the effect of the treatment result. Then for seven days partisipants on experimental group would given task to exercised their self control. Participant would be given a diary then asked to write their exercised activity for a week long. After treatment done then both group completed a posttest. Significance differences between pretest and posttest would shown the effects of treatment’s result. Scale that researchers used is an adaptaion from Berlin, Singleton, dan Heishman (2012),which isTobacco Craving Questionare (TCQ). TQC used to measure craving intensities on smoking addicts before and after self control training. Validity test of this study was using content validity and factorial validity by measuring Aiken’s V coefficient which is moving from 0,421 until 0,697. Reliability of craving scale shown Cronbach’s Alpha coefficient 0,885. Research data was analysed using Wilcoxon Match Pairs Test using R studio with K-Stat assistance. RESULT AND DISCUSSION Research result is described through mean empirical score, tandard deviation, minumim and maximum score and craving catagorisation on research partisipants. KK KE Pre test Post test Pre test Post test Mean 65,56 66,33 65,38 45,25 SD 5,434 4,690 5,476 13,594 Min 61 61 60 25 Max 77 76 73 66 Descriptive analysis result on this result is obtained from general description about craving that currently happening on adolescents smoking addicts. Analysis on experimental group resulted mean 65,38 before training given. Mean craving decreased after self control training given which is 42,25. In line with theory by Ghufron dan Risnawita (2010) which explained that self control is one of potential that a person can used and developed for their everyday life. Galliot, et al. (2007) explained that self control used to control people’s mind, emotion, and behavior. Related with partisipants perception on training materials, which are on self concept material 75% of partisipants stated that they can understand self image negatively and positively, so that they can push them self to be a better person in the future. On second material, which is control your self 75% of partisipants stated that they know how important having a self control in everyday life. On third material 90% partisipants stated that this material is really good and can be applied on everyday life. Thacker dan Blanchard (Mariyati, 2014) explained that training is a form of psychological intervention that can give participant a lesson on enhancing better ability, knowledge, skill, and attitude in line with their goal that has been decided on training. Mann Whitney U-TestZresult= -3,477, p-Value = 0,008< 0,05. This result shown that self control training is effective to decreasing craving intensities on partisipants. According to hypothesis test by measuring gain score on pre-post shown that there is a difference on craving score which is significantly decreased between group. Self control training considered effective to decrease craving intensities on smoking addicts. According to hypothesis test shown that mean score on posttest is higher than pretest, test result using Mann Whitney U-test by measuring gain score experimental group and control group withp-Value 0,0008227 (< 0,01) shown that there is difference on craing intensities of experimental group and control group before and after training.Analysis result found that self control training can reduce craving intensities on adolescences smoking addicts. By using Mann Whitney U-test calculating control group dan experimental group result found that there is a decreasing result on craving intersities before and after self control training. Mean rank each group are experimental group 5,31 and control group 12,28. Those result shown experimental group result is lower than control group. Besides that researcher also found that there is no decreasing result on control group between pretest and posttest. Also this research shown that self control training considered effective to decreasing craving intensities.Dharmadhikari dan Sinha (2015) explained that craving could be handled by training. Murray (2002) explained that having high self control can lead individual to decreasing touble and impulsive behavior. Skor difference test before and after training on each group done with Wilcoxon Match Pairs Test. K Z Mean rank p Ket E -2,520 45,20 0,017 Sig K -0,689 66,33 0,4911 Not Sig Wilcoxon test result found that there is difference on adolescents craving intensities in experimental group before and after training and also there is no difference on adolescents smoking craving intensities in pretest and posttest. Wilcoxon test on experimental group with p= 01415 (p<0,05), and control group withp= 0,5469 (p>0,05). Those shown that there is significants difference on experimental group whose given self control training treatment and control group whose never given any treatment. These result shown that self control training considered effective on decreasing adolescents smoker craving intensities. In line with that Baumeister, Bratslavsky, Muraven, dan Tice (1998) stated that a person who have a good self control can be better at controllong their mind, emotion, and prevent an impuls, than a person who have low self control. Additionalanalysis result, which is knowledge test before and after training by experimental group are mean score on pretest is 65 and mean score on posttest is 84. These shown that there is diffence in their knowledge before and after self control training. Those result shown that information that obtained from training considered effective to increasing their knowledge about decreasing craving intensities on adolescents smoking addicts. In line with that kode etik psikologi Indonesia (2010) explained that training is an activity that aim to bring people to a better place. Self-practice that done by participants by writing diary for 7 days long and train their self control to restrain them self from smoking is well done. These stated by one of participant (AFR) when he meet with their friend he was tempted to smoke so he took the cigarette and just stop at smell it.In line with that Janah (2014) stated that individual who has high self control tend to monitoring their behavior better and can lead them into positive consequences. Another participant (OSP) also said that when craving shown up he try to do his must do activity, which is clenched hand. Those are in line with a theory by Ghufron dan Risnawita (2010) explained that self control can lead individual to stage, arrange, leading to bringing insididual to a positive ways. Self control is one of individual’s potential that shoul be developed and used in everyday life. Good self control will lead individual to physical and psychological process that can create them to be a better person (Calhoun dan Acocella, 1990). Writing diary can make individual channeling their emotion. Niederhoffer dan Pennebaker (2006) explained that writing diary can be functionial to release negative emotion on people’s mind. When individual write they will release their emotion and try to reconstruct their memory on certain things, so that it can rise a consciousness. Writing is believed has a similar state as psychotherapy which is caused by it’s problem disclosure aspects. On third session participants told to do sharing session between them witch is aim to reveal their smoking history, and so participants has a vision that they are not the only one who experience it and the participants can have a solution for their problems. The result on this sharing session is partisipants made cigarettes as their run away from their problems and these gradually become aproblem that hard to get rid off. In line with that Pennebaker dan Seagel (1999) explained that when individual don’t release their burden, the stessor will getting bigger andwill caused a health problems. By doing sharing session artisipants has a vision that they are not the only one who experienced this and participant could obtain a solution from their problems. Self control become a capacities that change their self-images and especially lead them according to goals and standard in society (Baumeister, Vohs, & Tice, 2007). Baumeister (2002) explained that self control is a monitoring process that arrange and control behaviout so that it suitable with norm and rule in society. Self control also can be defined as capacities to change their self. Individual who have a good self control tend to do things according as belief, value, and benefits that will be obtained. According to those researcher then develop a training method that considered poditive, which is self control to help adolescents escepecially they who become a smoking addicts. In this research, writer has limitations on doing research. Those limitations on this research are, first no equality on amount of participants in experimental and control group. When giving posttest on experimental group there was a mortality so at first experimental group is consist of nine people, become only eight people. Second limitation is rooms environmental that is not condusive which sometimes bothering attention when training was held. Training time which is really close, made participatns bored. CONSLUSSION AND SUGGESTION Result analysis and discussion on this research shown: 4. There is difference of craving intensities on experimental group before self control training (pretest) and after self control training (posttest). 5. There is no difference of cravig intencities in control group on pretest and posttest. 6. There is difference on craving intensities before and after self control trining Analysis results above conclude that self control training is effective on decreasing craving intensities on adolescents smoking addicts. According to conclusion above, researchers then propose some advice, they are: 3. For research subjects, hope that every material that obtained from self control training could be applied on everyday life, so that self control skill can be developed. 4. For next researchers: d. Considered environmental condition and research time. Training need to be hold one day considered participants condition so that they will not bored, and hopefully environmental condition on training is more quite and condusive, so that research result will be more optimal. e. Adding group conselling on training rundown. f. Adding personality tipe as one of control variable on experimental research. DAFTAR PUSTAKA Ardini, R. F., &Hendriani, W.(2012). Proses berhenti merokok secara mandiri pada mantan pecandu rokok dalam usia dewasa awal. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 1(2). Basharpoor, S., Khosravinia, D., Atadokht, A., Daneshvar, S., Narimani, M., & Massah, O. (2014). The role of self-compassion, cognitive self-control, and illness perception in predicting craving in people with substance dependency. Practice in Clinical Psychology, 2(3), 183-192. Baumeister, R. F., Bratslavsky, E., Muraven, M., & Tice, D. M. (1998). Ego depletion: Is the active self a limited resource?. Journal of Personality and Social Psychology, 74(5), 1252. Berlin, I., Singleton, E. G., & Heishman, S. J. (2012). Validity of the 12-item French version of the Tobacco Craving Questionnaire in treatment-seeking smokers. Nicotine & Tobacco Research, 12(5), 500-507. Bernard, L. C., Mills, M., Swenson, L., & Walsh, R. P. (2005). An evolutionary theory of human motivation. Genetic, Social, and General Psychology Monographs, 131(2), 129-184. Clark, D. (2007). Theories of craving and urges (online) (http://www.drinkanddrugs.net, diakses pada 11 november 2016). Critchley, J. A., & Unal, B. (2003). Health effects associated with smokeless tobacco: A systematic review. Thorax, 58, 435-443. Dharmadhikari, A. S., & Sinha, V. K. (2015). Psychological Management of craving. J Addict Res Ther, 6(2). Fitrianti, N., Subekti, E. A., &Aquarisnawati, P. (2011). Pengaruh antara kematangan emosi dan self-eficacy terhadap craving pada mantan pengguna narkoba. INSAN, 13(02), 106-117. Gailliot, M. T., Baumeister, R. F., DeWall, C. N., Maner, J. K., Plant, E. A., Tice, D. M., ... & Schmeichel, B. J. (2007). Self-control relies on glucose as a limited energy source: Willpower is more than a metaphor. Journal of Personality and Social Psychology, 92(2), 325-336. Ghufron, M. N.,& Risnawita, R. (2011). Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Husaini, A. (2007). Tobat Merokok Rahasia & Cara Empatik Berhenti Merokok. Jakarta: Pustaka Iman. Maharani, D. (2015). Jumlah perokok Indonesia, 10 kali lipat penduduk singapura. (Online). Diakses tanggal 5 oktober 2016 pada http://health.kompas.com/. Mariyati, L. I. (2014). Pelatihan manajemen diri dengan pendekatan choice theory untuk menurunkan kecenderungan merokok pada remaja. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 2(1), 103-114. Muraven, M. (2010). Building self-control strength: Practicing self-control leads to improved self-control performance. Journal of Experimental Social Psychology, 46(2), 465-468. Murray, L. K. (2002). Self-control training in young children. Dissertation.Kalamazo: Western Michigan University. Park, S., & June, K. J. (2006). The importance of smoking definitions for the study of adolescent smoking behavior. Journal of Korean Academy of Nursing, 36(4), 612-620. Pennebaker, J. W., & Seagal, J. D. (1999). Forming a story: The health benefits of narrative. Journal of Clinical Psychology, 55(10), 1243-1254. Peto, R., & Lopez, A. D. (2004). The future worldwide health effects of current smoking patterns. In Boyle, P., Gray, N., Henningfield, J., Seffrin, J., Zatonski, W. Tobacco (pp.281-329T). Oxford: University Press. Rickwood, D., Crowley, M., Dyer, K., Magor-Blatch, L., Melrose, J., Mentha, H., & Ryder, D. (2005). Perspectives in Psychology. Melbourne: The Australian Psychological Society. Roderique-Davies, G. (2008). Cigarette craving: Exploring the enigma. Smoking Cessation: Theory, Interventions and Prevention. New York, NY: Nova Science. Swift, R. M. (1999). Medications and alcohol craving. Alcohol Research and Health, 23(3), 207-214. Wardana, A. K. (2016). Jumlah perokok di Indonesia terbanyak di dunia, kalahkan Rusia dan China. Diaksestanggal 5 oktober 2016 pada http://makassar.tribunnews.com/.