HUBUNGAN PERFEKSIONIS DENGAN BURNOUT PADA PROFESI JURNALIS DI KOTA MAKASSAR
| Main Author: | HUSNI, FATMA |
|---|---|
| Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
| Bahasa: | eng |
| Terbitan: |
, 2017
|
| Subjects: | |
| Online Access: |
http://eprints.unm.ac.id/2878/1/Ringkasan%20Skripsi-Fatma%20Husni-107104001.docx http://eprints.unm.ac.id/2878/ |
Daftar Isi:
- RINGKASAN SKRIPSI HUBUNGAN PERFEKSIONIS DENGAN BURNOUT PADA PROFESI JURNALIS DI KOTA MAKASSAR FATMA HUSNI 107104001 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR MAKASSAR 2017 HUBUNGAN PERFEKSIONIS DENGAN BURNOUT PADA PROFESI JURNALIS DI KOTA MAKASSAR Fatma Husni (fathehusni@gmail.com) Faradillah Firdaus (ilafirdaus@yahoo.com) Dian Novita Siswanti (dhian76@yahoo.com) Fakultas Psikologi, Universitas Negeri Makassar Jl. AP Pettarani Makassar, 90222 ABSTRAK Burnout adalah kelelahan fisik, mental, dan emosional yang menyebabkan individu merasa tidak puas dan meragukan kemampuannya. Burnout biasanya dialami individu perfeksionis karena evaluasi diri yang sangat keras dan standar yang terlalu tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perfeksionis dan burnout pada jurnalis di kota Makassar. Subjek penelitian pada penelitian ini sebanyak 74 jurnalis yang bekerja di media cetak dan berinteraksi langsung dengan sumber informasi. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan skala, yaitu skala perfeksionis dan skala burnout serta dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Spearman’s rho. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,614, dengan signifikansi 0,000 < 0,005 sehingga terdapat hubungan positif antara perfeksionis dengan burnout pada jurnalis di kota Makassar. Implikasi dari penelitian ini adalah memberikan gambaran mengenai perfeksionis dan burnout, dan dapat menjadi evaluasi diri bagi jurnalis untuk meminimalisir dampak negatif yang dapat ditimbulkan perilaku perfeksionis sehingga jurnalis tidak mengalami burnout. Kata kunci : Perfeksionis, Burnout Media adalah alat dan sarana komunikasi yang dibutuhkan individu. Berdasarkan survey Edelman Trust, tingkat kepercayaan publik Indonesia terhadap media-media di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia (dewanpers.co.id). Media dapat berbentuk cetak dan elektronik. Informasi yang disajikan dimedia cetak maupun elektronik disediakan oleh jurnalis. Tamburaka (2012) mendefinisikan jurnalistik sebagai kejadian pencatatan dan atau pelaporan serta penyebaran informasi tentang kejadian sehari-hari. Sulistiono (2013) menjelaskan wartawan dapat dibedakan berdasarkan media (radio, televisi, dan berita), pekerjaan (reporter, copy editor, dan fotografer), dan prestasinya (biasa dan senior). Chaudry dan Al-Sagheer (2011) menjelaskan bahwa pekerjaan jurnalis pada dasarnya untuk menggunakan sumber informasi yang luas dan bervariasi. Jurnalis harus mampu menggunakan setiap informasi yang didapat, dan memvalidasi dan memeriksa fakta dari informasi tersebut. Hal ini harus dilakukan dalam jangka waktu dan jumlah yang telah ditentukan. Randall (2007) menjelaskan bahwa jurnalis harus memiliki keinginan akan ketepatan yaitu pertama, merekam dan menulis secara akurat informasi yang diberikan oleh sumber informasi, kedua melengkapi secara akurat bagian cerita yang didapatkan, misal suasana dan atmosfir yang terjadi saat kejadian dalam hal ini menambahkan latar belakang dan konteks, dan ketiga, tidak mudah mengambil kesimpulan dalam menyusun berita. Hardyanti (2013) menyatakan bahwa profesi wartawan yang memiliki tantangan kerja tinggi sehingga membutuhkan individu yang memiliki kualitas kepribadian tertentu untuk mendukung pekerjaannya. Perbedaan kinerja karyawan dalam tugas jabatan tertentu disebabkan oleh perbedaan yang dimiliki oleh individu dan salah satunya adalah faktor kepribadian. Eriksson, Lundstrom, dan Sjobeck (2011) menjelaskan bahwa individu yang bekerja sebagai jurnalis memiliki karakteristik pribadi seperti memiliki moral tinggi, ambisius, dan perfeksionis. Chang (2012) menjelaskan diantara kepribadian dalam Big Five Personality, perfeksionis merupakan salah satu kepribadian yang memiliki pengaruh terhadap burnout. Childs dan Stoeber (2010) menjelaskan bahwa perfeksionis adalah individu yang memiliki karakteristik bekerja keras agar menjadi sempurna, dengan menentukan standar performansi yang tinggi dan secara keseluruhan mengevaluasi perilaku individu secara kritis. Hill dan Curran (2015) mendefinisikan perfeksionis merupakan gabungan tingginya standar yang ditentukan individu dan kurang mampu mengevaluasi diri sesuai dengan kenyataan. Hill dan Curran (2015) menjelaskan bahwa dalam perfeksionis terdapat dua dimensi yang lebih tinggi yaitu perfectionistic strivings (perjuangan perfeksionis) dan perfectionistic concerns (kekhawatiran perfeksionis). Tiga komponen perfeksionisme menurut Hewit dan Flett yang mengindikasikan perfeksionisme neurotik, yaitu Self-orientation, Other-orientation, Socially-prescribed. Childs dan Stoeber (2010) menjelaskan perbedaan individu dalam perfeksionis memiliki kontribusi terhadap burnout dan engagement dalam lingkungan kerja. Hill dkk., (2010) meneliti hubungan antara perfeksionis dan burnout pada atlet yang menemukan bahwa saat pencarian akan standar yang tinggi dikombinasikan dengan perhatian evaluatif, hal ini menambah motivasi yang mungkin membuat atlet rentan terhadap burnout. Rahman (2007) menjelaskan bahwa burnout merupakan kondisi emosional disaat individu merasa lelah dan jenuh, baik secara fisik maupun mental, akibat dari tuntutan pekerjaan yang meningkat. McShane dan Glinow (2003) menjelaskan tiga dimensi burnout, yaitu Emotional exhaustion (kelelahan emosi), Depersonalization (depersonalisasi), dan Reduced personal accomplishment (rendahnya penghargaan diri). Riggio (2009) menjelaskan bahwa burnout biasanya terjadi dalam tiga fase, yaitu tahap Pertama adalah stress, tahap kedua adalah strain, dan tahap ketiga adalah coping. Reinardy (2009) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa jurnalis baru yang kurang pengalaman mengalami resiko burnout lebih tinggi dibandingkan jurnalis lama yang berpengalaman. Buyukbayraktar dan Termiz (2015) menjelaskan fitur sosio-demografis, kondisi kerja, beban kerja dan kepribadian (perfeksionis) berperan dalam meningkatnya burnout. Peneliti telah melakukan survey di Koran Harian Tribun Timur, Makassar. Hasil survey menunjukkan bahwa 23 dari 35 partisipan menunjukkan tanda-tanda mengalami burnout. Reinardy (2011) mengemukakan bahwa dari 770 subjek jurnalis, 173 individu mengalami sinisme yang membuat mereka rentan mengalami burnout, serta 74,5 % jurnalis memiliki keinginan untuk berhenti atau menjawab “tidak tahu”. Jurnalis yang bekerja sebagai copy editor muda atau desainer halaman yang bekerja di surat kabar kecil memiliki resiko burnout yang lebih banyak. Vercic dan Colic (2016) mengemukakan bahwa jurnalis mengalami kesulitan dengan jam kerja yang bertambah, berkurangnya gaji, rendahnya status dan kepuasan kerja, serta burnout. METODE Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perfeksionis, yaitu perilaku menilai diri sendiri sangat tinggi dan melakukan evaluasi diri secara kritis dan ekstrim untuk menjadi sempurna, dengan cara menentukan standar performansi yang tinggi. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah burnout, yaitu keadaan atau kondisi stress yang dialami oleh individu setelah bekerja dalam jangka waktu yang lama dan mengalami kelelahan emosi dan motivasi kerja yang rendah. Populasi dalam penelitian ini adalah 100 orang jurnalis pada media cetak di kota Makassar, dengan kriteria yaitu, (1) Bekerja di media cetak, (2) Berinteraksi langsung dengan narasumber (3) Bekerja ± 8 jam sehari, dan (4) Memiliki jabatan sebagai reporter, redaktur, atau fotografer. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik purposive sampling. Data yang dikumpulkan menggunakan skala psikologi. Model skala yang digunakan ialah model skala Likert. Skala yang digunakan, yaitu: 1. Skala perfeksionis, yaitu skala yang disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Hill dan Curran (2015) yaitu perfectionistic strivings (perjuangan perfeksionis) dan perfectionistic concerns (kekhawatiran perfeksionis). Validasi skala melalui analisis dari tiga professional judegement dengan penilaian didasarkan pada rasio validitas isi Aiken’s V dan diperoleh angka validitas yang terentang antara 0,58 sampai 0,83. Daya diskriminasi aitem skala setelah dilakukan uji coba menunjukkan bahwa dari 46 aitem terdapat 18 aitem skala yang gugur, sehingga tersisa 28 aitem yang tersisa. Koefisien reliabilitas menunjukkan nilai sebesar 0,849 dan termasuk kedalam kategori reliabel. 2. Skala burnout, yaitu skala yang disusun berdasarkan dimensi yang dikemukakan oleh McShane dan Glinow (2003), yaitu Emotional exhaustion (kelelahan emosi), Depersonalization (depersonalisasi), dan Reduced personal accomplishment (rendahnya penghargaan diri). Validasi skala melalui analisis dari tiga professional judegement dengan penilaian didasarkan pada rasio validitas isi Aiken’s V dan diperoleh angka validitas yang terentang antara 0,58 sampai 0,75. Daya diskriminasi aitem skala setelah dilakukan uji coba menunjukkan bahwa dari 43 aitem terdapat 17 aitem skala yang gugur, sehingga tersisa 26 aitem yang tersisa. Koefisien reliabilitas menunjukkan nilai sebesar 0,862 dan termasuk dalam kategori reliabel. HASIL DAN PEMBAHASAN Subjek dalam penelitian ini adalah jurnalis yang berjumlah 74 orang. Bidang dalam jurnalis Frekuensi (%) Reporter 46 62,16 Redaktur 19 25,68 Fotografer 9 12,16 Total 74 100 Subjek dalam penelitian ini adalah 74 jurnalis yang terdiri atas jurnalis yang bekerja dalam bidang reporter sebanyak 45 (62,16%) subjek, 19 (25,68%) subjek dalam bidang redaktur, dan 9 (12,16%) subjek dalam bidang fotografer. Splichal (2015) menjelaskan bahwa masyarakat umum juga dapat menjadi seorang reporter yang dapat membuat berita dan mengedit beritanya sendiri. Splichal juga memaparkan bahwa di Korea Selatan menerapkan setiap masyarakat adalah reporter, dimana dilansir dari ohmynews ditemukan bahwa pada tahun 2000 terdapat 62000 jurnalis masyarakat yang mengirimkan beritas setiap hari. Splichal (2015) menjelaskan bahwa editor (redaktur) tidak lagi sebagai penjaga gerbang dalam memilih berita. MacDonald, Saliba, dan Ovington (2016) menjelaskan bahwa editor (redaktur) dan reporter mengalami pengelaman burnout yang lebih tinggi dibandingkan bidang jurnalis yang lain. Subjek pada penelitian ini juga memiliki karakteristik usia jurnalis. Usia Frekuensi (%) 11 – 20 Tahun 10 13,51 Usia 21 – 30 Tahun 43 58,1 Usia 31 – 40 Tahun 15 20,27 Usia 41 Tahun ke atas 6 8,10 Total 74 100 Berdasarkan hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa terdapat subjek yang berusia 11 sampai 20 tahun berjumlah 10 (13,51) subjek, usia 21 sampai 30 tahun berjumlah 43 (58,1%) subjek, usia 31 sampai 40 tahun berjumlah 15 (20,27%) subjek, dan usia 41 tahun keatas berjumlah 6 (8,10%) subjek. Eriksson, Lundstrom, Sjobeck (2011) mejelaskan bahwa pendatang baru memberikan hasil kerja yang terbaik untuk menemukan peran mereka dalam organisasi. Reinardy (2011) menjelaskan bahwa jurnalis yang berusia 25 sampai 29 tahun menunjukkan tanda-tanda keinginan untuk meninggalkan profesi jurnalis atau belum memutuskan. Reinardy (2011) menjelaskan bahwa jurnalis usia 30 sampai 34 tahun menunjukkan tingkat kelelahan yang lebih rendah dibandingkan usia 49 tahun ke atas. MacDonald, Saliba, dan Ovington (2016) menjelaskan bahwa jurnalis yang lebih tua lebih mampu mengembangkan kemampuan coping yang lebih baik untuk menangani stress. Subjek pada penelitian ini juga memiliki karakteristik pendidikan terakhir yang dimiliki jurnalis. Pendidikan Terakhir Frekuensi (%) SMA 15 20,27 D2 – D3 3 4,05 S1 54 72,97 S2 2 2,70 Total 74 100 Berdasarkan hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa terdapat pendidikan terakhir yang dimiliki jurnalis yaitu SMA berjumlah 15 (20,27%) subjek, D2 sampai D3 berjumlah 3 (4,05%) subjek, S1 berjumlah 54 (72,97%) subjek, dan S2 berjumlah 2 (2,7%) subjek. Hill dan Curran (2015) menjelaskan bahwa dalam kasus aspirasi perfeksionis dengan burnout terdapat kemungkinan bahwa rendahnya keseimbangan tuntutan kerja dan kelelahan yang dialami dalam pendidikan. Subjek pada penelitian ini juga memiliki karakteristik pengalaman kerja dibidang jurnalis. Pengalaman kerja Frekuensi (%) < 1 tahun 15 20,27 1 – 5 tahun 29 39,19 6 – 10 tahun 16 21,62 11 – 15 tahun 9 12,16 Total 74 100 Berdasarkan lama bekerja dibidang jurnalis 15 (20,27%) subjek bekerja kurang dari 1 tahun, 29 (39,19%) subjek bekerja selama 1 sampai 5 tahun, 16 (21,62%) subjek bekerja selama 6 sampai 10 tahun, 9 (12,16%) subjek bekerja selama 11 sampai 15 tahun, dan 5 (6,76%) subjek bekerja selama 16 sampai 20 tahun. Eriksson, Lundstrom, dan Sjobeck (2011) menjelaskan bahwa pendatang baru dalam organisasi mengalami konflik dikarenakan mereka memiliki banyak pertanyaan mengenai organisasi dan tentang pekerjaan dan peran mereka. Buyukbayraktar dan Termiz (2015) menjelaskan burnout merupakan stress yang akan dialami oleh karyawan setelah bekerja dalam jangka waktu yang lama sehingga mengalami kelelahan emosi dan motivasi kerja yang rendah. MacDonald, Saliba, dan Ovington (2016) menjeleaskan bahwa jurnalis yang telah bekerja dalam jangka waktu lama lebih dapat mengatur stress kerja yang diterima. Berdasarkan hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa jurnalis memiliki perfeksionis dalam kategori sedang. Variabel (%) Kategori Perfeksionis 5,40 Rendah 85,13 Sedang 9,45 Tinggi Jumlah 100 Data pada tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat 4 subjek yang memiliki tingkat perfeksionis yang rendah dengan presentase 5,40 %, selain itu terdapat 63 subjek yang memiliki tingkat perfeksionis sedang dengan presentase 85,13 %, dan 7 subjek memiliki tingkat perfeksionis tinggi dengan presentase 9,45 %. Hardyanti (2013) menjelaskan karyawan yang memiliki tingkat kecemasan dan ketakutan terhadap kritikan merupakan ciri dari faktor kepribadian neuroticism. Karyawan yang cemas dalam bekerja akan sulit untuk fokus sehingga berdampak pada perilaku yang menunda-nunda dalam bekerja yang kemudian menyebabkan kinerja menurun. Hill dan Curran (2015) menjelaskan self-orientation perfectionism memiliki standar pribadi yang sangat tinggi sehingga berusaha untuk mencapai kesempurnaan dan berharap untuk menjadi sempurna, serta sangat kritis terhadap diri sendiri jika gagal memenuhi harapan tersebut. Hill dan Curran (2015) menjelaskan bahwa other-orientation perfectionism berorientasi pada mengharapkan orang lain untuk menjadi sempurna, dan sangat kritis terhadap orang lain yang gagal memenuhi harapan tersebut. Hill dan Curran (2015) menjelaskan social-prescribed perfectionism percaya bahwa orang lain mengharapkan mereka untuk menjadi sempurna, dan bahwa orang lain akan sangat kritis terhadap mereka jika mereka gagal memenuhi harapan ini. Berdasarkan hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa jurnalis yang menjadi subjek penelitian memiliki burnout dalam kategori sedang. Variabel (%) Kategori Burnout 45,94 Rendah 51,38 Sedang 2,70 Tinggi Jumlah 100 Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat 34 subjek yang memiliki tingkat perfeksionis tingkat burnout yang rendah dengan presentase 45,94 %, selain itu terdapat 38 subjek yang memiliki tingkat burnout sedang dengan resentase 51,38%, dan 2 subjek memiliki tingkat burnout tinggi dengan presentase 2,70%. Hasil tersebut dapat dihubungkan dengan situasi dimana lingkungan kerja yang dimiliki jurnalis menuntut mereka untuk memiliki jaringan sosial yang luas. Jurnalis memiliki lingkungan kerja bukan hanya di dalam kantor tapi juga di lingkungan masyrakat maupun komunitas. Bruce (2009) mengatakan bahwa strategi untuk mencegah burnout dengan cara menjaga kesehatan tetap kuat, membangun jaringan sosial yang kuat, memiliki harapan yang jelas dalam kehidupan professional, meningkatkan managemen waktu, berpartisipasi dalam program mentoring, dan menilai kembali karakteristik yang menyebabkan stress dan burnout. Buyukbayraktar dan Termiz (2015) memaparkan bahwa individu yang mengalami burnout tidak ingin pergi bekerja, meragukan kemampuannya dan berperilaku dengan tidak sesuai dari karakter asli serta memengaruhi efisiensi karyawan dalam bekerja. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi Spearman rho dengan bantuan SPSS 22 for Windows. Hasil analisis uji hipotesis dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Variabel r ρ Perfeksionis Burnout 0,614 0,000 Hasil uji hipotesis dengan menggunakan teknik Spearman Rho menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara variabel perfeksionis dengan burnout sebesar r = 0,614 dengan nilai signifikansi ρ = 0,000 (ρ < 0,05). Nilai koefisien korelasi dan nilai signifikansi tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara perfeksionis dengan burnout pada jurnalis. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi perfeksionis yang dimiliki oleh jurnalis, maka semakin tinggi pula burnout yang dimiliki olehnya. Taris, Beek, dan Schaufeli (2010) menjelaskan bahwa perfeksionis memiliki hubungan dengan resiko burnout yang tinggi karena perilaku perfeksionis memiliki pola yang menguras kekuatan mental. Hardyanti (2013) menyatakan bahwa profesi wartawan yang memiliki tantangan kerja tinggi sehingga membutuhkan individu yang berkualitas untuk mendukung pekerjaannya. Chang (2012) menyatakan bahwa kepribadian individu mempengaruhi cara mereka menafsirkan informasi dari lingkungan, dan dapat menyebabkan tanggapan yang sama sekali berbeda terhadap stres. Rahman (2007) membuat daftar simpom dan gejala burnout ini, hal ini digarisbesarkan dari bervariasinya definisi-definisi yang ada, yaitu, keengganan untuk pergi kerja, adanya perasaan gagal, marah dan dendam, perasaan bersalah dan cenderung menyalahkan, kecil hati dan masa bodoh (ignoring), negativism, mengisolasi dan menarik diri, merasa lelah dan letih setiap hari, sering terpaku pada waktu (frequent clock watching), kelelahan yang sangat setelah bekerja, kehilangan perasaan positif terhadap klien, setelah masa kontak dengan klien berakhir, menolak panggilan dari klien serta untuk datang ke kantor, stereotyping client, ketidakmampuan berkosentrasi atau mendengarkan apa yang dikatakan klien, perasaan dilumpuhkan, sinis terhadap klien; bersikap menyalahkan, kaku dalam berpikir serta bertahan untuk tidak berubah, curiga dan paranoia, menghindari berdiskusi tentang pekerjaan, sering sakit kepala, pilek dan flu. Buyukbayraktar dan Termiz (2015) menjelaskan burnout merupakan stress yang akan dialami oleh karyawan setelah bekerja dalam jangka waktu yang lama sehingga mengalami kelelahan emosi dan motivasi kerja yang rendah. Kelelahan menyebabkan orang merasa tidak puas baik dalam hal pribadi maupun profesional. Individu yang mengalami burnout tidak ingin pergi bekerja, meragukan kemampuannya dan berperilaku dengan tidak sesuai dari karakter asli serta memengaruhi efisiensi karyawan dalam bekerja. Reinardy (2009) menjelaskan bahwa jurnalis muda, dan kurang pengalaman memiliki kemungkinan burnout yang lebih tinggi dibandingkan jurnalis yang lebih tua dan berpengalaman. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Tingkat perfeksionis pada jurnalis di kota Makassar berada pada kategori sedang. 2. Tingkat burnou pada jurnalis di kota Makassar berada pada kategori sedang. 3. Terdapat hubungan positif antara perfeksionis dengan burnout pada profesi jurnalis di kota Makassar. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi perfeksionis yang dimiliki oleh jurnalis maka semakin tinggi pula burnout yang dimilikinya. Adapun beberapa saran yang peneliti ajukan adalah sebagai berikut: 1. Bagi jurnalis, diharapakan jurnalis mampu mengetahui hal-hal yang dapat menyebabkan burnout sehingga dapat mencegah terjadinya burnout dan mampu menjadi mengubah pola pikir yang menilai diri sendiri secara kritis. 2. Bagi organisasi, diharapkan mampu memberikan konseling secara berkala bagi jurnalis yang menunjukkan tanda-tanda burnout. Dan mampu memberikan lingkungan kerja yang dapat memberikan kenyamanan bagi jurnalis dalam bekerja. Selain itu, organisasi diharapkan bisa mengadalam pelatihan atau management kerja terhadap anggota baru maupun lama. 3. Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti dengan tema yang sama diharapkan dapat mengambil sampel penelitian tidak hanya pada bagian redaksi dalam hal ini reporter, redaktur, dan fotografer, tapi juga bagian produksi. Selain itu disaranakan kepada peneliti selanjutnya untuk tidak menggunakan skala perfeksionis yang penulis buat tapi menggunakan skala yang berdasarakan teori Hewit dan Flett DAFTAR RUJUKAN Bruce, S. P. (2009). Recognizing stress and avoiding burnout. Currents in Pharmacy Teaching and Learning, 1, 57-64. Buyukbayraktar, C. G., & Temiz, G. (2015). The relationship between perfectionism and burn-out In pre-school teachers. The Online Journal of New Horizons in Education, 5 (1), 131-138. Chang, Y. (2012). The relationship between maladaptive perfectionism with burnout: Testing mediating effect of emotion-focused coping. Personality and Individual Differences, 53, 635-639. Chaudhry, A. S., & Al-Sagheer, L. (2011). Information behavior of journalists: Analysis of critical incidents of information finding and use. The International Information & Library Review, 43, 178-183. Childs, J. H., & Stoeber, J. (2010). Self-oriented, other-oriented, and socially prescribed perfectionism in employees: Relationships with burnout and engagement. Journal of Workplace Behavioral Health, 25(4), 269-281. Dewanpers.co.id.http://nasional.kontan.co.id/news/kepercayaan-publik-terhadap-media-indonesia-tinggi. (diakses 4 Mei 2015). Eriksson, C., Lundstrom, J., & Sjobeck, M. (2011). The journalists’ poison: A case study on Sveriges Radio. Thesis. Lund University. Hardyanti, N. (2013). Hubungan antara kepribadian Big Five Personality dengan kinerja wartawan PT. Media Fajar Group. Skripsi. Makassar: Universitas Negeri Makassar. Hill A. P., & Curran, T. (2015). Multidimensional perfectionism and burnout: A Meta-Analysis. Personality and Social Psychology Review, 1–20. Hill, A. P., Hall, H. K., Appleton, P. R., & Murray, J. J. (2010). Perfectionism and burnout in canoe polo and kayak slalom athletes: The mediating influence of validation and growth-seeking. The Sport Psychologist, 24 (1), 16 – 34 (9). MacDonald, J. B., Saliba, A. J., Hodgins, G., & Ovington, L. A. (2016). Burnout in journalist: A systematic literature review. Burnout Research, 3, 36-44. McShane, S. L., & Glinow, M. A. V. (2003). Organizational behavioral: Emerging realities for the workplace revolution. 2nd Edition. New York: McGraw-Hill Inc. Rahman, U. (2007). Lentera Pendidikan. Edisi X, 2, 216-227. Randall, D. (2007). The Universal Journalist. 3rd Edition. London: Pluto Press. Reinardy, S. (2009). Female journalists more likely to leave newspapers. Newspaper Research Journal, 30 (3), 42-57. -------------. (2011). Newspaper journalism in crisis: Burnout on the rise, eroding young journalists’ career commitment. Journalism, 12 (1), 33-50. Riggio, R. E. (2009).Introduction to Industrial/organizational Psychology. Fifth Edition. New Jersey: Pearson Education Inc. Splichal, S. (2015). Internationnal encyclopedia of the social & behavioral sciences: Journalism and journalist. 2nd Ed. Elsevier. Sulistiono. (2013). Senangnya Menjadi Wartawan. Yogyakarta: Citra Aji Parama. Tamburaka, A. (2012). Agenda Setting Media Massa. Jakarta: Rajawali Pers. Taris T. W., Beek I. V., & Schaufeli, W. B., (2010). Why do perfectionists have a higher burnout risk than others? The mediational effect of workaholism. Romanian Journal of Applied Psychology, 12 (1), 1-7. Vercic, A. T., & Colic, V. (2016). Journalist and public relations specialists: A coorientational analysis. Public Relatitions Review. http://dx.doi.org/10.1016/j.pubrev.2016.03.007 THE RELATIONSHIP BETWEEN PERFECTIONIST AND BURNOUT OF PROFESSIONS JOURNALIST IN CITY OF MAKASSAR Fatma Husni (fathehusni@gmail.com) Faradillah Firdaus (ilafirdaus@yahoo.com) Dian Novita Siswanti (dhian76@yahoo.com) Faculty of Psychology State University of Makassar Jl. A.P. Pettarani, Makassar, 90222 ABSTRACK Burnout is a physical, mental, and emotional exhaustion that causes the individual to feel dissatisfied and doubt of his ability. Burnout is usually experienced by perfectionists because of very harsh self-evaluation and standards that are too high.The purpose of this study was to determine the relationship between perfectionst with burnout on journalist in city of Makassar. Research subject in this study were 74 journalist who work in print media and have interact directly with information sources. Data were obtained by using the scale, the scale of perfectionism and burnout scale and analyzed by using Spearman’s rho correlation. The results showed that the correlation coefficient of 0.614, with a significance of 0.000 <0.005 so that there is a positive relationship between a perfectionist with a burnout on a journalist in the city of Makassar. The implication of this research is giving an overview of a perfectionist and burnout, and can become a self-evaluation for journalists to minimize the negative impacts that may result perfectionist behavior so that journalists do not experience burnout. Keywords: Perfectionist, Burnout. Media is the means of communication required by the individual. Based on the survey Edelman Trust, the level of public confidence in Indonesia against the media in Indonesia is the highest in the world (dewanpers.co.id). The media can be printed and electronic. Information presented in print and electronic media is provided by journalists. Tamburaka (2012) defines journalism as an occurrence of recording and / or reporting and dissemination of information about everyday events. Sulistiono (2013) explains Journalists can be distinguished by the media (radio, television, and news), work (reporter, copy editor, and photographer), and performance (regular and senior). Chaudry and Al-Sagheer (2011) explain that the work of journalists is essentially to use a vast and varied source of information. Journalists should be able to use any information obtained, and validate and check the facts of the information. This should be done within the specified time period and amount. Randall (2007) explains that journalists should have a desire for accuracy that is first, accurately recording and writing information provided by information sources, both accurately complementing parts of the story acquired, eg atmosphere and atmosphere occurring at the moment in the event adding background And context, and third, it is not easy to draw conclusions in composing the news. Hardyanti (2013) states that the profession of journalists who have high work challenges that require individuals who have certain personality qualities to support their work. Differences in employee performance in certain job assignments caused by differences owned by individuals and one of them is the personality factor. Eriksson, Lundstrom, and Sjobeck (2011) explain that individuals who work as journalists have personal characteristics such as high moral, ambitious, and perfectionist. Chang (2012) describes the personality among the Big Five Personality, perfectionist is one of the personalities that have an influence on burnout. Childs and Stoeber (2010) explain that perfectionists are individuals who have the characteristics of working hard to be perfect, by setting high performance standards and as a whole evaluating individual behavior critically. Hill and Curran (2015) define perfectionism as a combination of the high standards set by individuals and less able to evaluate themselves in accordance with reality. Hill and Curran (2015) explains that the perfectionist, there are two higher dimensions are perfectionistic strivings (struggle perfectionist) and perfectionistic concerns. Three components of perfectionism by Hewitt and Flett which indicates neurotic perfectionism, namely Self-orientation, Other-orientation, Socially-prescribed. Childs and Stoeber (2010) explain individual differences in perfectionism contributes to burnout and engagement in the work environment. Hill et al., (2010) investigated the relationship between perfectionism and burnout in athletes who find that the current search will be combined with a high standard evaluative attention, it adds to the motivation that may make athletes prone to burnout. Rahman (2007) explains that burnout is an emotional condition when people feel tired and tired, both physically and mentally, as a result of increased job demands. McShane and Glinow (2003) describes three dimensions of burnout, are Emotional exhaustion, Depersonalization, and Reduced personal accomplishment. Riggio (2009) explains that burnout Usually occurs in three phases, the first phase is the stress, the second stage is a strain, and the third phase is coping. Reinardy (2009) explains in his research that the new journalist who lacks experience runs the risk of burnout is higher than the old seasoned journalist. Buyukbayraktar and Termiz (2015) describes the socio-demographic features, working conditions, workload and personality (perfectionist) contributing to increasing burnout. Researchers have conducted a survey in Daily Newspaper Tribune East, Makassar. The survey shows that 23 of the 35 participants showed signs of experiencing burnout. Reinardy (2011) suggested that journalists from 770 subjects, 173 people experienced the cynicism that makes them susceptible to burnout, as well as 74.5% of journalists have a desire to stop or answered "do not know". Journalists who worked as a young copy editor or page designer who works at a small newspaper at risk of burnout more. Vercic and Colic (2016) suggested that journalists have difficulty with increased working hours, reduced wages, low status and job satisfaction, and burnout. METHOD The independent variables in this study are perfectionist, which is very high self-assessing behavior and perform critical self-evaluation and extreme to be perfect, by determining high performance standard. The dependent variable in this study is burnout, which is the state or condition of the stress experienced by the individual after work for a long time and experiencing emotional exhaustion and low motivation. The population in this research is 100 journalists in print media in Makassar city, with criteria are, (1) Working in print media, (2) Interact directly with resource persons (3) Working ± 8 hours a day, and (4) reporter, editor, or photographer. The samples in this study using purposive sampling technique. Data collected using psychological scale. The model used is a model scale Likert scale. Scale used, namely: 1. Scale perfectionist, that's when which is based on the aspects raised by Hill and Curran (2015) is perfectionistic strivings (struggle perfectionist) and perfectionistic concerns. Validation of scale through the analysis of three Professional Judegement p enilaian content validity based on the ratio of Aiken 's V and the validity of the figures obtained were stretched between 0.58 to 0.83. The power of discrimination aitem scale after testing showed that of the four 6-item there is a 18-item scale that fall, so the remaining 28 item left. Reliability coefficient showed a value of 0,849 and included into the category reliabe l. 2. Scale burnout, that's when which is based on the dimensions proposed by McShane and Glinow (2003), namely Emotional exhaustion, Depersonalization, and Reduced personal accomplishment (low self-esteem). Validation of scale through the analysis of three Professional Judegement p enilaian content validity based on the ratio of Aiken 's V and the validity of the figures obtained were stretched between 0.58 to 0.75. The power of discrimination aitem scale after testing showed that of the 43-item there are 17-item scale that fall, so the remaining 2 6 aitem left. Reliability coefficient showed a value of 0.862 and included in the category reliabel. RESULT AND DISCUSSION Subjects in this study were 74 journalist. Fields in journalists Frequency (%) Reporter 46 62,16 Editor 19 25,68 Photographer 9 12,16 Total 74 100 Subjects in this study were 74 journalists consisting of journalists working in the field of reporters as much as 45 (62.16%) subject, 19 (25.68%) subject in the field of editors, and 9 (12.16%) subject in the field of photographers. Splichal (2015) explains that the general public can also be a reporter who can create news and edit his own news. Splichal also explained that in South Korea applying every community is a reporter, which was quoted from ohmynews found that in 2000 there were 62000 community journalists who send daily. Splichal (2015) explains that the editor (editor) is no longer the gatekeeper in selecting news. MacDonald, Saliba, and Ovington (2016) explains that the editor (editor) and reporter experiencing burnout pengelaman higher than other areas of the journalist. Subjects in this study also have characteristics of age journalists. Age Frequency (%) 11 – 20 Years 10 13,51 Usia 21 – 30 Years 43 58,1 Usia 31 – 40 Years 15 20,27 Usia 41 Years and over 6 8,10 Total 74 100 Based on the results of descriptive analysis indicate that there are subjects aged 11 to 20 years of 10 (13,51) subjects, ages 21 to 30 years amounted to 43 (58.1%) subjects, ages 31 to 40 years amounted to 15 (20.27% ) Subject, and age 41 and above amounted to 6 (8.10%) subjects. Eriksson, Lundstrom, Sjobeck (2011) explains that newcomers deliver the best work to find their role in the organization. Reinardy (2011) explains that journalists aged 25 to 29 show signs of a desire to leave the journalist profession or have not decided yet. Reinardy (2011) explains that journalists aged 30 to 34 years show lower fatigue rates than age 49 years and over. MacDonald, Saliba, and Ovington (2016) explain that older journalists are better able to develop better coping skills to handle stress. Subjects in this study also has the last educational characteristics of journalists. Last Education Frequency (%) SMA 15 20,27 D2 – D3 3 4,05 S1 54 72,97 S2 2 2,70 Total 74 100 Based on the results of descriptive analysis shows that there is a recent education owned by journalists, namely the number of 15 (20.27%) of subjects, D2 to D3 amounting to 3 (4.05%) subject, S1 numbered 54 (72.97%) subject, and S2 Amounted to 2 (2.7%) subjects. Hill and Curran (2015) explains that in the case of burnout perfectionist aspirations there is a possibility that a low balance the demands of work and fatigue experienced in education. Subjects in this study also has the characteristics of work experience in the field of journalists. Work Experience Frequency (%) < 1 years 15 20,27 1 – 5 years 29 39,19 6 – 10 years 16 21,62 11 – 15 years 9 12,16 Total 74 100 Based on long working field of journalists 15 (20.27%) subjects worked less than 1 year, 29 (39.19%) subjects worked for 1 to 5 years, 16 (21.62%) subjects worked for 6 to 10 years, 9 (12.16%) subjects worked for 11 to 15 years, and 5 (6.76%) subjects worked for 16 to 20 years. Eriksson, Lundstrom, and Sjobeck (2011) explain that newcomers to the organization are in conflict because they have many questions about the organization and about their work and role. Buyukbayraktar and Termiz (2015) describes burnout is the stress that will be experienced by employees after work for a long time so to experience emotional exhaustion and low motivation. MacDonald, Saliba, and Ovington (2016) explained that journalists who have worked for long periods are more able to manage the stress of work received. Based on the results of descriptive analysis shows that journalists have perfeksionis in the category of being. Variables (%) Category Perfectionist 5,40 Low 85,13 Medium 9,45 High Jumlah 100 The data in the table above shows that there are 4 subjects who have low perfectionistic level with the percentage of 5.40%, in addition there are 63 subjects who have moderate perfectionism with 85.13% percentage, and 7 subjects have high perfectionist level with percentage 9, 45%. Hardyanti (2013) describes employees who have anxiety level and fear of criticism is a hallmark of personality factors neuroticism. Employees who are anxious at work will find it difficult to focus so that it affects behavior that procrastinates in the work which then causes decreased performance. Hill and Curran (2015) describes the self-orientation perfectionism had very high personal standards that strive to achieve perfection and expect it to be perfect, and very critical with itself if it fails to meet these expectations. Hill and Curran (2015) explains that other-oriented perfectionism orientation expect others to be perfect, and very critical of others who fail to meet these expectations. Hill and Curran (2015) describes the social-prescribed perfectionism believe that others expect them to be perfect, and that others will be very critical of them if they fail to meet these expectations. Chang (2012) explains that the perfectionist Individuals typically experience high stress in daily life so susceptible to stress that can lead to burnout Based on the results of the descriptive analysis showed that the journalist who became the subject of research have burnout in the medium category. Variable (%) Category Burnout 45.94 Low 51.38 Medium 2.70 High Total 100 The data shows that there are 34 subjects that have high levels of burnout perfectionist lower level with a percentage of 45.94%, in addition there are 38 subjects with a moderate level of burnout with resentase 51.38%, and 2 subjects had a high burnout levels with a percentage of 2, 70%. These results can be attributed to situations in which journalists' working environments require them to have a wide social network. Journalists have a working environment not only within the office but also in the community and community. Bruce (2009) said that strategies to prevent burnout by maintaining health remains strong, building a strong social network, have clear expectations in professional life, improving time management, participate in a mentoring program, and to reassess the characteristics that lead to stress and burnout. Buyukbayraktar and Termiz (2015) explained that individuals who are experiencing burnout do not want to go to work, doubt his ability and behave inappropriately from the original character and affect the efficiency of employees in the work. Hypothesis testing in this study using Spearman Rank correlation analysis by SPSS 22 for windows.The test results is: Variable r ρ Perfectionist Burnout 0.614 0.000 The results of hypothesis testing using Spearman Rho techniques showed that the correlation coefficient between the variables perfectionist with burnout is r = 0.614 with significant value ρ = 0.000 (ρ <0.05). Correlation coefficient and the significant value indicates that there is a positive relationship between a perfectionist with a burnout on a journalist. It shows that the higher the perfectionist that is owned by a journalist, the higher the burnout that is owned by him. Taris, Beek, and Schaufeli (2010) explains that perfectionists have a relationship with a high risk of burnout because of the behavior patterns that deplete the perfectionists have mental strength. Hardyanti (2013) states that the profession of journalists who have high work challenges that require qualified individuals to support their work. Chang (2012) states that individual personalities influence the way they interpret information from the environment, and can cause a completely different response to stress. Rahman (2007) lists simpom and symptoms of burnout this, it is outlined from the variety of definitions exist, ie, reluctance to go to work, their feelings of failure, anger and resentment, guilt and tended to blame, discouraged and indifferent ( ignoring), negativism, isolate and withdraw, feeling tired and exhausted every day, often stuck in time (frequent clock watching), fatigue very after work, the loss of positive feelings towards the client, after a period of contact with the client ends, reject calls from clients and to come to the office, stereotyping client, inability to concentrate or to listen to what the client says, feeling paralyzed, cynical about the client; Being blameless, rigid in thinking and enduring unchanging, suspicious and paranoid, avoiding discussions about work, frequent headaches, colds and flu. Buyukbayraktar and Termiz (2015) describes burnout is the stress that will be experienced by employees after work for a long time so to experience emotional exhaustion and low motivation. Fatigue causes people to feel dissatisfied both in personal and professional terms. Individuals who are experiencing burnout do not want to go to work, doubt his ability and behave inappropriately from the original character and affect the efficiency of employees in the work. Reinardy (2009) explain that the young journalists, and lack of experience have the possibility of burnout is higher than the older journalist and experienced. RESULT AND RECOMMENDATION Based on hypothesis testing and discussion of research results, the conclusions of this study are: 1. The level of perfectionist on journalist in the city of Makassar in the middle category. 2. The level of burnout on journalist in the city of Makassar in the middle category. 3. There is a positive relationship between perfectionist and burnout in the profession of journalist in the city of Makassar. This means that the higher the perfectionist that is owned by the journalist the higher the burnout it has. Some suggestions that researchers put forward are as follows: 1. For journalist, were able to know the things that can lead to burnout so as to prevent burnout and able to be changing the mindset assess themselves critically. 2. For organizations, are expected to provide periodic counseling for journalists who show signs of burnout. And able to provide a working environment that can provide comfort for journalists in work. In addition, the organization is expected to mengadalam management training or employment to new and existing members. 3. For the next researcher. For further research will examine the same themes are expected to take a sample of the research not only on the editorial in this case reporters, editors and photographers, but also part of the production. Besides disaranakan to further researchers not to use the perfectionist scale that the author made but using a scale based on the theory of Hewit and Flett. REFERENCES Bruce, S. P. (2009). Recognizing stress and avoiding burnout. Currents in Pharmacy Teaching and Learning, 1, 57-64. Buyukbayraktar, C. G., & Temiz, G. (2015). The relationship between perfectionism and burn-out In pre-school teachers. The Online Journal of New Horizons in Education, 5 (1), 131-138. Chang, Y. (2012). The relationship between maladaptive perfectionism with burnout: Testing mediating effect of emotion-focused coping. Personality and Individual Differences, 53, 635-639. Chaudhry, A. S., & Al-Sagheer, L. (2011). Information behavior of journalists: Analysis of critical incidents of information finding and use. The International Information & Library Review, 43, 178-183. Childs, J. H., & Stoeber, J. (2010). Self-oriented, other-oriented, and socially prescribed perfectionism in employees: Relationships with burnout and engagement. Journal of Workplace Behavioral Health, 25(4), 269-281. Dewanpers.co.id.http://nasional.kontan.co.id/news/kepercayaan-publik-terhadap-media-indonesia-tinggi. (diakses 4 Mei 2015). Eriksson, C., Lundstrom, J., & Sjobeck, M. (2011). The journalists’ poison: A case study on Sveriges Radio. Thesis. Lund University. Hardyanti, N. (2013). Hubungan antara kepribadian Big Five Personality dengan kinerja wartawan PT. Media Fajar Group. Skripsi. Makassar: Universitas Negeri Makassar. Hill A. P., & Curran, T. (2015). Multidimensional perfectionism and burnout: A Meta-Analysis. Personality and Social Psychology Review, 1–20. Hill, A. P., Hall, H. K., Appleton, P. R., & Murray, J. J. (2010). Perfectionism and burnout in canoe polo and kayak slalom athletes: The mediating influence of validation and growth-seeking. The Sport Psychologist, 24 (1), 16 – 34 (9). MacDonald, J. B., Saliba, A. J., Hodgins, G., & Ovington, L. A. (2016). Burnout in journalist: A systematic literature review. Burnout Research, 3, 36-44. McShane, S. L., & Glinow, M. A. V. (2003). Organizational behavioral: Emerging realities for the workplace revolution. 2nd Edition. New York: McGraw-Hill Inc. Rahman, U. (2007). Lentera Pendidikan. Edisi X, 2, 216-227. Randall, D. (2007). The Universal Journalist. 3rd Edition. London: Pluto Press. Reinardy, S. (2009). Female journalists more likely to leave newspapers. Newspaper Research Journal, 30 (3), 42-57. -------------. (2011). Newspaper journalism in crisis: Burnout on the rise, eroding young journalists’ career commitment. Journalism, 12 (1), 33-50. Riggio, R. E. (2009).Introduction to Industrial/organizational Psychology. Fifth Edition. New Jersey: Pearson Education Inc. Splichal, S. (2015). Internationnal encyclopedia of the social & behavioral sciences: Journalism and journalist. 2nd Ed. Elsevier. Sulistiono. (2013). Senangnya Menjadi Wartawan. Yogyakarta: Citra Aji Parama. Tamburaka, A. (2012). Agenda Setting Media Massa. Jakarta: Rajawali Pers. Taris T. W., Beek I. V., & Schaufeli, W. B., (2010). Why do perfectionists have a higher burnout risk than others? The mediational effect of workaholism. Romanian Journal of Applied Psychology, 12 (1), 1-7. Vercic, A. T., & Colic, V. (2016). Journalist and public relations specialists: A coorientational analysis. Public Relatitions Review. http://dx.doi.org/10.1016/j.pubrev.2016.03.007