PENGARUH OUTCOME EXPECTANCY TERHADAP PERSISTENSI APLIKAN BEASISWA LPDP
| Main Author: | Thalib, Tarmizi |
|---|---|
| Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
| Bahasa: | eng |
| Terbitan: |
, 2017
|
| Subjects: | |
| Online Access: |
http://eprints.unm.ac.id/2876/1/RINGKASAN%20BAHASA%20INDONESIA.docx http://eprints.unm.ac.id/2876/2/RINGKASAN%20ENGLISH.docx http://eprints.unm.ac.id/2876/ |
Daftar Isi:
- PENGARUH OUTCOME EXPECTANCY TERHADAP PERSISTENSI APLIKAN BEASISWA LPDP Tarmizi Thalib (thalibtarmizi@gmail.com) Eva Meizara Puspita Dewi (evabasti@yahoo.com) Muh. Nur Hidayat Nurdin (dayat_20858@yahoo.com) Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar Jl. A. P. Pettarani, Makassar, 90222 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh outcome expectancy terhadap persistensi aplikan beasiswa. Subjek penelitian ini sebanyak 61 aplikan beasiswa LPDP yang telah gagal pada tahap sebelumnya dan akan mendaftar kembali. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan pengukuran korelasi spearman pada subjek yang diambil secara aksidental. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa outcome expectancy mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap persistensi aplikan beasiswa dengan koefisien korelasi positif dan nilai signifikasi sebesar 0,292 dan 0,022 (p<0,05). Kata kunci: Persistensi, Outcome Expectancy, Aplikan Beasiswa. Terdapat banyak beasiswa yang dapat diperoleh aplikan beasiswa. Salah satu beasiswa yang paling masif dijadikan tujuan oleh aplikan beasiswa adalah Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Namun, bukan hal yang mudah untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Menurut Wibisono (2015) banyak mahasiswa yang gagal dalam mendapatkan beasiswa LPDP. Sejak tahun 2013 hingga 2014 sebanyak 35.222 orang mendaftar untuk beasiswa S2 dan S3, tahun 2013 sebanyak 1.555 orang dan tahun 2014 sebanyak 33.667 orang, namun yang diterima hanya sebanyak 4.580 orang. Menurut Direktur Utama LPDP, Eko Prasetyo (Idris, 2016) mengemukakan adapun pada tahun 2015 jumlah pendaftar beasiswa LPDP sebanyak 54.000 orang dengan jumlah aplikasi yang diterima sebesar 4.500 orang. Sekarang beasiswa LPDP tidak lagi hanya dikejar oleh aplikan beasiswa, namun berbagai universitas dalam dan luar negeri juga meminta lebih banyak lagi mahasiswa LPDP untuk berkuliah di tempat tersebut. Waluyo (2015) merasa pesimis, tak mampu, ragu dan akhirnya menyerah adalah reaksi kebanyakan orang yang dihadapkan dengan pertanyaan tentang keikutsertaannya dalam seleksi beasiswa. Hal ini disebabkan adanya banyak kendala yang dapat menghambat seseorang dalam meraih beasiswa. Contohnya saja, permasalahan bahasa, pengalaman yang menunjang administrasi, waktu seleksi, tujuan lain hingga pengalaman gagal. Pada beasiswa LPDP sendiri terdapat 19 prasyarat pendaftaran secara administratif dan harus melewati 7 tahap seleksi (LPDP, 2017). Syarat dan ketentuan itulah yang juga menjadi kendala menghambat para aplikan sehingga sedikitnya jumlah penerima (awardee) LPDP dibandingkan pendaftarnya. Berdasarkan hasil survei awal melalui angket yang dibagikan kepada 17 orang yang dipilih secara aksidental, individu memahami pentingnya beasiswa dan telah menjalani proses dalam mendapatkan beasiswa tersebut. Hasil temuan data awal bahwa 11 dari 17 sampel tersebut dapat dikatakan berhenti mengejar beasiswa setelah menjalani proses pendaftaran. 4 dari 17 sampel lainnya masih sedang mencari info terkait beasiswa lanjut studi, namun proses yang dilakukan untuk mendapatkan beasiswa tidak seintensif sebelum individu tersebut bekerja. Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus terhadap persistensi para aplikan beasiswa. Sebab besar kaitannya terhadap aspek psikis dan praktis dalam peningkatkan mutu pendidik kelak. Dalam menyikapi berbagai hal di atas, idealnya dalam mencapai persistensi yang tinggi, aplikan beasiswa harus memenuhi indikator persistensi, yakni long-term purposes pursuing (LTPP), current purposes pursuing (CPP) dan recurrence of unattained purposes (RUP). Secara umum LTPP mengacu pada kemampuan seseorang untuk tetap berkomitmen pada pengembangan diri, tujuan lebih tinggi yang memerlukan konsistensi perilaku secara berkepanjangan, meskipun ada hambatan atau kegagalan tujuan jangka pendek. CPP yang dimaksud seperti menggambarkan kemampuan untuk tetap fokus pada kegiatan yang terjadi setiap hari dengan kontrol sukarela. Istilah recurrence of unattained purposes artinya mengulangi tujuan yang tidak tercapai, bertujuan untuk melindungi niat masa lalu dan merupakan gejala motivasi aktif (Constantin, Holman & Hojbota, 2011). Pentingnya penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana persistensi aplikan beasiswa dalam mencapai outcome expectancy yang hendak dicapai, yakni lulus beasiswa dan dibiayai kebutuhan pendidikan sepenuhnya. Mengingat peranan beasiswa sangat penting secara psikis, yakni memberikan motivasi kepada seseorang untuk meningkatkan hasil belajar dan juga memberikan motivasi kepada individu yang berpartisipasi agar mempertahankan prestasinya (Djamarah, 2008). Secara praktis menjadi bagian dari investasi produktif jangka panjang dalam pengembangan pendidik. Oleh karena itu, berdasarkan uraian tersebut maka penting pula bagi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Outcome Expectancy terhadap Persistensi Aplikan Beasiswa”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui intensitas outcome expectancy aplikan beasiswa, seberapa sering aplikan beasiswa mendaftar beasiswa kembali, dan pengaruh outcome expectancy terhadap persistensi aplikan beasiswa. Persistensi Peterson dan Seligman (2004) mendefinisikan persistensi sebagai kelanjutan dari tindakan sukarela yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, meskipun ada hambatan, kesulitan atau keputusasaan. Dasar dari persistensi adalah kekuatan kehendak (the power of will). Hal yang menjadi penghalang bagi individu bukanlah ketakutan melainkan kebosanan, frustrasi, kesulitan dan godaan untuk melakukan sesuatu yang lebih mudah dan menyenangkan. Sedangkan Thomas (2001) mengemukakan persistensi adalah kecenderungan untuk bekerja keras, untuk tetap sibuk, dan untuk menyelesaikan tugas. Outcome Expectancy Dalam konsep dispositional optimism, Scheier dan Carver (1985) mengemukakan bahwa outcome expectancy adalah sumber motivasi yang mengarah kepada penerapan usaha, karena individu terus mengharapkan sukses. Jadi atau tidak jadinya sesuatu, akan tetap memengaruhi probabilitas subjek dalam berperilaku (Scheier & Carver, 1985). Beasiswa LDPD Salam (2014); Putra dan Hardiyanti (2011) mengemukakan beasiswa adalah pemberian berupa bantuan keuangan yang diberikan kepada perorangan yang bertujuan untuk digunakan demi keberlangsungan pendidikan yang ditempuh dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh pemberi beasiswa. Adapun beasiswa LPDP adalah beasiswa yang dikelola oleh LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) melalui pemanfaatan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN) (LPDP, 2017). Pengaruh Outcome Expectancy terhadap Persistensi Aplikan Beasiswa Fall (1991) mengungkapkan bahwa outcome expectacy dipengaruhi oleh persistensi di bawah kondisi kesadaran, meskipun itu termasuk kesadaran rendah. Carver dan Scheier (1981) berpandangan bahwa outcome expectancy berfungsi untuk membangkitkan persistensi seseorang terhadap masalah yang tidak terpecahkan. Bagi seseorang dengan outcome expectancy yang tinggi akan menampilkan usaha yang maksimal pula (Scheier & Carver, 1985). Nauerth (2015) dijelaskan bahwa terjadi respon positif outcome expectancy terhadap persistensi Peserta Didik dalam memahami konsep yang disampaikan gurunya. Hal tersebut juga menjadi acuan terhadap besarnya pengaruh outcome expectancy terhadap persistensi Peserta Didik dalam mewujudkan tujuan akademik. METODE PENELITIAN Metode pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif dengan outcome expectancy sebagai variabel bebas dan persistensi sebagai variabel terikatnya. Adapun yang dimaksud persistensi dalam penelitian ini adalah kecenderungan perilaku individu yang terus ada untuk mendapatkan beasiswa meskipun terdapat hambatan, kesulitan atau keputusasaan. Sedangkan outcome expectancy yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sumber motivasi yang menimbulkan usaha karena individu terus mengharapkan beasiswa. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 61 orang dengan uji coba terpakai berjumlah 30 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling yang disebagian besar disebar dengan menggunakan google form. Adapun Teknik pengumpulan datanya menggunakan skala likert dengan skor 0 hingga 4. Jumlah skor total persistensi diperoleh dari alat ukur The Motivational Persistence Scale (MPS) (Constantin, 2017). Sedangkan outcome expectancy diukur menggunakan Life Orientation Test – Revised (LOT-R) (Scheier, Carver, & Briges, 1994). Validitas alat ukur yang digunakan adalah validitas isi dengan skor pada MPS dan LOT-R berkisar dari 0,583 hingga 1 dan ,75 hingga 0,833. Daya diskriminasi untuk MPS dan LOT-R berkisar antara 0,281 sampai dengan 0,614 dan 0,252 sampai dengan 0,453. Sedangkan reabilitas kedua alat ukur secara berurut 0,778 dan 0,624. Teknis analisis datanya menggunakan analisis deskriptif dan uji hipotesis korelasi spearman (Rs) secara nonparametrik. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis deskriptif disajikan untuk mengetahui beberapa data pokok terkait penelitian. Data tersebut diperoleh dari respon subjek yang diberikan. Deskripsi data disajikan dalam bentuk tabel dengan rerata hipotetik dan rerata empirik. Adapun ringkasan deskripsi data tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 4.1. Rerata hipotetik dan rerata empirik persistensi dan outcome expectancy aplikan beasiswa Dari kedua skala tersebut dapat disimpulkan bahwa mean empirik lebih besar daripada mean hipotetik. Oleh karena itu pula dapat dikatakan bahwa tingkat persistensi dan outcome expectancy aplikan beasiswa tinggi. Berdasarkan kategorisasi di atas maka diperoleh data, yaitu model sebaran frekuensi persistensi aplikan beasiswa tinggi memiliki skor 29 ke atas berjumalah 52 subjek (85,2%) dan kelompok sedang hanya berjumlah 9 subjek (14,8%). Adapun pada model sebaran frekuensi outcome expectancy aplikan beasiswa tinggi memiliki skor 21 ke atas berjumlah 26 subjek (42,7%) dan kelompok sedang berjumlah 35 subjek (57,3%). Dalam sebaran tersebut tidak ditemukan subjek yang tergolong rendah (0%). Hal ini berarti persistensi dan outcome expectancy aplikan beasiswa termasuk dalam kategori tinggi dan sedang. Pengujian hipotesis dilakukan secara nonparamertik dengan menggunakan uji korelasi spearman (Rs) sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu ada pengaruh outcome expectancy terhadap persistensi aplikan beasiswa. Berikut hasil uji hipotesis yang telah dilakukan: Tabel tersebut menunjukkan besarnya nilai korelasi antara variabel persistensi dan outcome expectancy adalah 0,022 dengan tingkat signifikansi di bawah 0,05 (p < 0,05). Hal tersebut berarti terdapat korelasi yang signifikan antara outcome expectancy terhadap persistensi dengan melihat kriteria intrepretasi koefisien korelasi spearman (Rs) (siregar, 2012). Adapun nilai correlation coefficient sebesar 0,292 menunjukkan bahwa pengaruh antara outcome expectancy terhadap persistensi tergolong rendah. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa persistensi aplikan dalam mendapatkan beasiswa tergolong tinggi. Dari 61 subjek penelitian, terdapat 52 subjek tergolong tinggi dengan persentase 85,2%, sebanyak 9 subjek tergolong sedang dengan persentase 14,8% dan tidak ada subjek yang tergolong rendah. Hasil penelitian mengungkapkan pula intensitas para aplikan dalam mendaftar beasiswa LPDP setelah gagal pada seleksi selebumnya. Sebanyak 40 orang dengan persentase 65,6% telah mendaftar sekali, 20 orang atau 32,8% telah mendaftar kedua kalinya dan sisanya satu orang bahkan telah mendaftar untuk ketiga kalinya. Meskipun demikian semua subjek penelitian tetap akan mendaftar beasiswa LPDP kembali. Dalam mempertahankan persistensi, mengulangi tujuan menjadi sebuah kebutuhan yang baik. Hal ini termasuk dalam recurrence of unattained purposes (RUP) atau mengulangi tujuan yang tidak tercapai dalam sebuah proses. Menurut Constantin, Holman, dan Hojbota (2011) mengulangi tujaun yang belum tercapai dapat melindungi niat masa lalu, menjadi gejala motivasi aktif, mencegah hilangnya tujuan awal dan membantu mendeteksi peluang terhadap hasil. Menurut Jacobs, Prentice-Dunn dan Rogers (Peterson & Seligman, 2004) bagi aplikan beasiswa yang mengulangi kembali tujuannya, tingginya self-efficacy dan harapan yang menguntungkan menjadi faktor pendukung untuk meningkatkan persistensi mereka. Berdasarkan hasil penelitian setelah dinyatakan gagal dalam seleksi beasiswa LPDP, banyak reaksi dan aktivitas yang dilakukan oleh aplikan beasiswa. Menyiapkan diri untuk mendaftar kembali dengan strategi yang baru adalah pilihan terbanyak yang ditempuh subjek, sekitar 30,76%. Terdapat kehati-hatian dalam proses pengulangan yang akan dilakukan sebab kegagalan selalu membawa kekhawatiran (Peterson & Seligmen, (2004). Sekitar 20,87% subjek melakukan evaluasi terhadap dirinya. Hal ini menyadarkan pribadi subjek terkait sudah sejauh mana kemampuannya dan memunculkan komitmen terhadap tujuan awal (Constantin, Holman, & Hojbota, 2011). Setelah dinyatakan gagal, sekitar 15,40% subjek langsusng berpikir unutk mencoba kembali pada kesempatan berikut, sekitar 13,18% diantaranya mencoba untuk mendaftar beasiswa lain (beasiswa pemerintah dan nonpemerintah), 3,3% melakukan bimbingan langsung kepada orang yang dianggap kompeten, 4,40% akan fokus pada pekerjaannya sembari menyiapkan diri untuk seleksi berikutnya dan 2,20% berupaya untuk melupakan kegagalan dengan rutinitas lain. Selain bentuk-bentuk perencanaan, kegagalan tersebut memunculkan aspek psikis pada diri subjek sekitar 9,9% seperti sikap religiusitas (sabar, bersyukur dan pengharapan lewat doa), optimistis, kekecewaan dengan tangisan. Aktivitas keseharian subjek guna mendapatkan beasiswa LPDP setelah kegagalannya bermacam-macam. Sekitar 38% subjek berusaha lebih untuk belajar IELTS/TOEFL, keilmuan yang digeluti dan membuat esai, 10,31% subjek berusaha melegkapi berkas-berkas administrasi yang kurang, 10,31% subjek meningkatkan aspek religiusitasnya dengan banyak berdoa, tawakal (berserah diri), dan sedekah, 7,93% subjek mengumpulkan berbagai referensi terkait berbagai problematika masyarakat, 7,14% menyusun tips dan trik sebagai bentuk perencanaan seleksi, selebihnya adalah upaya untuk membangun dan mempertahankan track record, termasuk memperbaiki curriculum vitae (CV), konsultasi dengan para awardee dan bergabung dengan komunitas LPDP, evaluasi diri, latihan wawancara, memantapkan niat dan mental, mengatur waktu, berupaya memunculkan sikap optimis hingga mencari kampus dan letter of accepted (LOA). Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa outcome expectancy aplikan dalam mendapatkan beasiswa LPDP tergolong tinggi. Dari 61 subjek penelitian, terdapat 26 subjek tergolong tinggi dengan persentase 42,7%, sebanyak 35 subjek tergolong sedang dengan persentase 57,3% dan tidak ada yang tergolong rendah. Berdasarkan data persistensi yang tinggi dan bermacamnya usaha yang dilakukan oleh aplikan beasiswa dapat dikatakan bahwa aplikan beasiswa mempunyai tingkat persistensi yang baik. Berdasarkan hasil penelitian ini pula didapatkan berbagai jenis outcome expectancy yang mengindikasikan mengapa para aplikan beasiswa LPDP mencoba mendaftarkan diri kembali. Jenis outcome expectancy yang paling banyak diharapkan oleh aplikan beasiswa LPDP adalah insentif aktivitas, sebanyak 41,67%. Bandura (1986) insentif aktivitas berkaitan dengan niai yang hendak dicari dari kegiatan yang dilakukan yang memunculkan rasa puas, bahagia dan lain-lain. Beasiswa LPDP adalah beasiswa yang lebih mengutamakan penerimanya mampu berkontribusi besar kepada pengembangan masyarakat Indonesia sesuai background studinya (LPDP, 2017). Para aplikan mencoba untuk menyinkronkan minat yang disukai dengan tujuan beasiswa itu sendiri. Keinginan untuk berkontribusi besar kepada masyarakat, pengembangan diri, dan melanjutkan studi pada jenjang selanjutnya adalah bentuk-bentuk outcome expectancy yang benyak diharapkan oleh aplikan beasiswa LPDP. Pujatama (2014); Perdana dan Widodo (2013); dan ‘Uyun & Riadi (2011) mengemukakan pada dasarnya beasiswa merupakan penghasilan bagi yang menerima dan tujuan beasiswa adalah untuk membantu meringankan beban biaya mahasiswa selama pendidikan atau siswa yang mendapatkan. Oleh Karena itu pula tidak mengherankan jika sebanyak 19,44% subjek mengharapkan hal tersebut. Hal ini termasuk dalam jenis outcome expectancy moneter sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan ekonomi (Bandura, 1986). Selain itu, terdapat pula insentif primer yang diharapkan subjek sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan pokok terkait kenyamanan hidup sebesar 1,39%. Harapan ini termasuk dalam jenis outcome expectancy sosial. Beasiswa LPDP mampu memberikan kedua hal tersebut. Sebanyak 8,33% subjek mengharapkan pengakuan sosial terkhusus pada orang tua mereka dan lingkungan sekitar. Beasiswa ini juga mampu merubah status atau kedudukan seseorang. Sebanyak 11,11% subjek mengharapkan jenis outcome expectancy dalam status dan kekuasaan. Kebanyakan dari subjek mengharap mendapatkan posisi yang layak dalam instansi tertentu dan menjadikannya alasan penunjang untuk meraih profesi yang lebih strategis. Selebihnya adalah subjek yang hendak mendaftar dengan melihat peluang atau dengan kata lain mencoba peruntungan. Hasil yang diperoleh dari pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan outcome expectancy terhadap persistensi aplikan beasiswa. Korelasi yang dihasilkan positif, sehingga dapat dikatakan bahwa kedua variabel searah. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Janof f-Bulman dan Brickman (Peterson & Seligman, 2004) outcome expectancy mempunyai pengaruh pada persistensi seseorang. Semakin tinggi outcome expectancy seseorang, maka semakin tinggi pula persistensinya. Sebaliknya, semakin rendah outcome expectancy seseorang, maka semakin rendah pula persistensinya. Koefisien korelasi pada penelitian ini dikategorikan dalam tingkat hubungan yang rendah. Hal ini berarti pengaruh outcome expectancy terhadap persistensi aplikan beasiswa tergolong kecil. Fall (1991) mengungkapkan bahwa outcome expectacy memengaruhi persistensi di bawah kondisi kesadaran, meskipun itu termasuk kesadaran rendah. Walaupun pengaruhnya tergolong kecil, namun tetap didapati pengaruh signifikan di dalamnya. Berdasarkan faktor yang dikemukakan oleh Peterson dan Seligman (2004) faktor yang memengaruhi persistensi adalah perilaku berusaha (effortfull behavior), dukungan sosial dan umpan balik. Jablon dan Wilkinson (Andaritidya, 2014) mengistilahkan outcome expectancy sebagai tujuan personal yang secara intrinsik masuk ke dalam bagian perilaku berusaha. Pada akhirnya hal tersebut menjadi sumber motivasi yang menghasilkan usaha berkelanjutan (Scheier & Carver, 1985). Dari penelitian ini didapatkan subjek 55,7% atau 34 orang yang mempunyai tujuan untuk berkuliah di luar negeri. Sebanyak 23 orang atau 37,7% di antaranya hendak berkuliah di dalam negeri. Terdapat pula subjek yang merubah tujuan universitasnya, dari luar negeri ke dalam negeri dan dari dalam negeri ke luar negeri sebesar 6,6%. Berdasarkan analisis peneliti, hanya satu perbedaan yang mendasar pada letak universitas tujuan yang memengaruhi persistensi aplikan beasiswa, yakni jenis outcome expectancy bersifat sensoris dalam hal suasana perkuliahan di luar negeri. Mc Neill (1997) mengemukakan dorongan dari keluarga dan teman-teman mempunyai pengaruh positif terhadap persistensi peserta didik. Bahkan peran pendidikan orangtua dalam persistensi juga kompleks dalam menekan anak untuk mengejar tujuan pendidikan tingginya. Setidaknya dalam penelitian ini memberikan isyarat sebesar 8,33% subjek mempunyai harapan sosial terhadap orang tua dan lingkungannya. Sehingga sangat diperlukan adanya dukungan sosial dalam mempertahankan persistensi terhadap tujuan aplikan beasiswa LDPD. Bagi setiap orang, mempunyai persistensi yang tinggi terhadap suatu tujuan sangatlah baik. Tingginya persentase persistensi aplikan beasiswa sebesar 85,2% memberikan pengaruh yang besar pada setiap aplikan. Menurut Peterson dan Seligman (2004) persistensi mempunyai manfaat baik dan sangat luas, yakni meningkatkan peluang seseorang untuk mencapai tujuan yang sulit, meningkatkan rasa nyaman, meningkatkan keterampilan dan pemahaman seseorang dan dapat meningkatkan rasa percaya diri seseorang (self efficacy), hanya jika tujuan yang diharapkan tercapai. Berdasarkan persentase persistensi yang tinggi itu pula, perlu adanya upaya unutk mempertahankan ataukah meningkatkannya kembali. Upaya-upaya yang telah dilakukan sebelumnya dan termasuk dalam bentuk perilaku berusaha (effortfull behavior) sangat penting untuk dipertahankan. Dukungan sosial yang tidak begitu besar dan umpan balik yang belum terjewantahkan dengan data hanya perlu untuk distabilkan oleh lingkungan sekitar. Secara umum, subjek dalam penelitian ini adalah aplikan beasiswa yang 100% pernah mengalami kegagalan dalam memenuhi tujuannya untuk mendapatkan beasiswa. Berhasil atau tidak berhasilnya mereka, akan tetap memengaruhi probabilitas subjek dalam melakukan usaha (Scheier & Carver, 1985). Pada penelitian ini, dapat dikatakan outcome expectancy aplikan dalam cukup tinggi dengan membandingkan mean empirik dan mean hipotetik data yang ada. Namun, terdapat 57,3% aplikan beasiswa bearada dalam kategori sedang. Ada beberapa faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya outcome expectancy menurut Scheier dan Carver (1987), yakni efficacy expectancy, pengalaman dan hambatan. Sekiranya 100% subjek yang telah mengalami kegagalan pada seleksi awal dan niat akan mendaftar kembali memberikan indikasi bahwa terdapat keyakinan bahwa subjek tersebut mampu untuk mendapatkan tujuannya. Begitu pula pengalaman dan hambatan yang dilalui sebelumnya menjadi faktor pendukung dalam meningkatkan optimisme berusah. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil Analisa data dan pembahasan dari penelitian ini, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1. Outcome expectancy aplikan beasiswa secara umum berada dalam kategori tinggi. 2. Persistensi aplikan beasiswa secara umum berada dalam kategori tinggi. Adapun intensitas para aplikan dalam mendaftar beasiswa LPDP setelah gagal pada seleksi selebumnya, sebanyak 40 orang dengan persentase 65,6% telah mendaftar dua kali, 20 orang atau 32,8% telah mendaftar ketiga kalinya dan sisanya satu orang bahkan telah mendaftar untuk keempat kalinya. 3. Outcome expectancy berpengaruh positif terhadap persistensi aplikan beasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi outcome expectancy aplikan beasiswa, maka semakin tinggi pula persistensinya. Berdasarkan uraian kesimpulan diatas, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi orang tua dan lingkungan sekitar hendaknya orang tua dan lingkungan sekitar memberikan dukungan sosial yang baik dan umpan balik yang semestinya terhadap aplikan beasiswa. 2.Bagi tim penyeleksi beasiswa dapat menjadikan indikator persistensi, yakni LTPP, CPP dan RUP dalam menyusun daftar pertanyaan guna memperjelas niat yang dilandasi usaha maksimal dari aplikan. 3. Bagi peneliti selanjunya a. Menyempurnakan penelitian ini dengan memperhatikan faktor-faktor lain yang memengaruhi persistensi seseorang, semisal effortful behavior, dukungan sosial dan umpan balik. b. Menyempurnakan alat pengumpulan data dan menggunakan aspek-aspek yang lain agar lebih sesuai dengan karakteristik orang Indonesia. c. Melakukan penelitian lebih lanjut dengan melihat pengaruh variabel religiusitas terhadap persistensi seseorang. DAFTAR PUSTAKA Andaritidya, A. (2014). Efektivitas pembelajaran kooperatif STAD dalam meningkatkan perilaku keterikatan siswa SD dalam pembelajaran matematika. Jurnal Psikologi, 2(7), 33-47. Bermel, M. T. (2014). Impact of non-academic factor on students, persistence in community colleges: Nuturing an academic resiliency perspective. Desertasi Doktoral. University of Maryland. Diakses dari ProQuest Dissertations and Theses database. (UMI No. 3641180). Bandura, A. (1986). Social Foundations of Thought and Action: A Social Cognitive Theory. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Carver, C. S., & Scheier, M. F. (1981). Attention and self-regulation: A control-theory approach to human behavior. Dalam Charles S. Carver, Michael F. Scheier, Clara Mayo & Nancy M. Henley. Handbook of Springer Series in Social Psychology. Springer-Verlag: New York. Constantin, T. (2017). The Motivational Persistence Scale (MPS). (Synthesis). PsihoProfile. Constantin, T., Holman, A., & Hojbota, A. M. (2011). Development and validation of a motivational persistence scale. Psihologija, 45 (2), 99–120. Djamarah, S. B. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Drummond, H. A. D. (2014). Trait emotional intelligence and academic engagement: An investigation of non-academic. Desertasi Doktoral. University of Toronto. Diakses dari ProQuest Dissertations and Theses database. (UMI No. 3744439). Fall, M. E. (1991). Counselor self-efficacy A test of Bandura’s theory. Disertasi Doktoral. University of Maine. Diakses dari ProQuest Dissertations and Theses database. (UMI No. 9218006). Idris, M. (2016). Diperketat, Ini Syarat Dapat Beasiswa Kemenkeu ke Luar Negeri. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/3131317/diperketat-ini-syarat-dapat-beasiswa-kemenkeu-ke-luar-negeri, diakses pada tanggal 20 April 2017. LDPD. (2017). Penduan Pendaftaran Beasiswa. Diunggah dari http://www.beasiswa.lpdp.kemenkeu.go.id/upload/dokumen/Buku%20Panduan%20Pendaftaran%20Beasiswa.pdf. Mc Neill, K. M. (1997). Determinants of different types of retention: Goal completin, institutional persistence, transfer and dropout at the community college. Desertasi Doktoral. University of Oregen. Diakses dari ProQuest Dissertations and Theses database. (UMI No. 9810017). Perdana, N. G., & Widodo, T. (2013). Sistem pendukung keputusan beasiswa kepada peserta didik baru menggunakan metode TOPSIS. Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2013 (SEMANTIK 2013) di Semarang pada 16 November 2013. Peterson, C., & Seligmen, M. E. P. (2004). Character Strengths and Virtues: A Handbook and Classification. New York: Oxford University Press. Pujatama, D. (2014). Implementasi algoritma SAW (Simple Additive Weighting) untuk mendukung keputusan penerimaan beasiswa PPA pada universitas dian nuswantoro. Semarang: Universitas Dian Nuswantoro. Diunggah dari http://eprints.dinus.ac.id/13241/1/jurnal_13727.pdf. Putra, A., & Hardiyanti, D. Y. (2011). Penentuan penerima beasiswa dengan menggunakan fuzzy multiple atribute decission making. Jurnal Sistem Informasi, 3(1), 286-293. Salam, D. (2014). Persepsi mahasiswa program beasiswa kemitraan SUMSEL terhadap efektivitas program beasiswa kemitraan SUMSEL di Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarya: Universitas Negeri Yogyakarta. Scheier, M. F. & Carver, C. S. (1985). Optimism, coping, and health: Assessment and implications of generalized outcome expectancies. Health Psychology, 4(3), 219-247. Scheier, M. F., & Carver, C.S. (1987). Disposititional opimism and physical well-being: The influence of generalized outcoma expectancies on health. Journal of Personality, 55(2), 170-210. Scheier, M. F., Carver, C. S., & Bridges, M. W. (1994). Distinguishing optimism from neuroticism (and trait anxiety, self-mastery, and self-esteem): A re-evaluation of the Life Orientation Test. Journal of Personality and Social Psychology, 67(6), 1063–1078. Simbolon, C. J. (2014). Persistensi pasangan infertil suka batak toba dalam memperoleh keturunan. Skripsi. Medan: Universitas Sumatra Utara. Siregar, A. M. (2010). Hubungan antara outcome-expectancy dengan motivasi kerja anggota polantas polres metro Tangerang. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Siregar, S. (2012). Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers. Utomo, P. (2011). Analsis kontribusi pemberian beasiswa terhadap peningkatan prestasi akademik mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. JPTK, 20(1), 68-87. Uyun, S., & Riadi, I. (2011). A fuzzy topsis multiple-attribute decision making for scholarship selection. Telkomnika, 9(1), 37-46. Vinsant, C. O. (2010). Academic persistence: The relationship between age, gender, administrative support, faculty support, family Support, alcohol use, drug use, parental education levels, parental relationship status, student relationship status, socioeconomic status, job status, and the belief of an education as a necessity. Tesis Master. Tennessee Technological University. Diakses dari ProQuest Dissertations and Theses database. (UMI No. 1482398). Waluyo, B. (2015). Untukmu Scholarship Hunters: Menggenggam Beasiswa S2 Luar Negeri. Diunggah dari https://sdsafadg.files.wordpress.com/2015/11/untukmu-scholarship-hunters1.pdf, diakses pada tanggal 30 Oktober 2016. Wibisono, B. K. (2015). 4.580 orang terima beasiswa S2/S3 dari LPDP. http://www.antaranews.com/berita/489409/4580-orang-terima-beasiswa-s2s3-dari-lpdp, diakses pada tanggal 30 Oktober 2016. Xia, J., Wu, D., Zhang, J., Xu, Yuanchao., & Xu, Y. (2016). Chinese version of the optimism and pessimism scale: Psychometric properties in mainland china and development of a short form. Journal of Health Psychology, DOI: 10.1177/1359105314544071. EFFECT OF OUTCOME EXPECTANCY AGAINST PERSISTENCE LPDP SCHOLARSHIP APPLICANTS Tarmizi Thalib (thalibtarmizi@gmail.com) Eva Meizara Puspita Dewi (evabasti@yahoo.com) Muh. Hidayat Nur Nurdin (dayat_20858@yahoo.com) Psychology Faculty, State University of Makassar Jl. AP Pettarani, Makassar, 90222 ABSTRACT This study aims to determine the effect of outcome expectancy on the persistence of scholarship applicants. The subject of this research are 61 LPDP scholarship applicants that have failed in the previous stage and will re-register. The research design used in this study is quantitative with spearman correlation measurements on subjects taken accidentally. The results of this study prove that the outcome expectancy has significant influence on the persistence of scholarship applicants with positive correlation coefficient and significance value of 0.292 and 0.022 (p <0.05). Keywords: Persistence, Outcome Expectancy, Scholarship Applicants. There are many scholarships that can be obtained scholarship applicant. One of the most massive scholarship as a goal by the scholarship applicant is Education Scholarship Fund Management Institution (LPDP). However, it is not easy to get the scholarship. According Wibisono (2015) a lot of students who fail to get a scholarship LPDP. Since the year 2013 to 2014 as many as 35 222 people apply for scholarships S2 and S3, in 2013 as many as 1,555 people and by 2014 as many as 33 667 people, but received only 4,580. According to Director of LPDP, Eko Prasetyo (Idris, 2016) suggested while in 2015 the number of scholarship applicants LPDP some 54,000 by the number of applications received amounted to 4,500 people. Now LPDP scholarship no longer just be pursued by the applicant a scholarship, but various universities at home and abroad are also demanding more LPDP students to study at the venue. According to Waluyo (2015) are pessimistic, unable, hesitated and finally gave up was the reaction of most people who are faced with the question of participation in the scholarship selection. This is due to many obstacles that can hinder a person in a scholarship. For instance, problems of language, administrative support experience, time selection, another destination to experience failure. In LPDP scholarship alone there are 19 administrative registration requirements and must pass through seven stages of selection (LPDP, 2017). Terms and conditions are also an obstacle that inhibits the applicant so that the least number of recipients (awardee) LPDP compared registrants. Based on the results of the initial survey through a questionnaire distributed to 17 selected accidental, individuals understand the importance of scholarship and have undergone the process in getting the scholarship. The findings of the initial data that 11 of 17 samples can be said to stop pursuing scholarship after undergoing the registration process. 4 of 17 other samples are still looking for info on scholarships up studies, but the process is done to get a scholarship less intensively than before the individual's work. Therefore, it needs special attention to the persistence of scholarship applicants. For large relation to the psychological and practical aspects in enhancing the quality of teachers in the future. In addressing the above, ideally achieving a high persistency, scholarship applicants must meet the persistence indicator, which is pursuing the long-term purposes (LTPP), current purposes pursuing (CPP) and the recurrence of unattained purposes (RUP). Generally, LTPP refers to a person's ability to remain committed to the development of self, a higher purpose that requires prolonged behavioral consistency, though there are obstacles or failure of short-term goals. CPP is like describing the ability to stay focused on the activities that happen every day at voluntary control. The term recurrence of unattained purposes means repeating the objectives are not achieved, aims to protect the goodwill of the past and an active motivation symptoms (Constantin, Holman & Hojbota, 2011). The importance of this research is done to see the extent of the scholarship applicant persistence in achieving expectancy outcomes to be achieved, ie, graduate scholarships and educational needs are fully financed. Given the role of scholarship is very important psychologically, that motivate a person to improve learning outcomes and also provide motivation to individuals participating in order to maintain his achievements (Djamarah, 2008). Practically become part of the long-term productive investment in the development educators. Therefore, based on these descriptions it is important also for the author to do research with title "Influence Outcome Expectancy against Persistence Scholarship Applicants". The purpose of this study was to determine the intensity of outcome the scholarship applicant expectancy, how often applicants enroll scholarship back, and effect outcome expectancy on the persistence of the scholarship applicant. Persistence Peterson and Seligman (2004) defines persistence as a continuation of the voluntary actions undertaken to achieve a goal, although there are obstacles, difficulties or discouragement. The basis of persistence is the power of the will (the power of will). Things become a barrier for individuals is not fear but boredom, frustration, difficulty and temptation to do something easier and more enjoyable. While Thomas (2001) suggests the persistence of the trend is to work hard, to keep busy, and to accomplish the task. Outcome Expectancy In the concept of dispositional optimism, Scheier and Carver (1985) suggested that the outcome expectancy is a source of motivation that leads to the implementation of the business, because people continue to expect success. Therefore, finished or not finished anything, will still affect the probability of a subject in behavior (Scheier & Carver, 1985). Scheier and Carver (Xia, Wu, Zhang, Xu and Xu, 2016) revealed that the concept of dispositional optimism, optimism and pessimism is referred to as outcome positive and negative expectancy. The optimism reflects the outcome expectancy that consider good things will happen, while pessimism reflects bad things will happen. LDPD Scholarships Salam (2014); Putra and Hardiyanti (2011) suggested a scholarship is a gift in the form of financial assistance granted to individuals who intended to be used for education to be reached by the terms of which have been determined by the scholarship. The LPDP scholarship is administered by the LPDP scholarships (Educational Fund Management Institution) through the use of the National Education Development Fund (DPPN) (LPDP, 2017). Influence Outcome Expectancy against Persistence Scholarship Applicants Fall (1991) revealed that the outcome expectacy is influenced by the persisten ceunder conditions of consciousness, although it includes a low consciousness. Carver and Scheier (1981) argued that the outcome expectancy serves to evoke the persistence of a person to a problem that is not solved. For someone with expectancy outcome a high will show maximum effort anyway (Scheier & Carver, 1985). According Nauerth (2015) explained that there was a positive response expectancy outcomes to the persistence Students understand the concepts presented in the teacher. It is also a reference to the amount of influence the outcome expectancy to the persistence of Students in achieving academic goals. RESEARCH METHODS The method of research is quantitative approach to outcome expectancy as the independent variable and persistence as the dependent variable. As is the persistence of this research is the tendency of individual behavior that continues to exist for a scholarship despite the obstacles, difficulties or discouragement. While the outcome expectancy in question in this research is a source of motivation that led to the attempted because people continue to expect a scholarship. The sample in this study amounted to 61 people with unused test numbered 30 people. The sampling technique used in this study was accidental sampling which in most deployed by using google form. The data collection technique using Likert scale with a score of 0 to 4. The number of total scores obtained from measuring devices persistence The Persistence Motivational Scale (MPS) (Constantin, 2017). While the outcome expectancy was measured using the Life Orientation Test - Revised (LOT-R) (Scheier, Carver, & Briges, 1994). The validity of the measuring instrument used is the validity of the content with the score at MPS and LOT-R range from 0.583 to 1 and, 75 to 0,833. Discrimination power to MPS and LOT-R ranged from 0.281 up to 0.614 and 0.252 up to 0.453. While the reliability of both sequentially measuring instrument 0.778 and 0.624. Technical analysis of data using descriptive analysis and hypothesis testing Spearman correlation (Rs) is nonparametric. RESULTS AND DISCUSSION Descriptive analysis served to know some basic data related research. The data obtained from subjects' responses were given. Description of the data presented in tabular form with a mean hypothetical and empirical mean. The summary description of these data is as follows: Table 4.1. The mean hypothetical and empirical mean persistence and outcome expectancy scholarship applicants From both these scales can be concluded that the empirical mean is greater than the hypothetical mean. Therefore, it also can be said that the level of persistence and outcome expectancy high scholarship applicant. Based on the above categorization of the obtained data, that model of persistence frequency distribution of high scholarship applicant has a score of 29 to 52 subjects (85.2%) and the group is only totaled 9 subjects (14.8%). As for the frequency distribution models outcome expectancy high scholarship applicant has a score of 21 and totaled 26 subjects (42.7%) and the group was numbered 35 subjects (57.3%). The distribution was not found in subjects classified as low (0%). This means that the persistence and outcome expectancy scholarship applicants included in the category of high and medium. Hypothesis testing is done non paramertik using Spearman correlation test (Rs) in accordance with the research hypothesis that there is an influence outcome expectancy on the persistence scholarship applicant. Here are the results of hypothesis testing that has been done: The table shows the value of the correlation between variables and persistence outcome expectancy is 0.022 with a significance level below 0.05 (p <0.05). This means that there is a significant correlation between outcome expectancy to see the criteria interpretation persistence with Spearman correlation coefficient (Rs) (siregar, 2012). The correlation coefficient value of 0.292 indicates that the influence of the outcome expectancy of the persistence is low. Descriptive analysis showed that the persistence of the applicant in obtaining scholarships is high. Of the 61 study subjects, there were 52 subjects with a relatively high percentage of 85.2%, a total of 9 subjects classified as moderate with a percentage of 14.8% and no subject is low. Results of the research revealed also the intensity of applicants in applying LPDP scholarship after failing to selection before. A total of 40 people with a percentage of 65.6% has been registering all, 20 people or 32.8% have signed up a second time and the rest of the people even have signed up for the third time. However all the research subjects will continue to enroll scholarship LPDP back. In maintaining persistence, repeated goal of becoming a good requirement. It is included in the recurrence of unattained purposes (RUP) or repeated goal is not achieved in a process. According to Constantin, Holman, and Hojbota (2011) repeats goal unfulfilled intentions to protect the past, become active motivation symptoms, preventing the loss of an early goal and help detect opportunities on yield. According to Jacobs, Prentice-Dunn and Rogers (Peterson & Seligman, 2004) for the scholarship applicants who reiterated his goal, the high self-efficacy and favorable expectations be a contributing factor to increase their persistence. Based on the results of the study after being unsuccessful in the scholarship selection LPDP, many reactions and activities performed by the applicant scholarships. Preparing to register again with the new strategy is the selection of the most pursued the subject, about 30.76%. There is caution in the process of repetition will be made because of failure always brings concern (Peterson & Seligmen, (2004). Approximately 20.87% of the subjects to evaluate him. This personal awareness related subject has been the extent of his ability and raises commitment to goals early (Constantin, Holman, & Hojbota, 2011). Having declared a failure, approximately 15.40% of the subjects think fatherly try back on the following occasion, approximately 13.18% of them try to get another scholarship (scholarship government and non-government), 3 , 3% do direct assistance to people who are considered competent, 4.40% will focus on his job while preparing for the next selection and 2.20% attempt to forget the failure with other routines. in addition to the forms of planning, the failure to bring psychological aspect in the subject of about 9.9% as the attitude of religiosity (patience, gratitude and hope through prayer), optimistic, sadness with weeping. The daily activity of the subject in order to get a scholarship LPDP after failure manifold. Approximately 38% of the subjects strive more to learn IELTS / TOEFL, science that was involved and an essay, 10.31% of the subjects attempted complate files less administration, 10.31% of the subjects improve aspects of religiosity with much prayer, trust (surrender) and alms, 7.93% subjects collect various relevant references various problems of society, 7.14% compose tips and tricks as a form of selection plans, the rest is an effort to build and maintain a track record, including improving the curriculum vitae (CV), consultation with the awardee and join the community LPDP, self-evaluation, interview practice, establish and mental intention, set the time, try to bring an upbeat attitude to look for the campus and the letter of accepted (LOA). Descriptive analysis showed that the outcome expectancy LPDP applicant in obtaining scholarships is high. Of the 61 study subjects, there were 26 subjects with a relatively high percentage of 42.7%, a total of 35 subjects were moderate with a percentage of 57.3% and no low. Based on data from the high persistency and more work done by the applicant scholarships can be said that the scholarship applicant has a good persistency levels. Based on the results of this study also found different types of outcome expectancy that indicating why the applicant tried to enlist LPDP scholarship back. Type outcome expectancy most widely expected by the applicant LPDP scholarship is an incentive activity, as much as 41.67%. Bandura (1986) incentive activity with regard to who want to be sought from the activities carried out which led to a sense of satisfaction, happiness and others. LPDP Scholarship is a scholarship recipient who prefers to contribute greatly to the development of Indonesian society in accordance background studies (LPDP, 2017). The applicant tried to synchronize interest like the objectives of the program itself. Great desire to contribute to society, self-development, and continued his studies at the next level are forms expectancy outcomes of mostly expected by the scholarship applicant LPDP. According Pujatama (2014); Prime and Widodo (2013); and 'Uyun & Riadi (2011) suggested basically a scholarship is income for the receiving and objectives of the program is to help ease the cost burden for education students or students who earn. Hence it is also not surprising that as much as 19.44% of the subjects were expecting it. It is included in this type of outcome expectancy monetar form of economic needs (Bandura, 1986). In addition, there is also the primary incentive is expected to subject a related form of subsistence living comfort of 1.39%. These expectations included in this type of outcome social expectancy. Scholarships LPDP able to provide both. A total of 8.33% of the subjects expect social recognition especially those of their parents and surroundings. These scholarships are also able to change the status or position of a person. A total of 11.11% of the subjects expect this type of outcome expectancy in status and power. Most of the subjects expect to get a decent position in certain establishments and make it a reason to support to achieve a more strategic professions. The rest is a subject who want to sign up with viewing opportunities or in other words to try their luck. The results obtained from testing the hypothesis can be concluded that there is significant influence outcome expectancy on the persistence scholarship applicant. The resulting positive correlation, so that it can be said that the two variables in the same direction. This is consistent with what was said by Janof f-Bulman and Brickman (Peterson & Seligman, 2004) outcome expectancy has an effect on the persistence of a person. The higher a outcome person's expectancy, the higher the persistence. Conversely, the lower the outcome person's expectancy, will get low persistence. The correlation coefficient in this study are categorized in the low-level relations. This means that the effect outcome expectancy of the persistence of the applicant's is relatively small scholarship. Fall (1991) revealed that the outcome expectancy affect persistence under conditions of consciousness, although it includes a low consciousness. Although the effect is small, but still found a significant influence on it. Based on the factors proposed by Peterson and Seligman (2004) factors that affect persistence is attempting behavior (effortfull behavior), social support and feedback. Jablon and Wilkinson (Andaritidya, 2014) termed the outcome expectancy as an intrinsically personal goal into the section attempt behavior. In the end it becomes a source of motivation that generate sustainable business (Scheier & Carver, 1985). From this study, the subject of 55.7% or 34 people who have a goal to study abroad. A total of 23 people or 37.7% of them want to study at home. There is also a subject that alter the destination university, from abroad into the country from domestic and abroad by 6.6%. Based on our analysis, only one fundamental difference in the location of interest that affect persistence university scholarship applicant, namely the type of outcome expectancy is sensory in terms of atmosphere lectures abroad. Mc Neill (1997) suggests the encouragement of family and friends have a positive influence on the persistence of learners. Even the role of parents in education is complex persistence in pressing children to pursue higher educational goals. At least in this study hinted at 8.33% of the subjects have social expectations of parents and their environment. In order to enforce social support in maintaining the persistence of the applicant purpose LDPD scholarship. For every person, has a high persistence of a goal is very good. The high percentage of the persistence of the applicant fund by 85.2% a major impact on every applicant. According to Peterson and Seligman (2004) persistency has both benefits and very broad, which increases a person's chances to achieve difficult goals, increase comfort, improve their skills and understanding of the person and can increase the confidence a person (self-efficacy), only if the purpose expected to be achieved. Based on the persistence of high percentage of that, efforts are needed fatherly maintain or improve it back. Efforts have been made in advance and included in the form of behavioral attempted (effortfull behavior) is very important to maintain. Social support was not so great and the feedback has not with the data only needs to be stabilized by the surrounding environment. In general, subjects in this study is a 100% scholarship applicant had experienced a failure to meet the goal to get a scholarship. Successful or unsuccessful they will still impact the probability of the subject of doing business (Scheier & Carver, 1985). In this study, it can be said outcome expectancy in the applicant's is quite high by comparing the empirical mean and hypothetical mean data. However, there is a scholarship applicant around 57.3% in the medium category. There are several factors that affect the level of outcome expectancy by Scheier and Carver (1987), the efficacy expectancy, experiences and barriers. If only 100% of the subjects who have failed on initial selection and intentions will register again gives an indication that there is confidence that the subjects were able to get the goal. Similarly, experiences and barriers that previously traversed a contributing factor in increasing optimism attempted. CONCLUSIONS AND RECOMMENDATIONS Based on the results of data analysis and discussion of this study, the conclusion can be formulated as follows: 1. Outcome expectancy scholarship applicants generally be in the high category. 2. Persistence of scholarship applicants generally be in the high category. The intensity of the applicants in registering the LPDP scholarship after failing on selection before, a total of 40 people with a percentage of 65.6% have registered twice, 20 or 32.8% have signed up a third time and the rest of the people even have signed up for the fourth time. 3. Outcome expectancy positively affects the persistence of the scholarship applicant. This shows that the higher the outcome scholarship applicant expectancy, the higher the persistence. Based on the description above conclusions, the researchers propose some suggestions as follows: 1. To the parents and the environment should be the parents and the surrounding environment provides good social support and feedback as appropriate, scholarship applicants. 2.Bagi team selectors scholarship can make persistence indicator, namely LTPP, CPP and RUP in compiling a list of questions in order to clarify the intention of which is based on a maximum effort from the applicant. 3. For next researchers a. Enhance this research by taking into account other factors that affect the persistence of a person, such as effortful behavior, social support and feedback. b. Enhance data collection tools and use other aspects to better suit the characteristics of the people of Indonesia. c. Conducting further research with a view to the persistence of religiosity variables influence someone. REFERENCES Andaritidya, A. (2014). Efektivitas pembelajaran kooperatif STAD dalam meningkatkan perilaku keterikatan siswa SD dalam pembelajaran matematika. Jurnal Psikologi, 2(7), 33-47. Bermel, M. T. (2014). Impact of non-academic factor on students, persistence in community colleges: Nuturing an academic resiliency perspective. Desertasi Doktoral. University of Maryland. Diakses dari ProQuest Dissertations and Theses database. (UMI No. 3641180). Bandura, A. (1986). Social Foundations of Thought and Action: A Social Cognitive Theory. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Carver, C. S., & Scheier, M. F. (1981). Attention and self-regulation: A control-theory approach to human behavior. Dalam Charles S. Carver, Michael F. Scheier, Clara Mayo & Nancy M. Henley. Handbook of Springer Series in Social Psychology. Springer-Verlag: New York. Constantin, T. (2017). The Motivational Persistence Scale (MPS). (Synthesis). PsihoProfile. Constantin, T., Holman, A., & Hojbota, A. M. (2011). Development and validation of a motivational persistence scale. Psihologija, 45 (2), 99–120. Djamarah, S. B. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Drummond, H. A. D. (2014). Trait emotional intelligence and academic engagement: An investigation of non-academic. Desertasi Doktoral. University of Toronto. Diakses dari ProQuest Dissertations and Theses database. (UMI No. 3744439). Fall, M. E. (1991). Counselor self-efficacy A test of Bandura’s theory. Disertasi Doktoral. University of Maine. Diakses dari ProQuest Dissertations and Theses database. (UMI No. 9218006). Idris, M. (2016). Diperketat, Ini Syarat Dapat Beasiswa Kemenkeu ke Luar Negeri. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/3131317/diperketat-ini-syarat-dapat-beasiswa-kemenkeu-ke-luar-negeri, diakses pada tanggal 20 April 2017. LDPD. (2017). Penduan Pendaftaran Beasiswa. Diunggah dari http://www.beasiswa.lpdp.kemenkeu.go.id/upload/dokumen/Buku%20Panduan%20Pendaftaran%20Beasiswa.pdf. Mc Neill, K. M. (1997). Determinants of different types of retention: Goal completin, institutional persistence, transfer and dropout at the community college. Desertasi Doktoral. University of Oregen. Diakses dari ProQuest Dissertations and Theses database. (UMI No. 9810017). Perdana, N. G., & Widodo, T. (2013). Sistem pendukung keputusan beasiswa kepada peserta didik baru menggunakan metode TOPSIS. Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2013 (SEMANTIK 2013) di Semarang pada 16 November 2013. Peterson, C., & Seligmen, M. E. P. (2004). Character Strengths and Virtues: A Handbook and Classification. New York: Oxford University Press. Pujatama, D. (2014). Implementasi algoritma SAW (Simple Additive Weighting) untuk mendukung keputusan penerimaan beasiswa PPA pada universitas dian nuswantoro. Semarang: Universitas Dian Nuswantoro. Diunggah dari http://eprints.dinus.ac.id/13241/1/jurnal_13727.pdf. Putra, A., & Hardiyanti, D. Y. (2011). Penentuan penerima beasiswa dengan menggunakan fuzzy multiple atribute decission making. Jurnal Sistem Informasi, 3(1), 286-293. Salam, D. (2014). Persepsi mahasiswa program beasiswa kemitraan SUMSEL terhadap efektivitas program beasiswa kemitraan SUMSEL di Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarya: Universitas Negeri Yogyakarta. Scheier, M. F. & Carver, C. S. (1985). Optimism, coping, and health: Assessment and implications of generalized outcome expectancies. Health Psychology, 4(3), 219-247. Scheier, M. F., & Carver, C.S. (1987). Disposititional opimism and physical well-being: The influence of generalized outcoma expectancies on health. Journal of Personality, 55(2), 170-210. Scheier, M. F., Carver, C. S., & Bridges, M. W. (1994). Distinguishing optimism from neuroticism (and trait anxiety, self-mastery, and self-esteem): A re-evaluation of the Life Orientation Test. Journal of Personality and Social Psychology, 67(6), 1063–1078. Simbolon, C. J. (2014). Persistensi pasangan infertil suka batak toba dalam memperoleh keturunan. Skripsi. Medan: Universitas Sumatra Utara. Siregar, A. M. (2010). Hubungan antara outcome-expectancy dengan motivasi kerja anggota polantas polres metro Tangerang. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Siregar, S. (2012). Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers. Utomo, P. (2011). Analsis kontribusi pemberian beasiswa terhadap peningkatan prestasi akademik mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. JPTK, 20(1), 68-87. Uyun, S., & Riadi, I. (2011). A fuzzy topsis multiple-attribute decision making for scholarship selection. Telkomnika, 9(1), 37-46. Vinsant, C. O. (2010). Academic persistence: The relationship between age, gender, administrative support, faculty support, family Support, alcohol use, drug use, parental education levels, parental relationship status, student relationship status, socioeconomic status, job status, and the belief of an education as a necessity. Tesis Master. Tennessee Technological University. Diakses dari ProQuest Dissertations and Theses database. (UMI No. 1482398). Waluyo, B. (2015). Untukmu Scholarship Hunters: Menggenggam Beasiswa S2 Luar Negeri. Diunggah dari https://sdsafadg.files.wordpress.com/2015/11/untukmu-scholarship-hunters1.pdf, diakses pada tanggal 30 Oktober 2016. Wibisono, B. K. (2015). 4.580 orang terima beasiswa S2/S3 dari LPDP. http://www.antaranews.com/berita/489409/4580-orang-terima-beasiswa-s2s3-dari-lpdp, diakses pada tanggal 30 Oktober 2016. Xia, J., Wu, D., Zhang, J., Xu, Yuanchao., & Xu, Y. (2016). Chinese version of the optimism and pessimism scale: Psychometric properties in mainland china and development of a short form. Journal of Health Psychology, DOI: 10.1177/1359105314544071.