PENERAPAN BERMAIN TRADISIONAL CONGKLAK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBILANG PADA ANAK USIA DINI DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH ULUGALUNG KECAMATAN PAMMANA KABUPATEN WAJO
Daftar Isi:
- ANRIANI RAUF, 2014. Penerapan Bermain Tradisional Congklak Dalam Meningkatkan Kemampuan Membilang Pada Anak Usia Dini Di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Ulugalung Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo. Skripsi dibimbing oleh Dra. Hj. Bulkis Said, M.Si dan Rusmayadi, S.Pd, M.Pd. Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Penerapan Bermain Tradisional Congklak dalam Meningkatkan Kemampuan Membilang pada Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Ulugalung?, tujuan penelitian untuk mengetahui Penerapan Bermain Tradisional Congklak dapat Meningkatkan Kemampuan Membilang pada Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Ulugalung. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas. Lokasi penelitian ini di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Ulugalung Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo. Subjek penelitian ini adalah kelompok A yang berjumlah 10 orang anak dan 1 orang guru. Pengumpulan data dengan teknik observasi dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan bermain tradisional congklak ditempuh dengan cara pertama-tama guru menjelaskan aturan permainan yakni anak yang akan bermain mengadakan “pingsuit” untuk menentukan urutan kegiatan bermain. Kemudian guru memberi contoh dengan mengambil biji-bijian yang sudah tertata dalam cekungan untuk dimasukan satu persatu kearah kanan sampai habis, jika habisnya tepat pada cekungan besar disisi kanannya berarti pemain harus berhenti “ mati” atau habis pada cekungan lawan yang kosong. Selanjutnya guru memberi nilai yang banyak kepada pemain, jika saat berhenti dicekungan miliknya berhadapan dengan cekungan lawan yang kebetulan isinya banyak istilah “ mikul ’ nembak atau “ medil”. Terakhir guru mengumpulkan biji terbanyak dalam cekungan di sebelah kanan pemain untuk menentukan pemenang pada akhir permainan. Pada siklus I penerapan bermain tradisional congklak dalam meningkatkan kemampuan membilang anak belum mengalami peningkatan hal ini disebabkan anak tidak memperhatikan pelajaran guru dan anak banyak lebih suka bermain sendiri ketimbang bermain congklak. Pada siklus II kemampuan membilang sudah menagalami peningkatan anak sudah mengetahui konsep banyak sedikit dan mampu membilang benda 1-10. Dengan demikian penelitian ini dianggap berhasil meningkatkan kemampuan membilang anak melalui penerapan bermain tradisional congklak.