Daftar Isi:
  • ABSTRAK Penulis dalam penelitian ini menguraikan klitika dalam bahasa Makassar Hal ini penling dilakukan karena bahasa Makassar merupakan aset budaya regional dan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Tujuan penelitian ini adalah (I) mendeskripsikan jenis dan fungsi klitika dalam bahasa Makassar: dan (2) mendeskripsikan dampak penggunaan bahasa Makassar terhadap penggunaan bahasa Indonesia. Data dalam penelitian ini bertipe kata, frasa, dan kalimat-kalimat yang terdapat klitika di dalamnya. Sumber data dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berdomisili di Kabupaten Gowa dan buku cerita berbahasa Makassar. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik rekam, teknik simak libat cakap, teknik dokumentasi, dan teknik catat. Data yang terkumpal dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode padan dan aneka tekniknya yang disesuaikan dengan karakter data yang telah diperoleh di lapangan. Teknik analisis data yang digunakan berupa teknik dasar teknik pilihan unsur penentu atau teknik PUP dan teknik lanjutan teknik hubung banding membedakan atau teknik HBB, melalui pembedahan data yang tersedia digunakan untuk tujuan penelitian (Sudaryanto. 1993: 27). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa klitika terdiri atas dua bentuk yaitu proklitik dan enklitik. Proklitik meliputi na-, ku-, rtu-, dan ni. Contoh: nallei (ambil bentuk aktif), kucinik (kulihat), nuboya (kaucari), dan nisare (diberi). Proklitik tersebut berfingsi sebagai pemarkah personal. Enklitik meliputi -mi, -ji, -ki, -pa, -pi, -ta, dan -na. Contoh: passammi (biarlah): sengkaki (mari singgah): battuji (daiang): tenapa (belum): kuballipi (saya beli bersyarat), bokbotta (bukumu): cappakna (ujungnya): dan sapatunna (sepatunya). Bentuk enklitik tersebut dalam bahasa Makassar berfitngsi sebagai penjelas dan penanda personal. Bentuk-bentuk klitika dalam bahasa Makassar digunakan dalam interaksi sosial dalam masyarakat Makassar. Namun, bentuk-bentuk klitika tersebut berpotensi berdampak negatif (terjadi interferensi) dalam penggunaan bahasa Indonesia seperti singgahki di rumah, biarmi begitu, tungguka dulu. bukuta, kubelipi, datangji, dll.