Setahun Didi Kempot, Mencipta Bunyi, Melintas Waktu
Main Author: | Setiawan, Aris |
---|---|
Format: | Article PeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
PT Kompas Media Nusantara
, 2021
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.isi-ska.ac.id/4841/1/Aris%20Setiawan%20Kompas.pdf http://repository.isi-ska.ac.id/4841/ |
Daftar Isi:
- Didi hadir dengan karya yang mendobrak kebekuan. Lagu campursari berlirik santun, berlagak priayi, dengan gaya bahasa yang halus selayaknya langgam Jawa (baca Manthous), diubah menjadi lebih membumi oleh Didi Kempot. Ia menggunakan bahasa Jawa ngoko, bahasa keseharian yang lebih mudah dimengerti dan dipahami orang kebanyakan. Tiba-tiba muncullah judul-judul yang tak lagi puitik Jawa, selayaknya ”Kutut Manggung”, ”Ngidam Sari”, ”Yen Ing Tawang Ana Lintang”, ”Caping Gunung”, tetapi menjelma menjadi ”Stasiun Balapan”, ”Parang Tritis”, ”Terminal Tirtonadi”, ”Pamer Bojo”, bahkan ”Suket Teki”. Dari judul itu, Didi Kempot berupaya membuat tanda bahwa segala kenangan tentang asmara tak harus didapat ”dari bawah sinar rembulan yang tertusuk daun ilalang”. Tetapi, dari hal-hal remeh-temeh ataupun tempat-tempat yang jamak, seperti stasiun, terminal, pantai, dan pelabuhan.