AKTIVITAS FRAKSI PROTEIN BIJI MELINJO (Gnetum gnemon L.) TERHIDROLISIS TERHADAP RADIKAL HIDROKSIL SECARA IN VITRO
Main Author: | Eka N., Zahrina Amalia |
---|---|
Format: | Undergraduat Thesis |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/73564 |
Daftar Isi:
- Penyakit tidak menular atau non communicable disease memiliki prevalensi yang semakin lama semakin meningkat. Terdapat beberapa faktor risiko yang berhubungan erat dengan terjadinya penyakit tersebut, salah satunya adalah paparan radikal bebas. Reactive Oxygen Species (ROS) merupakan salah satu kelompok radikal bebas. Secara fisiologis, ROS terbentuk selama metabolisme seluler dan aktivitas fisiologis, dan memiliki peranan penting dalam cell signalling, apoptosis, ekspresi gen dan transportasi ion. Radikal Hidroksil (•OH) merupakan salah satu ROS yang sangat reaktif dan dapat menyebabkan kerusakan DNA melalui mekanisme pemutusan ikatan hidrogen antar basa DNA. Radikal bebas ini diantaranya berasal dari reaksi Haberr-Weiss dan Fenton. Untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat radikal bebas diperlukan suatu senyawa antioksidan. Antioksidan dapat melindungi sel dari radikal bebas karena bertindak sebagai donor elektron, sehingga radikal bebas menjadi stabil dan pemutusan rantai hidrogen antar basa DNA dapat dicegah. Penggunaan ekstrak protein atau purified protein dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan, salah satunya adalah protein biji melinjo (Gnetum gnemon L.). Dari hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa protein terhidrolisis dari biji melinjo berpotensi sebagai antioksidan yang efektif untuk mengikat radikal bebas, namun belum diketahui fraksi protein biji melinjo yang paling efektif yang dapat menghambat radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fraksi protein biji melinjo terhidrolisis manakah yang memiliki potensi paling kuat dalam meredam radikal hidroksil, mengetahui pengaruh fraksi protein biji melinjo terhidrolisis terpilih dalam uji peredaman radikal hidroksil dan hidrogen peroksida serta kemampuan proteksi terhadap kerusakan DNA secara in vitro.