UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI KAKAO (Theobroma cacao) TERHADAP Staphylococcus epidermidis SECARA IN VITRO DAN IN VIVO
Main Author: | Desyana Perwitahati |
---|---|
Format: | Lainnya |
Terbitan: |
, 2013
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/2587 |
Daftar Isi:
- RINGKASAN Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Kakao (Theobroma cacao) terhadap Staphylococcus epidermidis Secara In Vitro dan In Vivo; Desyana Perwitahati, 102010101010; 2013: 95 halaman; Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Infeksi merupakan penyakit yang banyak ditemukan di masyarakat dan menjadi penyebab kematian di dunia termasuk Indonesia. Selain bakteri dari kelompok Gram negatif, Gram positif juga dapat menginfeksi salah satunya adalah Staphylococcus epidermidis termasuk dalam kelompok Staphylococcus koagulase negatif. Angka kematian infeksi yang disebabkan oleh bakteri tersebut berkisar 18,5-57%. Adanya resistensi bakteri S. epidermidis terhadap berbagai antibiotik yang ada, mendorong pentingnya penemuan sumber obat-obatan antimikroba yang dapat mengatasi berbagai masalah yang muncul dalam terapi antibiotik khususnya yang berasal dari tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui adanya aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji kakao (T. cacao) terhadap pertumbuhan bakteri S. epidermidis, mengetahui Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) breakpoint ekstrak etanol biji kakao (T. cacao) terhadap pertumbuhan S. epidermidis secara in vitro, mengetahui efek ekstrak etanol biji kakao (T. cacao) terhadap infeksi S. epidermidis secara in vivo. Metode uji yang digunakan adalah in vitro uji difusi menggunakan Muller Hinton Broth dan uji in vivo menggunakan kelinci. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental sebenarnya (True Experimental Design). Sampel yang digunakan adalah koloni bakteri S. epidermidis yang disesuaikan dengan standar 0,5 Mc Farland. Konsentrasi larutan uji in vitro yang digunakan adalah 1.000 mg/ml, 500 mg/ml, 250 mg/ml, 125 mg/ml, 62,5 mg/ml, 31,2 mg/ml, 15,6 mg/ml, dan 7,8 mg/ml. Kontrol positif menggunakan suspensi sefotaksim dan kontrol negatif menggunakan larutan aquades steril. Konsentrasi krim uji in vivo yang digunakan adalah 2%, 4%, dan 8%. Kontrol positif menggunakan mupirosin dan kontrol negatif menggunakan basis krim. Data yang diperoleh dari uji in vitro berupa annular radius yang diukur dengan jangka sorong. Data kemudian dianalisis secara kualitatif dengan Kruskal Wallis dan secara kuantitatif dengan regresi linier. Data yang diperoleh dari uji in vivo berupa panjang penyembuhan luka yang diukur dengan jangka sorong. Data kemudian dianalisis dengan Kruskal Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji kakao (T. cacao) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri S. epidermidis secara in vitro dan in vivo. KHM breakpoint ekstrak etanol biji kakao (T. cacao) secara kwalitatif adalah pada konsentrasi 500 mg/ml, KHM breakpoint secara kuantitatif pada konsentrasi diatas 359,749 mg/ml. Krim ekstrak etanol biji kakao 2%, 4%, dan 8% mempunyai kemampuan penyembuhan terhadap luka. Kemampuan terbaik untuk penyembuhan adalah konsentrasi 8%. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak polifenol biji kakao maka semakin tinggi daya antibakterinya. Perubahan tersebut terjadi karena adanya kandungan flavonoid, katekin dan tanin yang terdapat pada biji kakao.