EFEKTIVITAS EKSTRAK KEDELAI ( PENINGKATAN RBP ( Glycine max L.) terhadap PENINGKATAN RBP Retinol binding protein TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) MODEL KWASHIORKOR

Main Author: Rizsa Aulia Danesty
Format: Lainnya
Terbitan: , 2013
Subjects:
Online Access: http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/1914
Daftar Isi:
  • Gizi buruk merupakan kondisi kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein (KEP) dalam makanan sehari-hari (Arifin, 2005). Kurang Energi Protein (KEP) merupakan penyebab utama dari defisiensi vitamin A dan kematian bayi dan anak di daerah tropis dan subtropis. Di negara miskin, satu dari lima bayi meninggal selama proses pertumbuhan. Di dunia diprediksi 7 juta orang meninggal pertahun akibat kelaparan dan sebagian kasus ini disebabkan oleh defisiensi nutrisi menahun (Furglie, 2001). KEP berat/gizi buruk secara garis besar dibedakan: marasmus, kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor (Depkes RI, 2006). Kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya (Chandra, 1997; Whitney, 2005). Kwashiorkor menyebabkan disfungsi pada berbagai sistem organ. Disfungsi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti terganggunya sintesis protein, kemampuan proliferasi sel, dan peran nutrisi melalui jalur metaboliknya. Hepar sebagai organ penting pada sintesis retinol binding protein sangat rentan terhadap pengaruh dampak buruk malnutrisi terutama kwashiorkor. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa ekstrak kedelai dapat meningkatkan kadar retinol binding protein pada tikus model kwashiorkor. Pada penelitian ini efek ekstrak kedelai dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kemudian diteliti apakah terdapat perbedaan efek ekstrak kedelai pada retinol binding protein. Penelitian ini menggunakan 25 sampel tikus wistar (Rattus norvegicus) jantan yang dibagi dalam 5 kelompok. Pada kelompok kontrol negatif, K(-) ix diberikan diet normal selama 60 hari, K(+) diberikan diet normal selama 30 hari pertama dan diberikan ekstrak tepung kedelai selama 30 hari, sedangkan pada kelompok perlakuan (P1, P2, dan P3) diberi diet rendah protein masing-masing diet protein 1%, 5%, dan 8% selama 30 hari, kemudian diberikan ekstrak kedelai 30 hari. Pemeriksaan kadar RBP menggunakan metode ELISA. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji One Way ANOVA dengan derajat kemakanaan 95%, dilanjutkan dengan uji Least Significance Difference (LSD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kedelai dapat meningkatkan kadar RBP. Kadar RBP menunjukkan perbedaan yang signifikan, yakni: pada kelompok kontrol negatif dengan perlakuan 1 dan perlakuan 3; perlakuan 1 dengan kelompok kontrol negatif dan perlakuan 2; perlakuan 2 dengan perlakuan 1; serta perlakuan 3 dengan kelompok negatif.