Keragaan Kontaminan Mikotoksin pada Jagung
Main Authors: | Haliza, Winda, Munarso, S. Joni, Miskiyah |
---|---|
Terbitan: |
IPB (Bogor Agricultural University)
, 2010
|
Online Access: |
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/42213 |
Daftar Isi:
- Jagung merupakan komoditas pertanian penting di lndonesia. Umumnya ko~noditasp ertanian tidak terkecuali jagung dapat berfungsi sebagai substrat bagi berbagai kapang penghasil mikotoksin seperti AspergiNtts spp. dan Fusarium spp. Indonesia sebagai daerah tropis basah dengan fluktuasi kelembaban nisbi (RH) udara yang cukup tinggi memberikan kondisi yang sangat kondusif untuk perkembangbiakan kapang termasuk kapang toksigenik untuk memproduksi metabolit sekunder berupa mikotoksin. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jagung dapat terkontaminasi mikotoksin seperti aflatoksin, zearalenon, deoksinivalenol, moniliformin, fumonisin dan asam siklopiazonat (CPA), niasing-inasing dengan kisaran 9 ppb - 428 ppb, 0,2 - 37,s ppm, 1.9 - 21.6 ppm, 1,04-12.06 ppm, 0.9 - 28 ppm, 1.9 - 4.8 ppm. Makalah ini membahas keragaan kontaminan tnikotoksin pada jagung dan identifikasi tingkat kontaminan mikotoksin pada berbagai tingkat penanganan pascapanen mulai petani, pengumpul, dan pedagang. Pencegahan atau pengendalian dampak negatif dari kontaminan mikotoksin dapat dilakukan melalui perbaikan pada proses prapanen, panen, dan pascapanen baik secara fisik, kimia, dan biologis. Perlu dibuat peraturan dan pengawasan meiigenai batas toleransi mikotoksin pada pangan, pedoman Good Handling Pracfices ((GI-IP), dan dilakukannya risk a.ssc,s.s~nentefr liadap tnikotoksin pada bahan pangan yang dikonsu~nsim anusia.