Kejadian Abortus Pada Sapi Perah Danupayapenanggulangannya (Studi Kasus Di Pt Taurus Dairy Farm Cicurug, Sukabumi)

Main Author: Harila, Elwun
Format: Thesis
Terbitan: Bogor Agricultural University (IPB) , 2010
Online Access: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/21349
Daftar Isi:
  • Komoditi sapi perah sangat potensial untuk ikut berperan dalam pembangunan petemakan dewasa ini. Untuk itu, peningkatan mutu genetik dan populasi sapi perah perlu terus mendapat perhatian baik oleh pemerintah,maupun pihak-pihak yang terkait. Salah satu upaya yang dilakukan dalam peningkatan mutu genetik dan populasi sapi perah tersebut adalah dengan penanggulangan penyakit-penyakit reproduksi baik yang bersifat infeksius maupun non infeksius. Abortus, merupakan salah satu dari sekian banyak bentuk gangguan reproduksi yang frekwensi kejadiannya eukup tinggi dilapangan, dimana faktor penyebabnya dapat bersifat infeksius , seperti oleh infeksi bakteri, virus protozoa, dan jamur serta penyebab non infeksius seperti karena faktor fisik, faktor genetis, honnonal,trauma, malnutrisi, bahan kimia (obat dan raeun), fetus kembar,abortus habitualis, abortus terapeutik,ataupun akibat reaksi alergis dan anafilaksis. Untuk penanggulangan kasus abortus seeara tuntas, sangat sulit dilakukan men gin gat kompleksnya faktor penyebab dari kasus abortus tersebut. Upaya yang sering dilakukan adalah mengurangi jumlah kejadian dengan membatasi penularan antar ternak, dengan manajemen dan sanitasi sebaik mungkin serta pelaksanaan terapi seeara eepat dan tepat. Studi kasus ini dilakukan dengan pengumpulan data primer melalui pengamatan langsung serta wawaneara dengan dokter hewan atau dengan petugas-petugas setempat" pengambilan data sekunder mengenai kejadian abortus mulai tahun 1995 sampai dengan tahun 1999, di PT Taurus Dairy Fann Cieurug Sukabumi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh penyebab-penyebab terjadinya abortus, gejala klinis yang bisa diamati dari setiap penyebab kasus abortus dan upaya-upaya pencegahan serta kemungkinan penanggulangannya. Kejadian abortus yang terjadi di PT Taurus Dairy Fann, berjumalah 83 kasus selama kurun waktu lima tahun yaitu dari tahun 1995 sampai dengan tahun 1999.Tahun 1995 rata-rata kejadiannya adalah 2,62 %, tahun 1996. 2,21%, tahun 1997,3,23%, tahun 1998, 3,72%, dan untuk tahun 1999 rata-rata kejadiannya adalah 3,02%. Rata-rata kejadiannya secara keseluruhan dari tahun 1995-1999 adalah 2,96%. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kejadiannya memerlukan perhatian secara serius mengingat kerugian ekonomi yang dapat ditimbulkannya. Kejadian abortus ini banyak terjadi pada peri ode laktasi ke ill. Pejantan yang paling banyak digunakan adalah jenis pejantan Varlour yang berasal dari Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang Jawa Barat. Dilaporkan juga bahwa pemah teIjadi kejadian abortus berulang sebanyak 17 kasus dengan waktu kejadian yang berbeda- beda. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui umur kebuntingan saat terjadinya abortus cukup bervariasi yaitu berkisar antara 2 sampai 7 bulan umur kebuntingan. Diketahui pula bahwa pada umur kebuntingan 4 sampai 5 bulan didapatkan kejadian abortus yang disertai dengan retensio sekundinae. Dad kasus-kasus abortus yang terjadi, tidak diperoleh data mengenai penyebab abortus yang disebabkan oleh agen-agen penyakit yang bersifat infeksius seperti oleh Brucellosis yang memang sangat ditakuti selama ini . Sampai saat ini hanya dikatakan bahwa penyebab abortus disebabkan oleh faktor trauma. Pada umumnya, sapi-sapi yang mengalami kejadian abortus ini tidak memperlihatkan gejala klinis yang jelas dan spesifik. Yang terlihat adalah sapi yang terlalu sering mendapat trauma akan kelihatan lemah dan selalu berbaring. Sejauh ini, telah dilakukan upaya-upaya pencegahan berupa vaksinasi terhadap agen-agen penyakit yang bersifat infeksius seperti IBR dan Brucellosis dan hasilnya dapat dikatakan berhasil. Pengobatan dengan menggunakan antibiotika berspektrum luas juga dilakukan kbususnya pada sapi yang telah mengalami kejadian abortus dengan tujuan untuk mencegah dan mengobati infeksi sekunder.