Keanekaragaman Binatang Tanah pada Hutan Tanaman Pinus (Pinus Mekulsii Jungh et De Vries E) dan Hutan Tanaman Rasamala (Altingia excelsa Noronhae) (Studi Kasus di RPH Gn. Bunder BKPH Leuwiliang KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat)
Main Author: | Muhammad Heru Muharamsyah R. |
---|---|
Format: | Thesis |
Terbitan: |
IPB (Bogor Agricultural University)
, 2010
|
Online Access: |
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/14951 |
Daftar Isi:
- Komponen binatang di dalam tanah telah memberikan sumbangan terhadap proses aUran energi dari suatu elmsistem. Hal ini disebabkan kelompok binmang tanah makro dan sebagian meso dapat melakukan penghaneuran terhadap materi tumbuhan dan hewan yang telah mati menjadi bahan organik besar yang kemudian diuraikan menjadi energi, bahan organik dan anorganik yang lebih sederhana oleh binatang tanah meso (jan mikro dan dikenal sebagai proses dekomposisi. Dekomposisi adalah penghaneuran seeara metaboUk bahan organik dengan h:lsiJ sampingan berupa energi, bahan organik, serta anorganiknya yang lebih seqerhana (Dephut, 19X9). Hal tersebut membuktikan bahwa l:>inatang tanah memiliki peranan besar dalam melakukan penguraian materi tumbuhan dan hewan yang tclah mati sehingga dapat menentukan kesuburan tallah. Ekosbt<:1ll hutan tanaman pinus dan ekosistem hutan tanaman rasamala memiliki bentuk tajuk yang berbcda. llentuk tajuk suatu tanaman dapat menaungi lantai hutan sehingga tercipta iklim mikro di penllukanll taoah. Naungan tajuklkanopi suatu jenis tanaman juga menentukan jumlah dan tipe penycbanm vcgetasi bawahnya yang merupakan sumber makanan bagi binatang tanah dan berpengaruh pula tcrhadap peneahayaan yang berdampak pada pergerakan binatang tanah, terutama penghuni serasah (IJemiedaphon) dan permukaan tanah (Epedaphon). Gl'Oombridge (1992), menggunakan istilah binatang ,anah untuk menunjukkan sebagian besar binatang yang melangsungkan siklus hidupnya di dalam tubuli tanah, pcnnukaan tanah dan lapisan serasab. Wallwork (1976) dan Hakim el al. (I 988) menya,"~an, secaJ'a umum nktivitas organisme tanab dipengaruhi oleh bebernpa faktor yang antara lain: iklim'(surah hujan, suhu, dll), tanah (aerasi, serasah, kemasaman, kelembaban, suhu, ham, dll), vegclasi (hutan, padang rumput, semak belukar, dll). Hakim el al. (1986) mencirikan aktivitas organisme tanah dengan memperhatikan parameter seperti : jumlahnya dalam tanab, bobot tiap unit isi atau luas tanah dan aktivitas metaboUknya. Tujuan dari peneHtian ini adalah untuk mengetahui: (1) Tingkat keanekagaraman binatang tanah yang terdapat di kawasan hutan tanaman pinus (Pillus lIIerkusii Jungh el De Vriese) umUf 1 tahun, 8 tahun dan 22 tahun serta hutan tanaman rasamala (Allingia excel.w Noronhae) dengan umur 49 tahun yang terdapat di Gunung Bunder. (2) Tingkat kcanek;lmgaman binatang tanah berdasarkan distribusi veltikal yaitu lapisan serasah, lapisan tanah 0·10 cm. dan lapisan tanah 10·20 cm. Alat-ala! yang digunakan dalam penelitian ini antara litin cangkul. bor tanah, ring tanah, sling psikrometer, altimeter, termometer tanah, penetrometer CL 70n, Timbang'lIl O'Bauss 2.610 gr, pita ukur 150 em, pH meter, Munsell Soil Color Chart, dan pinseL Bahan-bahan yang digunakan lantara lain contoh t30ah pada setiap ekosistem, serasah dan akar tumbuhan bawah, alkohol 70 %, akuades dan bahan kimia lain untuk analisis tanah di laboratorium. Penelitian ini dilakukan di RPH Qunung Bunder, llKPH Leuwiliang, KPI-I Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Baral. Plot-plot pengamatan ditempatkal)" ekosistem hut an tanaman pinus (di petak 20a) umur 1 tabun seIuas 147,3 Ha, ekosistcm hutan tanani"" pinus ,ahun (di petak 9k) umur 8 tahun seluas 14,5 Ha, dan ekosistem hutan tanaman pinus (di pctak 9j) umur 22 tahun seluas 8 Ha, dan ekosistem hutan tanaman rasamala (qi petak 20b) umur 49 tahun seluas 11,6 Ha. Secara umum, keadaan topografi di lokasi penelitian adalah berombak, berbukit, curam dan berjurang dengan ketinggian antara 761 - 1.126 meter di atas permukaan iaut. Pengambilan data di lapangan dimulai dengan menentukan petak pengamatan dengan ukuran 0,5 m X 0,5 m yang ditempatkan seeara acak untuk setiap ekosistem masing. masing berjumlah 10 petak. Pengambilan binatang tanah yang diamati terbagi pada tiga lapisan tanah (lapisan serasah, lapisan 0 -10 em dan lapisan 10 - 20 em). Pengambilan serasah dan akar tumbuhan bawah dilakukan pada ·saat bersamaan dengan pengambilan binatang tanah. Binatang tanah yang ditemukan dimasukkan ke dalam tabung berisi alkoho1 70 %. Identifikasi jenis dilakukan di Laboratorium Penganlh Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Variabel yang diukur antara lain SUilll udara dan tanah, kelembaban udara dan tanah, bobot isi tanah, penetrasi tanah, C-ol'ganik, en terse'cli<l!, pH tanah (H20), kadar air serasah, kadar air tumbuhan bawah dan tekstur tanah. Analisis data unluk kcanekaragaman binatang tanah dan tumbuhan bawah di setiap ekosistem diukur berdasarkan nilai indcks kekayaan jenis Margalef (Dmg), nilai indeks kelimpahanjenis Shannon - Wiener (H') dan nilai indcks kemcrataanjenis Evennes (E). Dari penelitian yang dilakukan pada empat ekosislcm yaitu hutan tanaman pinus umur I tahun, hutan tanam3n pinus umur 8 tahun, luHan tanamrll1 pinus 1I111ur 22 tahun, dan hutan t3113m311 rasamala umur 49 tahun menunjukkan adanya variasi agihnll binatang tanah. Binatang tanah yang ditemukan di keempat ekosistem tersebut sebanyak 4 filum, 7 kcJas, 21 ordo dan 69 jenis dengan populasi 1.319 individu jenis.