Studi Perkembangan Lawa Keong Macan (Babylonia spirata L.)
Main Author: | Daryono, Bernadus Dwi Hindras |
---|---|
Format: | Thesis |
Terbitan: |
IPB (Bogor Agricultural University)
, 2010
|
Online Access: |
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12821 |
Daftar Isi:
- Keong macan (Babylonia spirata L.) merupakan salah satu jeps gastropoda dari filum moluska yang memiliki nilai ekonomis dan potensi yang cukup besar. Siklus hidup keong macan adalah pelago-bentik yaitu fase larva sebagai plankton. Fase larva merupakan tahap kritis dalam perkembangan keong macan karena tingkat kelangsungan hidupnya yang sangat rendah, sehingga keberhasilan d4am penanganan larva merupakan keberhasilan dalam penyediaan stok d a diharapkan dapat mengatasi pennasalahan populasi keong macan. Tujuan peneli$ian ini untuk mempelajari biologi larva keong macan, meliputi : tahap dan waktu perkembangan, sifat kehidupan, pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup larva kkong macan. Penelitian diawali dengan memijahkan induk keong macan dai,am bak fiberglass 100 liter. Setelah memijah, kapsul-kapsul telur dipelihara dalam wadah 30 liter. Larva yang menetas dipelihara dalam wadah fiberglass 30 liter &banyak lima bu& dan dilakukan pengamatan yang meliputi ukuran larva, jumlah l&a dan tahap perkembangan larva. Larva diberi makan campuran kultur Chorella dengan rotifera (Brachionuspricantillis) dan setelah juvenil diberikan daging ikan pe4etek yang telah dilumatkan. Parameter yang diamati adalah tingkat kelangsungan hidup larva dan laju pertumbuhan harian larva. Analisa data meliputi perkembangan l e a , tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan larva, model pertumbuhan dan model survival rate larva. I Induk keong macan memijah pada malam hari dalam dua hari iaitu malam pertanla 2 1 kapsul telur dan malam kedua 24 kapsul telur dengan ukur& kapsul panjang 25,183 - 27.637 mm; leba 11:765 - 13?185 mm; panjang tangkai 15,040 - 16.660 mrn dan jumlah relur rata-rara per kapsul adalah 933. Keong macan adalah total spa\vner. Kapsul menempel pada substrat pasir berbentuk lempengan dan kapsul berfungsi untuk melindungi dan memelihara larva sebelum menetas. Ukuran kapsul (panjang dm lebar), panjang tangkai kapsul dan besarnya lempengan pasir sangat menentukan kekuatan kapsul untuk tetap berdiri kokoh dan menempel pada substrat bila ada pergerakan arus air. I Larva berada didalam kapsul selama lima hari. ~elam~a erkemqan~an intracapsular larva mengalami fase pembelahan, fase trochopore dan ayal larva veliger. Larva veliger didalam kapsul dicirikan oleh cangkang yang bulat transparan, cuping velum bercilia dan terlihatnya kaki yang transparan. I Larva menetas dari kapsul telur pada hari kelima setelah pemija$an melalui celah apikal. Larva yang baru menetas berukuran 0,511 - 0,545 mm dan memiliki ciri-ciri cangkang transparan, kaki, velum bercilia dan tentakel terlihat jelas, larva bersifat fototaktis positif dan proses torsi dimulai. Dua bintik mata terlihat jelas setelah dua hari penetasan. Torsi sempurna pada hari kedua belas. Harilke-19 larva bermetamorfosis dengan bentuk cangkang sempurna yang menyerupai keong dewasa, velum mulai menghilang dan hidup didasar. Pada hari ke-21 semuallarva telah berubah menjadi juvenil yang sudah memiliki cangkang tipis bem+a coklat kekuningan dan transparan dengan ukuran rata-rata 1,424 mm. Larva keong macan di Indonesia waktu perkembangannya lebih cepat bila dibandingkan dengan larva keong macan yang ada di India dan haila and. Perbedaan waktu perkembangan larva disebabkan kondisi lingkungan dan makkan larva yang berbeda. Larva yang lebih cepat berkembang adalah larva yang mampu beradaptasi terhadap lingkungan dan memanfaatkan makanan yang tersedia. Pertambahan panjang dan lebar larva naik secara drastis pads hari kelinla dan keenam. Pola pertambahan panjang dan lebar berhubungan positifyaitu apabila panjang larva naik maka lebarnya juga naik. Standard deviasi ukur* larva tinggi pada hari kelima dan keenam yaitu sebesar 0,026 dan 0,031 untuk p&jang; 0,027 dan 0,032 untuk lebar. Larva yang telah mampu menyesuaikan diri deng$n lingkungannya maka pertumbuhannya juga akan lebih cepat. Laju perhmbuhan harian larva naik dari hari pertama penetask hingga hari keenam, selanjutnya menurun dan konstan mulai hari kesepuluh hing'ga fase juvenil. Kenaikan laju pertumbuhan harian larva tertinggi te jadi pada hari ke'lima dan keenam yaitu sebesar 5,982 % dan 8,544 %. Pertambahan panjang dengan laju pel-tumbuhan harian larva memiliki hubungan positif dan pola yang sama. Pertambahan panjang larva tidak konstan, terjadi fluktuasi dengan rata-rata pertambahan panjang selama 21 hari adalah 0,043 mrn dan nilai ragahya sebesar 0,002. Setiap panjang larva yang naik tidak selalu diikuti naiknya laju pertumbuhan harian larva. Pola pertambahan panjang larva sama dengan pola pert&bahan juvenil yaitu memiliki pola pertambahan yang tidak konstan namun pola pertbbahan tersebut tidak saling berhubungan. Pertumbuhan larva dipengaruhi oleh faktor lingkungan pemeliharaan dan makanan yang tersedia. Model pertum6uhan larva Babylonia spirata (L.) adalah eksponensial sigmoid dengan nilai R~ d b s masingmasing sebesar 0,956 dan 0,061. ' i Daya tetas larva dari kapsul telur adalah 79,74 %. Banyaknya;telur/lma didalam kapsul yang mati karena kepadatan larva dalam kapsul yang t'inggi sehingga terjadi persaingan antar larva dalarn perebutan ruang gerak. I Survival rate larva urnur satu hari setelah penetasan adalah 32,b6 %. Nilai survival rate hingga hari kesebelas menurun drastis yaitu hanya sebes+ 2,66 % sedangkan pada fase juvenil sebesar 0,83 %. Hari pertama hingga hari kelima merupakan fase kritis kehidupan larva dengan tingkat kematian yang Gnggi. Rendahnya survival rate larva disebabkan karena kepadatan larva tinggi atau ruang gerak larva sempit, faktor makanan, faktor lingkungan, perlakuan dal& pengamatan, infeksi bakteri atau protozoa dan adanya kehadiran organisme penggaiggu. Model survival rate larva Babylonia spirata (L.) adalah power bnction dengan nilai R~ dan s masing-masing sebesar 0,900 dan 2,624. ~odelltersebut menunjukkan bahwa nilai survival rate larva Babylonia spirata (L.) mengalami penurunan drastis (sangat tinggi) pada awal perkembangannya dan selFjutnya penurunan survival rate larva tidak besar.