Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Naa dan Iba Terhadap Pertumbuhan Stek Mini Pule Pandak (Rauwolfia serpentina BENTH.) Hasil Kultur In Vitro Pada Media Arang Sekam dan Zeolit
Main Author: | Nurzaman, Zamzam |
---|---|
Format: | Thesis |
Terbitan: |
Bogor Agricultural University
, 2010
|
Online Access: |
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12390 |
Daftar Isi:
- Pemanfaatan obat tradisional yang berbahan baku tumbuhan sudah sejak lama dilakukan oleh manusia. Salah satu spesies tumbuhan tersebut adalah pule pandak (Rauwolfia serpentina Benth.). Pule pandak merupakan salah satu tumbuhan obat yang keberadaannya di alam sudah sangat langka. Akar tumbuhan ini mengandung alkaloid reserpin yang dapat dijadikan sebagai bahan baku obat antihipertensi dan mengandung ajmalina, yang bersifat “tranquilizer” (penenang). Sifat ini bisa meniadakan kegelisahan dan kegugupan yang biasa dirasakan penderita tekanan darah tinggi (Wahyono, 1989). Kebutuhan bahan baku tumbuhan pule pandak bagi keperluan industri jamu maupun farmasi semakin meningkat. Tingginya permintaan bahan baku dari jenis ini menyebabkan frekuensi pemanenan yang selama ini dilakukan di alam semakin besar, sehingga keberadaannya berkurang drastis. Oleh karena itu berbagai tindakan pengembangbiakan tumbuhan ini perlu dilakukan agar keberadaannya terjaga dan mampu memenuhi kebutuhan pasar. Salah satu cara untuk menghasilkan kualitas tumbuhan pule pandak yang baik dan seragam dapat dilakukan dengan melakukan pembiakan secara vegetatif, yaitu dengan kultur jaringan dan stek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan stek mini tumbuhan pule pandak hasil kultur jaringan pada media arang sekam dan zeolit setelah diberi zat pengatur tumbuh NAA dan IBA dengan konsentrasi 0.1mg/l, 0.5 mg/l, 1.0 mg/l, 1.5 mg/l, dan 2.0 mg/l. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi masukkan dalam memproduksi pule pandak secara cepat. Penelitian dilakukan di rumah kaca Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga bulan Mei 2005. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain zat pengatur tumbuh indole butyric acid (IBA), napthalene acetic acid (NAA), fungisida, hyponex, liquinox B1, liquinox fish emulsion, stek tanaman pule pandak (R. serpentina) umur tiga bulan hasil kultur in -vitro yang telah diaklimatisasi, tanah liat, arang sekam dan zeolit. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain silet, gunting, ember, gelas ukur, pipet, neraca analitik, pengaduk, bak kecambah, plastik, karet, kompor, minyak tanah, drum untuk sterilisasi media, alat tulis, tally sheet, penggaris, termometer, hygrometer dan kamera. Peubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi persentase hidup, persentase stek berakar, tinggi stek dan panjang akar pada akhir pengamatan, pertambahan jumlah daun setiap minggu dan jumlah total daun di akhir pengamatan. Data penunjang yang juga dikumpulkan adalah suhu dan kelembaban harian rata-rata. Pengamatan dilakukan se lama 8 minggu dimulai dari satu minggu setelah tanam. Data yang dihasilkan disajikan dalam bentuk tabulatif dan deskriptif. Untuk mengetahui pengaruh pemberian NAA dan IBA dilakukan analisis sidik ragam dengan rancangan acak lengkap kelompok satu faktor da n uji wilayah berganda Duncan. Berdasarkan hasil pengamatan jumlah stek yang hidup sampai dengan akhir pengamatan berjumlah 352 dari 440 sampel, sehingga persentase stek yang hidup adalah 80%. Penyebab kematian diduga karena bakteri, jamur serta serangga renik. Serangan bakteri dan serangga renik ditunjukkan dengan membusuknya batang dan pangkal stek kemudian tanaman mati, sedangkan serangan jamur ditunjukkan dengan adanya benang-benang halus di sekitar stek. Hasil pengamatan menunjukkan sebanyak 94,6% stek yang masih hidup mempunyai akar. Stek yang berakar seluruhnya membentuk akar serabut. Stek yang diberi perlakuan NAA menunjukkan persentase stek berakar sebesar 91,14% atau sebanyak 144 stek, sedangkan pada stek dengan perlakuan IBA persentase stek beraka r sebesar 96,55% atau sebanyak 168 stek. Persentase stek berakar pada akhir pengamatan untuk stek yang ditanam pada media arang sekam sebesar 46,37% atau sebanyak 154 stek, sedangkan pada media zeolit sebesar 53,63% atau sebanyak 179 stek. Penggunaan NAA dan IBA sebagai zat pengatur tumbuh memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) pada parameter pertumbuhan tinggi tanaman dan panjang akar dan sangat nyata (P<0,01) pada parameter pertambahan daun. Penggunaan arang sekam dan zeolit sebagai media tumbuh stek berpengaruh sangat nyata pada parameter panjang akar (P<0,01) tetapi tidak berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman dan pertambahan jumlah daun (P<0,05) Hasil pengamatan menunjukkan umumnya pada 1 – 4 minggu setelah tanam terjadi penyesuaian atau adaptasi dengan lingkungan fisik. Penyesuaian berupa pengguguran daun, perubahan warna daun dan penghentian pertumbuhan atau dorman. Penyesuaian dilakukan karena adanya tekanan dari lingkungan berupa suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan media perakaran. Faktor-faktor fisik tersebut mempengaruhi keberhasilan stek di samping zat pengatur tumbuh dan bahan stek itu sendiri. Kisaran suhu rata -rata yang terjadi selama penelitian berlangsung adalah 26 – 30 0C. Suhu terendah tercatat 23 0C dan suhu tertinggi 42 0C. Kisaran kelembaban rata-rata yang terjadi selama penelitian berlangsung adalah 65% - 97%. Kelembaban terendah tercatat 45% dan kelembaban tertinggi tercatat 100%. Untuk menjaga kelembaban bak tanam ditutup dengan plastik dan disimpan di rumah kaca. Media ya ng digunakan sebagai media perakaran stek adalah arang sekam dan zeolit. Masing-masing media ditempatkan pada wadah terpisah. Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, beberapa hal yang perlu dikaji diantaranya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui daya tumbuh stek setelah dipindah ke polybag dan setelah ditanam di lapangan. Selain itu juga perlu dilakukan penelitian mengenai persentase hidup tanaman pada saat aklimatisasi dari laboratorium kultur jaringan.