Umur Simpan Dan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Dalam Berbagai Jenis Kemasan dan Suhu Penyimpanan Pada Simulasi Transportasi
Main Author: | Seesar, Yolivia Astrianiez |
---|---|
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
IPB (Bogor Agricultural University)
, 2010
|
Online Access: |
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12128 |
Daftar Isi:
- Produk hortikultura pada umumnya sangat mudah rusak dan membusuk baik pada saat panen maupun setelah panen. Hal tersebut yang menyebabkan produk hortikultura memiliki daya simpan yang relatif rendah. Mutu produk hortikultura setelah panen dapat dipertahankan dengan penanganan pasca panen yang baik. Hal ini dilakukan dengan harapan meningkatkan nilai jual produk hortikultura tersebut dipasaran. Salah satu kegiatan dari penanganan pasca panen, yaitu pengemasan. Pengemasan dilakukan dengan baik bertujuan untuk mempermudah kegiatan transportasi produk hortikultura hingga sampai ke tangan konsumen dan melindungi serta mempertahankan mutu produk hortikultura. Hal ini disebabkan, selama transportasi terjadi beberapa kerusakan mekanis yang dapat menurunkan mutu dan daya simpan produk hotikultura. Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan nilai gizi yang tidak kalah pentingnya dengan buah-buahan lainnya, serta dapat dikembangkan untuk orientasi agribisnis. Permintaan ekspor buah manggis dari Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2002 sebesar 6513 ton mengalami peningkatan menjadi 9305 ton pada tahun 2003 atau mengalami peningkatan sebesar 42.8%. Penelitian bertujuan untuk menentukan bahan pengemasan untuk mengurangi kerusakan selama transportasi buah manggis (Garcinia mangostana L.), menentukan suhu penyimpanan yang baik bagi buah manggis (Garcinia mangostana L.), menentukan umur simpan buah manggis (Garcinia mangostana L.) dan menentukan mutu buah manggis (Garcinia mangostana L.) berdasarkan beberapa parameter yang terdiri dari kerusakan mekanis, susut bobot, kekerasan, laju respirasi, total padatan terlarut dan uji organoleptik. Dalam penelitian ini menggunakan dua perlakuan, yaitu buah manggis yang dikemas dengan peti kayu bersekat styrofoam (K1) dan keranjang plastik bersekat styrofoam (K2). Kemudian kedua kemasan tersebut diletakkan di atas meja simulator transportasi dan digetarkan selama 2 jam dengan frekuensi 3.3 Hz dan amplitudo 3.7 cm. Penggetaran ini setara dengan goncangan yang dialami buah manggis selama transportasi dengan jarak tempuh 127 km untuk perjalanan luar kota. Pasca simulasi transportasi, kerusakan mekanis buah manggis yang mendapat perlakuan K1 sebesar 5.2 % sedangkan yang mendapat perlakuan K2 sebesar 3.57 %. Selanjutnya buah yang tidak mengalami kerusakan mekanis disimpan di lemari pendingin pada tiga tingkat suhu yang berbeda, yaitu 8 oC, 13 oC dan 20 oC. Selama penyimpanan dilakukan pengamatan terhadap beberapa parameter mutu, yaitu susut bobot, kekerasan, total padatan terlarut, laju respirasi, uji organoleptik dan uji warna. Persentase susut bobot tertinggi yang dialami oleh buah manggis dengan perlakuan K1 sebesar 2.20 % pada suhu penyimpanan 20 oC dan pada perlakuan K2 sebesar 1.80 % pada suhu penyimpanan 20 oC. Tingkat kekerasan tertinggi yang dialami oleh buah manggis pada perlakuan K1 sebesar 4.38 kgf pada suhu penyimpanan 8 oC dan pada perlakuan K2 sebesar 3.99 kgf pada suhu penyimpanan 8 oC. Total padatan terlarut buah manggis pada kedua kemasan cenderung tetap hingga pada akhir penyimpanan terjadi penurunan total padatan terlarut. Laju respirasi CO2 dan O2 pada kedua kemasan cenderung sama, tetapi pada ketiga suhu penyimpanan yang menunjukkan perubahan laju respirasi CO2 dan O2 tertinggi adalah suhu penyimpanan 20 oC. Dalam uji organoleptik menggunakan 5 parameter, yaitu warna kulit, kesegaran kelopak, kekerasan, warna daging buah dan rasa buah manggis. Dari kelima parameter dalam uji organoleptik hampir semua panelis lebih menyukai buah manggis yang dikemas dengan keranjang plastik bersekat styrofoam. Sedangkan dalam uji warna, buah manggis yang dikemas baik dengan menggunakan kemasan peti kayu bersekat styrofoam maupun keranjang plastik bersekat styrofoam selama penyimpanan berubah dari hijau menjadi ungu, dimana perubahan buah manggis pada suhu penyimpanan yang lebih rendah lebih lambat bila dibandingkan dengan suhu penyimpanan pada suhu yang lebih tinggi. Kedua jenis kemasan yang digunakan dalam penelitian ini masih berpotensi untuk digunakan sebagai kemasan dalam distribusi buah manggis. Serta diantara ketiga suhu penyimpanan, yang menunjukkan suhu penyimpanan yang baik adalah suhu penyimpanan 13 oC. Hal ini didasarkan pada suhu penyimpanan 13 oC bernilai baik, yaitu untuk nilai kekerasan (terendah) dan nilai dari keseluruhan parameter uji organoleptik menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai buah manggis yang disimpan pada suhu tersebut.