Pembiakan Massal dan Ketahanan Varietas Padi terhadap Nematoda Aphelenchoides besseyi Christie
Main Author: | Imamah, Annisa Nur |
---|---|
Other Authors: | Supramana, Damayanti, Tri Asmira |
Format: | Thesis application/pdf |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
IPB University
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/100196 |
Daftar Isi:
- Aphelenchoides merupakan genus nematoda yang mempunyai lebih dari 150 spesies, umumnya parasit tumbuhan tingkat tinggi, fungivora, dan beberapa spesies hidup dengan cara keduanya. Penyakit pucuk putih pada padi yang disebabkan oleh Aphelenchoides besseyi merupakan penyakit yang baru muncul di Indonesia. Saat ini, A. besseyi telah tersebar di seluruh Indonesia. Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu metode yang menjanjikan dalam pengendalian A. besseyi. Namun, belum ada informasi terkait ketahanan padi terhadap A. besseyi di Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan menemukan metode yang optimal dalam pembiakan massal A. besseyi dan mengevaluasi respons ketahanan sembilan varietas padi terhadap infeksi A. besseyi. Pembiakan massal A. besseyi pada spesies cendawan dapat menjadi metode yang efisien untuk mendapatkan populasi tinggi dan murni dalam waktu yang relatif singkat untuk mendukung berbagai aspek penelitian lebih lanjut. Varietas padi tahan A. besseyi dapat dikembangkan lebih lanjut untuk pengembangan strategi pengendalian berbasis ketahanan tanaman padi. Pembiakan massal A. besseyi diujikan pada kultur cendawan Alternaria padwickii, Fusarium semitectum, dan Botrytis cinerea. Tiga kultur cendawan ditumbuhkan menggunakan media PDA pada cawan petri 9 cm. Nematoda disterilisasi permukaan dengan 0.1 % streptomisin sulfat kemudian dibilas dengan akuades steril sebanyak tiga kali sebelum diinfestasikan ke dalam kultur cendawan. Untuk mendapatkan kondisi yang optimal dalam pembiakan nematoda, kultur cendawan diinkubasi pada tiga suhu yang berbeda. Selanjutnya, 25 nematoda yang telah disterilisasi diinfestasikan ke dalam kultur cendawan ketika miselia telah memenuhi cawan dan diinkubasi pada suhu 20, 25, dan 30 oC. Setelah 21 hari, nematoda diekstraksi dan dihitung populasinya. Evaluasi respons ketahanan varietas padi terhadap A. besseyi dilakukan dengan menggunakan sembilan varietas padi, yaitu Ciherang, Inpago 7, Inpara 3, Inpara 4, IPB 3S, Prima, Situ Bagendit, Utri Merah, dan Utri Rajapan. Inokulum nematoda A. besseyi diperoleh dari pembiakan in vitro nematoda pada kultur cendawan. Sebanyak 500 nematoda per tanaman diinfestasikan pada fase pembungaan dengan cara menyemprotkan suspensi nematoda ke bagian malai. Parameter yang diamati yaitu panjang malai, jumlah bulir, jumlah bulir bernas dan hampa, berat 100 bulir bernas, jumlah nematoda dan ekspresi gen PBZ1 padi. Deteksi gen PBZ1 dilakukan dengan one step Reverse Transcription-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Ekstraksi RNA total dilakukan dari setiap varietas padi sebelum dan sesudah infestasi A. besseyi. RNA total selanjutnya diamplifikasi dengan one step RT-PCR menggunakan primer spesifik PBZ1 forward (5’- CAGTGGTCAGTAGAGTGATC-3’) dan PBZ1 reverse (5’- CTGGATAGAGGCAGTATTCC-3’) dengan target amplikon berukuran ±900 pb. DNA hasil RT-PCR divisualisasi menggunakan elektroforesis untuk mendapatkan pita DNA pada gel agarosa. Intensitas DNA gen PBZ1 dikuantifikasi dengan menggunakan software ImageJ Kultur cendawan dan suhu inkubasi yang optimum bagi pembiakan massal A. besseyi yaitu A. padwickii dan F. semitectum pada suhu inkubasi 20 dan 25 oC. Populasi A. besseyi pada kultur A. padwickii dengan suhu inkubasi 25 oC sebanyak 9 115 per cawan petri dan faktor reproduksi mencapai 364.4 kali. Pada suhu 30 oC, A. besseyi tidak mampu memperbanyak populasinya pada semua kultur cendawan yang diujikan. Berdasarkan parameter hasil panen, populasi A. besseyi, dan ekspresi gen PBZ1, respons ketahanan varietas padi terhadap infestasi A. besseyi dibagi menjadi tiga kategori ketahanan yaitu tahan (Ciherang, Utri Merah, dan Utri Rajapan), toleran (Inpago 7, IPB 3S, Prima, dan Situ Bagendit) dan rentan (Inpara 3 dan Inpara 4). Infestasi A. besseyi menginduksi ekspresi gen PBZ1 pada varietas uji dengan intensitas berbeda tergantung tingkat ketahanan varietas. Varietas Ciherang, Inpago 7, Situ Bagendit, Utri Merah dan Utri Rajapan menunjukkan ekspresi gen PBZ1 tinggi baik sebelum maupun setelah infestasi A. besseyi. Intensitas ekspresi gen PBZ1 yang tinggi sebelum infestasi A. besseyi menunjukkan varietas ini merupakan sumber potensial varietas tahan terhadap A. besseyi. Berdasarkan hasil penelitian ada korelasi antara tingginya ekspresi gen PBZ1 dengan ketahanan varietas padi terhadap A. besseyi.