KAJIAN PENGGUNAAN AIR CUCIAN BERAS SEBAGAI BAHAN MEDIA PERTUMBUHAN BIAKAN MURNI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus var. florida)

Main Author: Sugeng Handiyanto; Mahasiswa
Format: PeerReviewed eJournal
Bahasa: ind
Terbitan: SKRIPSI Jurusan Biologi - Fakultas MIPA UM , 2013
Online Access: http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/biologi/article/view/28063
Daftar Isi:
  • ABSTRAK Handiyanto, Sugeng. 2013. Kajian Penggunaan Air Cucian Beras sebagai Bahan Media Pertumbuhan Biakan Murni Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus var. florida). Skripsi, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd, (II) Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si. Kata Kunci: air cucian beras, media pertumbuhan, biakan murni, jamur tiram putih Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus var. florida) merupakan salah satu spesies jamur yang paling banyak dikonsumsi, oleh karena itu budidaya jamur tiram putih banyak diusahakan di Indonesia. Pertumbuhan jamur tiram putih membutuhkan karbohidrat, protein, mineral dan vitamin. Air cucian beras berpotensi sebagai medium biakan jamur tiram putih karena mengandung karbohidrat, protein, mineral, dan vitamin yang dibutuhkan dalam pertumbuhan jamur tiram putih. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis perbedaan pengaruh penggunaan air cucian beras dalam beberapa macam konsentrasi terhadap kecepatan pertumbuhan biakan jamur tiram putih, 2) menentukan konsentrasi air cucian beras yang terbaik dalam mempercepat pertumbuhan miselium biakan jamur tiram putih. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi, jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang pada bulan Februari-April 2013. Jenis penelitian ini ialah penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan ialah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan beberapa macam konsentrasi air cucian beras 0% (sebagai kontrol negatif), 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 100% yang diulang sebanyak tiga kali, sebagai kontrol positif digunakan medium Potato Dekstrose Agar (PDA). Pengukuran diameter koloni dilakukan pada hari ke-4, hari ke-7 dan hari ke-10 setelah inokulasi. Diameter koloni diukur berdasarkan rerata diameter koloni dengan arah horisontal dan vertikal. Kecepatan pertumbuhan miselium dengan cara menghitung selisih diameter akhir dengan diameter awal kemudian dibagi rentang hari. Data kecepatan pertumbuhan miselium dianalisis dengan menggunakan Analisis Varians Tunggal dan dilanjutkan dengan uji BNT 5%.