ANALISIS MOTIF DAN MAKNA MOTIF KERAJINAN TENUN TEMBE SONGKE (SARUNG SONGKET) PADA SENTRA TENUNAN GEDOGAN FLAMBOYAN DI DOMPU NTB

Main Author: ALFISYAHRIN .; Mahasiswa
Format: PeerReviewed eJournal
Bahasa: ind
Terbitan: , 2013
Subjects:
Online Access: http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/seni-desain/article/view/30591
Daftar Isi:
  • ABSTRAK Alfisyahrin. 2013. Analisis Motif dan Makna Motif Kerajinan Tenun Tembe Songke (Sarung Songket) Pada Sentra Tenunan Gedogan Flamboyan di Dompu Ntb. Skripsi,Jurusan Seni dan Desain, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Drs. Mistaram, M.Pd. (II) Drs. Andi Kharisman. Kata Kunci: songket khas Dompu, tenunan songket, gedogan flamboyan. Songket merupakan kebudayaan daerah Dompu yang merupakan salah satu kekayaan dari ragam hias Indonesia. Di Dompu sentra pengrajin yang memproduksi hasil tenunan songket ini sudah sangat langka. Sentra tenunan gedogan flamboyan merupakan satu-satunya sentra pengrajin tenunan songket yang masih bertahan hingga saat ini. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui motif dan makna mengenai tenunan songket pada sentra tenunan gedogan flamboyan. Makna ini meliputi ide penciptaan dan makna motif. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa teks dan beragam gambar motif dan makna tenunan songket Dompu yang diperoleh dari pengumpulan data hasil observasi dan wawancara pada Hj. Hajrah selaku narasumber. Berdasarkan hasil analisis tersebut, diperoleh dua simpulan hasil penelitian. Pertama, mengenai motif khas tenunan songket Dompu. Tenunan songket khas Dompu ternyata memiliki delapan motif khas yaitu motif bunga samoboatau bunga sekuntum, bunga satako atau bunga setangkai, bunga kakando atau rebung, motif gari atau garis, nggusu upa atau segi empat, pado waji atau jajar genjang, nggusu tolu atau segi tiga dan nggusu waru segi delapan. Makna dari motif Bunga Samobo merupakan simbol pengharapan agar memiliki akhlak mulia bagaikan sekuntum bunga beraroma semerbak bagi masyarakat. Bunga Satako sebagai mahluk sosial manusia selain bermanfaat bagi dirinya, juga harus bermanfaat bagi orang lain, laksana sekuntum bunga yang memberikan aroma harum bagi lingkungannya. Bunga Kakando mengandung makna kesabaran dan keuletan dalam menghadapi tantangan seperti rebung yang mampu tumbuh di tengah-tengah rumpun induknya yang lebat. Motif gari mengandung makna bahwa manusia harus bersikap jujur dan tegas dalam melaksanakan tugas. Nggusu tolu berbentuk kerucut mengandung makna bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan Allah yang disimbolkan dalam puncak kerucut yang lancip. Nggusu Upa merupakan simbol kebersamaan dengan tetangga dan kerabat. Motif pado waji hampir sama maknanya dengan nggusu tolu, tetapi selain mengakui kekuasaan Allah juga harus mengakui kekuasaan pemimpin yan g dilukiskan dengan dua sudut tumpul bagian kiri kanannya. Nggusu waru idealnya seorang pemimpin harus memenuhi delapan persyaratan yaitu : Beriman dan bertaqwa, na mboto ilmu ro bae ade (memiliki ilmu dan pengetahuan yang luas), loa ra tingi (cerdas dan terampil), taho nggahi ra eli (bertutur kata yang halus dan sopan), taho ruku ro rawi (bertingkah laku yang sopan), londo ro dou (berasal dari keturunan yang baik), hidi ro tahona (sehat jasmani dan rohani), mori ra woko (mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.