Strategi Pembelajaran Ekstrakurikuler Seni Tari bagi Siswa SDLB-B Idayu 2 Kabupaten Malang

Main Author: Ratih Kartika Werdiningtiyas; Mahasiswa UM
Format: PeerReviewed eJournal
Bahasa: ind
Terbitan: , 2012
Online Access: http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/seni-desain/article/view/20315
Daftar Isi:
  • ABSTRAK Werdiningtiyas, Ratih Kartika. 2012. Strategi Pembelajaran Ekstrakurikuler Seni Tari bagi Siswa SDLB-B Idayu 2 Kabupaten Malang. Skripsi, Jurusan Seni dan Desain, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dra. E.W. Suprihatin Dyah P, M.Pd, (II) Drs. Supriyono. Kata Kunci: Strategi pembelajaran, ekstrakurikuler, seni tari, tunarungu SDLB Idayu 2 Malang adalah satu-satunya SDLB di Kecamatan Pakis yang melaksanakan pembelajaran seni tari bagi anak tunarungu. Pembelajaran seni tari di SDLB-B Idayu 2 Malang termasuk kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh sebagian kelas 3 sampai kelas 6. Kegiatan ekstrakurikuler seni tari berfungsi sebagai media penyalur bakat dan minat siswa, media untuk meningkatkan kondisi pendengaran siswa, dan meningkatkan psikologis siswa agar mempunyai rasa percaya diri. Berkaitan dengan itu, maka diperlukan penelitian pembahasan mengenai bagaimana anak tunarungu bisa menari padahal, mereka tidak mampu mendengarkan musik sebagai iringan tarian tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan beberapa hal, diantaranya perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran ekstrakurikuler seni tari bagi siswa SDLB-B Idayu 2 Kabupaten Malang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Adapun prosedur pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumen. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif Miles dan Huberman dilakukan dengan cara mereduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan. Dan untuk mengecek keabsahan data dilakukan dengan trianggulasi, yang terdiri dari trianggulasi sumber dan trianggulasi metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Guru ekstrakurikuler seni tari tidak membuat rencana pembelajaran secara tertulis, (2) Materi yang diberikan adalah tari kreasi baru yang menggunakan ide dari alam, misalnya gerakan dari tumbuh-tumbuhan (daun-daun melambai) dan hewan-hewan, (3) Metode yang digunakan adalah metode isyarat (khusus tunarungu), demonstrasi, drill, dan kerja cipta terarah, (4) Media yang digunakan adalah tape, VCD, TV, dan ruangan untuk praktek menari, (5) Penilaiannya yaitu dengan cara mengamati siswa secara individu dari keaktifannya, dan dari kemampuan siswa dalam memperagakan tarian tersebut ketika proses pembelajaran tari, (6) Guru ekstrakurikuler seni tari melakukan pendekatan individual dan pendekatan kelompok untuk menangani siswa yang bermasalah, sedangkan kondisi ruangan dan sarana cukup memadai dan baik, (7) Guru selalu melakukan evaluasi pembelajaran pada saat menyampaikan materi pada siswa, pada kegiatan penutup pembelajaran, selain itu guru mengevaluasi siswa tunarungu dengan mengikuti lomba seni tari . Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan agar (1) Konsep pembelajaran seni tari dan hubungan antara pembelajaran seni tari dengan kondisi pendengaran siswa tunarungu dapat dikaji secara mendalam pada penelitian selanjutnya, (2) Untuk Instansi Pendidikan yang terkait, untuk mengupayakan guru pengajar ekstrakulikuler seni tari diharapkan lebih mengerti tentang kekhususan tunarungu, sehingga pembelajaran seni tari bisa tercapai dengan maksimal, (3) Dari instansi yang terkait maupun dari orang tua siswa tunarungu, dengan kondisi pendengaran siswa diharapkan siswa tunarungu bisa menggunakan alat bantu pendengaran untuk mempermudah proses kegiatan belajar mengajar.