Propaganda Pemerintah Pendudukan Jepang di Jawa Timur: Studi Kasus Penggunaan Ludruk sebagai Media Mobilisasi Tahun 1942-1945
Main Author: | ANGGIK IKA WAHYUNINGSIH; Mahasiswa |
---|---|
Format: | PeerReviewed eJournal |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2015
|
Online Access: |
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sejarah/article/view/39186 |
Daftar Isi:
- ABSTRAK Wahyuningsih, Anggik Ika. 2015. Propaganda Pemerintah Pendudukan Jepang di Jawa Timur: Studi Kasus Penggunaan Ludruk sebagai Media Mobilisasi Tahun 1942-1945. Skripsi. Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Pembimbing Dr. Ari Sapto, M.Hum. Kata Kunci: Propaganda, Pemerintah Pendudukan Jepang, Jawa Timur, Ludruk, Mobilisasi. Ludruk adalah kesenian khas Jawa Timur. Kesenian ludruk awalnya lahir di Jombang dan pada akhirnya berkembang di daerah di Jawa Timur. Persebaran ludruk di Jawa Timur di kota-kota pusat perkembangan ludruk diantaranya Jombang, Mojokerto, Sidoarjo, Surabaya dan Malang. Pada masa pemerintahan Jepang di Jawa, ludruk sudah berkembang di Jawa Timur. Ludruk menjadi bagian dari mobilisasi Jepang menyebarkan semangat kemakmuran bersama Asia Timur Raya di masyarakat Jawa Timur. Permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini menyangkut: (1) bagaimana kehidupan seni pertunjukam ludruk di Jawa Timur hingga tahun 1942, (2) mengapa Pemerintah Pendudukan Jepang menggunakan ludruk sebagai media mobilisasi, (3) bagaimana wujud pemanfaatan ludruk sebagai media mobilisasi Pememrintah Pendudukan Jepang di Jawa Timur tahun 1942-1945. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendiskripsikan kehidupan seni pertunjukam ludruk di Jawa Timur hingga tahun 1942, (2) Mendiskripsikan alasan Pemerintah Pendudukan Jepang menggunakan ludruk sebagai media mobilisasi, (3) Mendiskripsikan wujud pemanfaatan ludruk sebagai media mobilisasi di Jawa Timur tahun 1942-1945. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian historis. Tahap penelitian meliputi penentuan topik, heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Pada tahap heuristik atau pengumpulan sumber atau data dilakukan melalui teknik studi pustaka, wawancara, dokumentasi. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa: (1) ludruk pertama kali muncul dalam bentuk Ludruk Bandan yang muncul antara abad XIII sampai abad XVI, wilayah perkembangannya di sekitar Majapahit (dekat daerah Jombang). Ludruk Bandan mengalami kepunahan dan ludruk muncul kembali dalam bentuk kesenian ngamen 1907 diprakarsai oleh Pak Santik dari Desa Ceweng, Kecamatan Goda Kabupaten Jombang. Kesenian ngamen berkembang menjadi lerok ngamen 1908-1915, berkembang menjadi lerok besut tahun 1915-1920-an. Setelah tahun 1920-an sudah berkembang istilah ludruk. Pada masa pemerintah pendudukan Jepang, ludruk digunakan sebagai media mobilisasi untuk menyebarkan propaganda semangat Asia Timur Raya di kalangan masyarakat Jawa Timur. Dilakukan kontrol terhadap ludruk agar sesuai dengan nafas dan tujuan Jepang yakni ikut menyebarkan semangat mendukung Jepang dalam Asia Timur Raya. (2) Alasan Pemerintah Pendudukan Jepang memakai ludruk sebagai media untuk menyebarkan propaganda Jepang di masyarakat Jawa Timur. khususnya kalangan jelata yang minim pengetahuan baca tulis, penggunaan kesenian masyarakat berupa seni pertunjukan sandiwara/teater tradisional salah satunya ludruk lebih tepat digunakan sebagai media mobilisasi untuk menanamkan indoktrinasi Jepang. Sesuai ketentuan Sendenbu sebagai Departemen yang khusus menangani propaganda. yang mengharuskan pendaftaran perkumpulan sandiwara baik tradisional maupun modern. Pendaftaran perkumpulan sandiwara suatu bentuk kontrol agar dunia sandiwara tidak menyimpang dari. (3) Pemanfaatan ludruk sebagai media mobilisasi Propaganda Jepang dilakukan dengan melakukan kontrol terhadap ludruk. Propaganda Jepang melalui ludruk terlihat pada kidungan, tembang, lakon dan cerita. Propaganda melalui cerita lakon ludruk dengan menanamkan anti Belanda. Kidungan dan tembang ludruk yang dipublikasikan melalui Warta Surabaja Syuu, Warta Malang Syuu, Warta Bodjonegoro Syuu. Kidungan yang muncul semua menyerukan dan menanamkan anti penajahan Belanda, pro Pemerintah Pendudukan Jepang dan memberikan dukungan kepada Jepang dalam perang melawan Sekutu untuk mewujudkan kemenangan akhir yang disejajarkan dengan semangat Indonesia merdeka. Dampak pendudukan Jepang yang terlalu keras, timbul reaksi kritik dari ludruk. Ludruk Organisatie yang dipimpin oleh Durasim mengkritik Jepang dan mengobarkan semangat nasionalisme kebangsaan dengan melantunkan kidungan ” begupon omahe doro, melok Nippon tambah soro” (pagupon rumahnya burung dara, ikut Nippon tambah sengsara). Kritik yang dilakukan ludruk sebuah alat untuk menyebarkan semangat nasionalisme kebangsaan Indonesia. Semangat nasionalisme kebangsaan Indonesia dari ludruk juga terlihat dalam unsur kidungan, percakapan lawakan, kidungan lawak dalam ludruk. Studi ini menyimpulkan bahwa propaganda pemerintah pendudukan Jepang yang dilakukan di masyarakat Jawa Timur khususnya masyarakat bawah cenderung buta huruf melalui media ludruk dengan menyuguhkan semangat Bersama Asia Timur di unsur kidungan, tembang dan cerita lakon. Kontribusi bidang pendidikan studi ini dengan memasukan kompetensi dasar menganalisis perubahan dan keberlanjutan dalam peristiwa sejarah pada masa penjajahan asing hingga proklamasi kemerdekaan Indonesia SMA kelas XI dengan mengkhususkan pada materi kebijakan Pemerintah Pendudukan Jepang terhadap ludruk di Jawa Timur. Ajuan saran sebagai pelengkap studi ini, agar bisa menjelaskan propaganda Jepang melalui ludruk secara jelas dan khusus melalui grup-grup ludruk tertentu yang berkembang pada masa pendudukan Jepang.