Etos Kerja dan Kehidupan Sosial Ekonomi Pengrajin Gula Kelapa di Desa Bangsri Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar
Main Author: | Nuning Ainu Rohmi; 2007 |
---|---|
Format: | PeerReviewed application/msword application/pdf eJournal |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2009
|
Online Access: |
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sejarah/article/view/3269 http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sejarah/article/download/3269/2463 |
Daftar Isi:
- ABSTRAKRohmi, Nuning Ainu. 2007. Etos Kerja dan Kehidupan Sosial Ekonomi PengrajinGula Kelapa di Desa Bangsri Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar.Skripsi, Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas NegeriMalang. Pembimbing: (I) Dra. Hj. Sri Sumartini M.Si., (II) Drs. SlametSujud Purnawan Jati, M.Hum.Kata kunci: etos kerja, kehidupan sosial ekonomi, pengrajin gula kelapa.Masyarakat Desa Bangsri sebagian besar berprofesi sebagai pengrajin gulakelapa. Pekerjaan ini sudah ditekuni sejak lama dan merupakan warisan secaraturun-temurun. Penghasilan dari bekerja sebagai pengrajin gula kelapa dapatmemenuhi kebutuhan keluarga dan menyekolahkan anak-anak. Penghasilan itutidak terlepas dari etos kerja pengrajin gula kelapa tersebut dalam bekerja.Tulisan yang berjudul "Etos kerja dan kehidupan sosial ekonomi pengrajingula kelapa di Desa Bangsri Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar" ini akanmengangkat permasalahan antara lain: (1) faktor-faktor yang melatar belakangisehingga masyarakat Desa Bangsri berprofesi sebagai pengrajin gula kelapa; (2)etos kerja pengrajin gula kelapa di Desa Bangsri Kecamatan Nglegok KabupatenBlitar; (3) etos kerja dan kehidupan sosial ekonomi keluarga pengrajin gula kelapadi Desa Bangsri Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar. Sedangkan penelitian inibertujuan: (1) untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi sehinggamasyarakat Desa Bangsri berprofesi sebagai pengrajin gula kelapa; (2) untukmengetahui etos kerja pengrajin gula kelapa di Desa Bangsri Kecamatan NglegokKabupaten Blitar; (3) untuk menjelaskan etos kerja dan kehidupan sosial ekonomikeluarga pengrajin gula kelapa di Desa Bangsri Kecamatan Nglegok KabupatenBlitar.Dalam rangka mencari data yang berkaitan dengan tulisan ini, makapenulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan datayang digunakan dalam penelitian ini yaitu: observasi, wawancara dandokumentasi. Adapun analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yangnantinya memberikan gambaran secara kontinyu dari awal hingga akhir gunamemperoleh deskripsi mengenai faktor-faktor yang melatar belakangi sehinggamasyarakat Desa Bangsri berprofesi sebagai pengrajin gula kelapa, etos kerjapengrajin gula kelapa di Desa Bangsri serta etos kerja dan kehidupan sosialekonomi pengrajin gula kelapa di Desa Bangsri Kecamatan Nglegok KabupatenBlitar. Sedangkan pengecekan keabsahan temuan menggunakan teknikperpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan dan triangulasi. Penelitimelakukan triangulasi sumber yaitu dengan membandingkan antara data hasilwawancara dengan informan dengan data hasil observasi di lapangan,membandingkan apa yang dikatakan para pengrajin gula kelapa dengan wargadesa lainnya, dan membandingkan antara hasil wawancara dan kenyataan dilapangan dengan dokumen-dokumen desa.Dari hasil penelitian ini diperoleh tentang: (A) faktor-faktor yang melatarbelakangi sehingga masyarakat Desa Bangsri berprofesi sebagai pengrajin gulakelapa, yaitu: 1) Faktor Budaya, yaitu keahlian atau keterampilan, di manamasyarakat Desa Bangsri mayoritas memiliki keahlian atau keterampilanmembuat gula kelapa. Keahlian atau keterampilan tersebut diperoleh dari keluargamaupun pengrajin lain yang lebih berpengalaman. Dengan keahlian atauketerampilan yang dimiliki tersebut maka masyarakat Desa Bangsri berprofesisebagai pengrajin gula kelapa; 2) Faktor Ekologi, yaitu (a) bahan baku pembuatangula kelapa yaitu nira kelapa yang mudah diperoleh, karena sebagian besarpekarangan ditanami dengan pohon kelapa. Nira kelapa tersebut diperoleh daripohon kelapa milik sendiri, milik orang lain, maupun gabungan antara keduanya.Jika nira kelapa tersebut dari pohon kelapa milik orang lain atau jika pengambilannira tersebut dilakukan oleh orang lain/ penderes maka menggunakan sistem maroatau sistem setor 1 ons/ pohon/ hari. Nira juga bisa diperoleh dengan caramembeli maupun menyewa pohon kelapa; (b) bahan bakar pembuatan gula kelapayaitu kayu, wuh, emput, janggel mudah diperoleh. Kayu bisa diperoleh dengancara mencari di pekarangan maupun membeli. Wuh dapat dicari di pekarangansekitar rumah. Sedangkan emput dan janggel bisa diperoleh dengan mudah karenadi Desa Bangsri banyak orang yang menjadi pengrajin bubut kayu; 3) Pembuatangula kelapa tidak membutuhkan banyak tenaga kerja, tenaga kerja bisa diperolehdari keluarga maupun orang lain; 4) Tidak membutuhkan banyak modal, karenaperalatan untuk membuat gula kelapa masih sederhana bahkan ada yang dibuatsendiri sehingga tidak membutuhkan banyak biaya. (B) Etos kerja pengrajin gulakelapa di Desa Bangsri dapat dibedakan menjadi tiga yaitu pengrajin yang etoskerjanya tinggi (akas/ ngoyo), etos kerja sedang (ajeg) dan pengrajin yang etoskerjanya rendah (lugu/ nrimo). Etos kerja pengrajin gula kelapa tersebut bisadipahami berdasarkan unsur sikap kerjasama dalam kerja, disiplin kerja dansemangat dalam bekerja.(C) Etos kerja dan kehidupan sosial ekonomi pengrajin gula kelapa di DesaBangsri Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar. Pengrajin gula kelapa di DesaBangsri bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Penghasilandari membuat gula kelapa dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hiduppara pengrajin gula kelapa berupa pakaian, makanan, tempat tinggal, kesehatan,dan pendidikan anak-anaknya. Kehidupan ekonomi pengrajin gula kelapa salahsatunya dipengaruhi oleh etos kerja yang mereka miliki.Pengrajin gula kelapa di Desa Bangsri baik yang memiliki etos kerjatinggi, sedang maupun rendah, tetap memiliki toleransi terhadap kegiatan sosialyang ada di Desa Bangsri. Jika ada kematian, kegiatan hajatan seperti pernikahan,rewang, dan kegiatan kerja bakti pengrajin gula kelapa juga mengikutinya.Kegiatan menderes maupun membuat gula kelapa dihentikan dulu, setelahkegiatan sosial tersebut selesai, mereka melanjutkan aktivitasnya membuat gulakelapa.Dari penelitian ini disarankan agar pemerintah lebih memperhatikankehidupan pengrajin gula kelapa serta meningkatkan keahlian serta keterampilanmereka dengan mengadakan pelatihan-pelatihan.