PROTOTYPE PENGERINGAN TEMBAKAU DENGAN PERHITUNGAN SUHU DAN KELEMBABAN UDARA MENGGUNAKAN METODE LOGIKA FUZZY MAMDANI

Main Author: Amrina Ulfa; Mahasiswa
Format: PeerReviewed eJournal
Bahasa: ind
Terbitan: SKRIPSI Jurusan Teknik Elektro - Fakultas Teknik UM , 2018
Online Access: http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/TE/article/view/76241
Daftar Isi:
  • RINGKASAN Salah satu kendala yang dihadapi petani dalam pengolahan tembakau pasca panen adalah proses pengeringan yang masih dilakukan secara tradisional, yaitu menggunakan panas matahari saja. Terkadang pada saat proses pengeringan, hujan turun secara tiba-tiba yang menghambat proses pengeringan. Tujuan penelitian adalah merancang prototype pengeringan tembakau dengan menggunakan sistem buka tutup atap dan menggunakan 2 sumber energi panas (hibrid), yaitu dari panas matahari dan dari pemanas buatan menggunakan elemen pemanas. Sistem buka tutup atap menggunakan sensor hujan dan sensor LDR, untuk mendeteksi turunnya hujan dan mengukur intensitas cahaya, agar dapat mengetahui cuaca disekitar prototype data-data tersebut akan dikirimkan ke mikrokontroler, lalu memerintahkan servo mg996 untuk menggerakkan atap dengan mengatur posisi sudut. Terdapat juga kontrol suhu dan kelembaban udara dengan menggunakan sensor DHT11 untuk mengukur suhu dan kelembaban udara, sehingga apabila suhu dan kelembaban udara tidak sesuai untuk proses pengeringan, maka elemen pemanas akan menyala dan fan DC juga akan menyala dengan mengatur besar PWM. Prototype yang dibuat ditujukan untuk menampung daun tembakau yang dikeringkan agar dapat cepat kering tanpa mengalami kebusukan. Tahap penelitian dan pengembangan prototype menggunakan metode research and development model Sugiyono yang telah diadaptasi, yaitu: (1) Potensi dan masalah; (2) Pengumpulan data; (3) Desain produk; (4) Validasi desain; (5) Revisi desain; (6) Pembuatan produk; (7) Ujicoba produk; (8) Revisi produk; (9) Ujicoba pemakaian; (10) Revisi produk; (11) Produk akhir. Pada pengujian keseluruhan, proses buka tutup atap dapat menerima respon dari pembacaan sensor hujan dan sensor LDR, serta respon relay untuk menyalakan elemen pemanas setelah mendapatkan respon dari pembacaan sensor DHT11. Fan DC juga dapat menyala dengan besar PWM bergantung pada hasil defuzzifikasi. Dapat disimpulkan bahwa proses pengertingan daun tembakau menggunakan prototype lebih cepat yaitu selama 9 jam, sedangkan proses pengeringan dengan menggunakan matahari saja membutuhkan waktu 3 hari.