Kontribusi Kompetensi Emosional dan Praktik Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Terhadap Keberdayaan Guru pada Sekolah Menengah Kejuruan di Malang Raya

Main Author: Syamsul Hadi; Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. H. A. Sonhadji K.H., M.A., Ph.D., (II) Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal, M.Pd., dan (III) Prof. Dr. Willem Mantja, M.Pd.
Format: PeerReviewed
Bahasa: ind
Terbitan: , 2009
Subjects:
Online Access: http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/981
Daftar Isi:
  • Pemberdayaan guru diakui sebagai bagian integral dalam reformasi pendi­dik­an. Di Indonesia, pemberdayaan guru telah diyakini sebagai kompo­nen pen­ting dalam reformasi pendidikan. Lahirnya Undang-Undang RI nomor 14 ta­hun 2005 tentang Guru dan Dosen antara lain didasarkan pada pentingnya pem­berdayaan gu­ru. Sebagai sebuah konstruk, pemberdayaan guru terbangun oleh dimensi-dimen­si: pengambilan keputusan, per­tum­buhan profesional, status, efikasi diri, otonomi, dan pengaruh. Kepala sekolah de­ngan prilaku kepemimpinan transformasional diduga mampu memberdayakan pengikutnya. Kepemimpinan transformasional me­miliki empat dimensi yang disebut “Four I’s”: idealized influence (pengaruh ideal), inspirational motivation (motivasi inspiratif), intelectual stimulation (sti­mu­lasi intelektual), dan individualized consideration (pertimbangan individual). Diperlukan adanya kemampuan yang disebut kompetensi emosional agar seseo­rang terampil memanfaatkan kecerdasan emosinya dalam prila­ku kepemimpin­an­nya. Kompetensi emosional mencakup: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, dan manajemen kerjasama. Pene­liti­an ini bertujuan untuk menguji hubungan tiga konstruk tersebut. Masalah pokok yang diajukan adalah: (1) Apakah kompetensi emosional kepala SMK di Malang Raya berpengaruh tidak langsung terhadap keberdayaan guru yang dipimpinnya melalui praktik kepemimpinan transformasional kepala sekolah yang bersangkutan? dan (2) Apakah dimensi-dimensi kompetensi emosional kepa­la SMK berpengaruh secara signifikan terhadap keberdayaan guru melalui dimen­si-dimen­si praktik kepemimpinan transformasional kepala sekolah yang bersang­kut­­an? Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan kore­la­si­onal majemuk, dalam mana kompetensi emosional, praktik kepemimpinan trans­formasional dan keberdayaan guru berturut-turut sebagai variabel bebas, variabel antara, dan variabel terikat. Populasi penelitian adalah guru-guru pada 99 SMK negeri dan swasta di wilayah Kabupaten Malang, Kota Malang dan Kota Batu atau wilayah Malang Raya. Sampel penelitian berjumlah 243 guru dan 74 kepala sekolah yang ditentukan dengan proportional random sampling. Data dikumpulkan dengan kuesener yang diisi oleh guru berdasarkan apa yang teramati (percieved) dan dialami. Kuesener pengukuran kompetensi emosio­nal diadaptasi dari Emotional Competencies Inventory (ECI); instrumen untuk praktik kepemimpinan transformasional diadaptasi dari instrumen Transforma­tional Leadership Scale (TLS); dan instru­men keberdayaan guru diadopsi dari School Participants Empowerment Scale (SPES). Hasil uji coba instrumen terha­dap 34 guru SMK menunjuk­kan bahwa ketiganya memiliki reliabilitas yang baik dengan koefisien a-Cronbach lebih dari 0,900 (αKE = 0,9553; αKT = 0,9783; dan αPG = 0,9450). Penelitian ini menggunakan guru sebagai satuan analisis. Skor masing-masing variabel dan dimensi variabel dihitung berdasarkan nilai rata-rata dari skor yang diberikan oleh responden pada butir-butir pernyataan yang terkait. Pengujian hipotesis penelitian dengan Structural Equation Modeling (SEM) menemukan bahwa: (1) kompetensi emosional berpengaruh signifikan ter­ha­dap praktik kepemimpinan transformasional, (2) praktik kepemimpinan transfor­masional berpengaruh terhadap keberdayaan guru, dan (3) kompetensi emosional berpengaruh tidak langsung terhadap keberdayaan guru melalui praktik kepemim­pinan transformasional. Ditinjau dari hubungan antar dimensi, penelitian ini mene­mukan bahwa masing-masing dimensi kompetensi emosional berpengaruh pada dimensi-dimensi tertentu dari praktik kepemimpinan transformasional dan masing-masing dimensi praktik kepemimpinan transformasional juga berpengaruh pada dimensi-dimensi tertentu dari keberdayaan guru. Dimensi-dimensi yang saling berhubungan itu adalah: (1) kesadaran diri ber­pengaruh signifikan terhadap motivasi inspirasional dan pertimbangan indivi­dual; (2) manajemen diri berpengaruh signifikan terhadap motivasi inspi­rasio­nal, pe­nga­ruh ideal, stimulasi intelektual dan pertimbangan individual; (3) kesadaran sosial berpengaruh signifikan terhadap pengaruh ideal; (4) manajemen kerja sama berpengaruh signifikan terhadap pengaruh ideal dan stimulasi intelektual; (5) ma­na­je­men kerja sama berpengaruh tidak langsung terhadap keter­libatan dalam pengambilan keputusan dan pertumbuhan profesional melalui stimulasi intelektual; (6) kesadaran diri berpengaruh tidak langsung terhadap keter­libatan dalam pengambilan keputusan, pertumbuhan profesional, efikasi diri, otonomi, status, dan pengaruh melalui dimensi pertimbangan individual dan motivasi inspirasional; (7) manajemen diri berpengaruh tidak langsung terhadap dimensi-dimensi keterli­bat­an dalam pengambilan keputusan, pertumbuhan profesional, efikasi diri, otono­mi, status, dan pengaruh melalui dimensi motivasi inspirasional, stimulasi intelek­tual, dan pertimbangan individual; (8) Dimensi kesadaran diri memiliki efek lang­sung, efek tidak langsung positif terhadap otonomi; (9) motivasi inspirasional me­mi­liki berpengaruh positif terha­dap per­tum­buhan profesional, efikasi diri, status dan pengaruh; (10) Dimensi stimulasi intelektual memiliki pengaruh positif terha­dap keterlibatan dalam pengambilan keputusan dan terhadap pertumbuhan profe­si­o­nal; (11) Dimensi pertimbangan individual berpengaruh positif terhadap keterli­batan dalam pengam­bil­an keputus­an, efikasi diri, otonomi, status, dan pengaruh. Hubungan-hubungan antar dimensi yang ditemukan tersebut mengindikasi­kan bahwa dimensi-dimensi kompetensi emosional maupun praktik kepemimpinan transformasional akan berkontribusi terhadap keberdayaan guru hanya jika dimen­si-dimensi itu terintegrasi kedalam masing-masing konstruk yang dibangun­nya. Temuan penelitian ini memperkuat temuan penelitian sebelumnya. Temuan ini berimplikasi pada pentingnya penguasaan kompetensi emosional oleh kepala sekolah sebagai prasyarat bagi peningkatan praktik kepe­mim­pin­an transformasio­nal dalam rangka pemberdayaan guru.